Sehari sebelum hari ulang tahunku, aku meminta ayahku untuk membelikanku sebuah sepeda motor baru. Tapi sayangnya ayahku tidak menjanjikannya.
“Tapi Yah, besok kan hari ulang tahunku. Seharusnya Ayah bisa membelikanku motor. Aku kan anakmu satu-satunya.” pintaku.
“Tapi Nak, kamu kan tahu Bapak ini hanya seorang sopir bus. Bapak butuh waktu untuk bisa membelikanmu motor. Kamu pakai dulu motor Bapak ya, Nak.” jawab ayahku.
“Masa aku disuruh pakai motor butut Ayah. Malu lah aku Yah.” Ujarku sambil pergi meninggalkan rumah.Aku pergi ke tempat teman-temanku. Banyak di antara mereka yang menanyakan apakah aku dapat motor baru. Karena aku tidak mau malu aku bilang kalau aku pasti dapat motor baru. Hari itu aku benar-benar berharap ayahku akan membelikanku motor. Aku tahu ayahku hanya seorang sopir bus. Tapi kalau ia sayang sama aku seharusnya sejak lama ia sudah mengumpulkan uang untuk membelikanku motor.
Rabu, 10 Maret 2014
Tiba hari yang ku tunggu, yaitu hari ulang tahunku. Pagi itu aku bergegas ke garasi tapi belum ada motor baruku. Ketika aku hendak menanyakan ke ayahku, dia sudah pergi bekerja. Siang sepulang sekolah, ku lihat masih belum ada motor baru di garasi. Akhirnya aku menunggu ayahku untuk pulang. Setelah lama menunggu, akhirnya ayahku datang juga.“Yah, motorku mana?” tanyaku.
“Bapak punya sesuatu buat kamu. Tapi Bapak mau mandi dulu.” kata ayahku sambil menuju kamar mandi.Aku pun menunggu di teras rumah. Setelah beberapa lama, ayahku ke luar dengan motornya. Dia mengajakku ke suatu tempat, tapi dia menyuruhku untuk menutup mata dengan sehelai kain. Saat itu aku yakin bahwa ayahku mengajakku ke dealler untuk membelikanku motor. Beberapa saat kemudian aku merasa motor kami sudah berhenti. Ayahku menyuruhku membuka mata, dan seketika aku sangat terkejut dan kecewa. Ku pikir ayah mengajakku ke dealler, ternyata ia mengajakku ke kedai makan. Aku kesal dan tanpa pikir panjang aku berlari untuk pergi dari sana. Aku mendengar ayahku meneriakkan namaku dan seketika aku tidak ingat apa pun. Pagi hari ketika aku sadar, aku sudah berada di rumah sakit dan di sana ada nenekku. Nenekku menceritakan semua padaku. Ternyata ayahku menyelamatkanku dari sebuah mobil yang melaju.
“Lalu Ayah sekarang dimana, Nek?” tanyaku
“Dia sudah di rumah, dia tadi menitipkan kunci motor ini. Katanya ini untukmu. Dia minta maaf kalau sudah mengecewakanmu, Ayahmu bilang dia sebenarnya ingin memberikan ini setelah selesai makan di kedai.” kata nenekku.Setelah beberapa lama, dokter mengizinkanku untuk pulang karena aku tidak apa-apa dan hanya sedikit terbentur. Saat di perjalanan aku bertanya kepada nenekku kenapa ayahku tidak menemaniku di rumah sakit. Tapi nenekku terdiam dan tidak mengucapkan sepatah kata apa pun. Ketika sampai di rumah aku terkejut karena sudah ada bendera putih berdiri tegak di depan rumahku. Aku menangis dan langsung berlari ke dalam rumah. Ku lihat ayahku sudah terbalut kain kafan yang putih seputih hatinya. Aku langsung menangis sekencang yang aku bisa. Hari itu aku sangat menyesal dan kecewa. Aku selalu menyalahkan diriku atas kepergian ayahku. Sekarang aku tidak lagi mempunyai orangtua. Ibuku sudah lebih dulu meninggalkanku dan sekarang aku hanyalah sendiri. Sendiri seperti daun layu yang diterpa hembusan angin. Terbang tak tentu arah dan tujuan...
***