Sore dan Luka

22 1 0
                                    


Gerimis sore ini sedikit lebih deras.

Aku bersyukur karena sore ini gerimis jatuh lebih deras dari hari kemarin, setidaknya gerimis hari ini dapat menutupi pahit dan terlukanya hati yang tak pernah ingin ku perlihatkan kepada siapa pun. Air mata jatuh begitu saja tanpa ku sadari kini gerimis yang menerpa wajahku berbaur dengan air mata yang jelas membuat penglihatan ini menjadi semakin samar.

"Jam menunjukan 17.20 wib dimana rasanya duniaku berhenti berputar dan hancur seketika."

Kenapa semua terasa begitu tepat dan jelas.

Aku yang berdiri di seberang sini melihat apa yang bahkan tidak pernah inginku bayangkan.

laki-laki itu memberhentikan motornya tepat diseberang jalan tempatku berdiri sekarang, berbicara sambil tertawa dengan perempuan yang jelas ku kenal dari hasil stalker semua sosmednya beberapa minggu lalu. Iya, laki-laki itu orang yang kusukai diam-diam kini bersama dengan perempuan lain.

"sa, kamu kenapa ?."  suara sopran tiba-tiba saja mengembalikan duniaku.

"enggak kok, gak kenapa-kenapa des. Eh, aku kayanya gak jadi beli makan deh."

"loh, kenapa ? bukannya kamu tadi laper banget ya, lagian juga beli makannya di warung padang langganan kita yang ga sampe juga lima meter noh jalannya."  Desya terus saja ngomong tujuan awal kita keluar dari kos sore ini yang kini sudah tak ku perdulikan lapar yang kurasa sudah hilang beberapa detik lalu.

"kamu beli makan sendiri aja ya des, tiba-tiba mules nih aku masuk kos lagi ya." kulangkahkan kaki dengan cepat tanpa perduli desya yang masih berdiri dengan bingung.

20.15 wib

Gerimis masih saja turun menerpa kaca jendela kamar kosku dengan ramai. Jalan raya di Luar sana ramai berhias lampu-lampu kendaraan yang silih berganti seakan tak memperdulikan gerimis yang turun membasahi keringnya aspal malam ini.

Alfan, nama yang beberapa bulan ini merubah hari-hariku. laki-laki yang secara diam-diam membuat hatiku selalu berdetak lebih cepat, laki-laki yang selalu ku rindukan di setiap kesempatan, laki-laki yang tanpa sadar selalu ingin ku perhatikan. Alfan, kakak tingkat yang entah bagaimana terlihat begitu mempesona saat pertama kali mataku bertemu dengan matanya. Entah, bagaimana lagi aku mendeskripsikan tentang dia karena semua tentang dia terlihat sempurna untukku.

Namun, kembali lagi teringat kejadian yang ku lihat sore ini membuatku benar-benar hancur berkali-kali ku coba memejamkan mata, mengistirahatkan pikiran tetep saja hatiku tak mengizikan hati dan pikiranku untuk berhenti mengingat dinginnya gerimis dan hangatnya air mata yang jatuh sore ini.

Siapa perempuan itu ?


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 11, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Langkah KitaWhere stories live. Discover now