Chapter 01: Benefits

4.2K 57 4
                                    

➳ ➳ ➳

Aku melihat refleksi bayanganku sendiri di cermin, kukerjapkan mataku tidak percaya. Ini benaran aku kan? Keira? Hmmm...Mbak Pipit memang jagonya dalam hal makeover. Lihat saja aku hari ini, kinclong mulus, rambutku ditata sedemikian rupa tapi aku sungguh tidak nyaman dengan rambut yang dibiarkan tergerai begitu saja. Jakarta itu benar-benar panas, walaupun ada AC tapi tetap saja, jadi aku memutuskan untuk mengikat rambutku.

Aku mengambil sebuah lipstick soft pink yang biasa kupakai lalu mengoleskannya dibibirku. Semuanya selesai. Hari pertama bekerja membuatku gugup, lagi-lagi. Kulangkahkan kakiku keluar dari kamar mandi perempuan menuju lift yang jaraknya hanya beberapa kaki dari toilet. Aku menekan angka 14 dan cuuuuusssh! Beberapa detik kemudian aku sudah sampai di lantai tersebut. Kalau boleh jujur, aku tidak terlalu suka lift. Well, aku punya pengalaman buruk disana. Terjebak selama hampir 4 jam. Kalian bisa bayangkan itu? Ughhh. Membayangkannya saja sudah membuatku sesak.

"Permisi," ucapku sopan kearah perempuan nyentrik yang sedang asyik berfoto selfie dibalik mejanya. Ia tidak menggubrisku dan malah memonyong-monyongkan bibirnya kearah kamera. Aku menarik nafas panjang, mencoba sabar. Walaupun aku juga suka foto selfie tapi aku melakukan hal itu di waktu dan kondisi yang tepat dan jelas sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk ber-selfie-ria. "Uhhmm, saya ingin bertemu dengan Pak Bay-" belum juga selesai bicara udah dipotong gitu aja. Mbak si tukang selfie ini memang menyabalkan sekali ya.

"Itu ruangannya Pak Bayu disebelah sana, kamu masuk aja," potongnya cepat tanpa mengalihkan pandangannya dari layar handphonenya lalu ia mulai tertawa cekikikan sendiri. Aku menggelengkan kepalaku tidak percaya lalu menatap miris kearah perempuan seumuranku itu. Amit-amit cabang bayi. Kantornya sih luar biasa bagus tapi karyawannya....ah sudahlah.

Aku mengetuk ruangannya, tapi tidak ada jawaban 'silahkan masuk' atau hanya 'masuk'. Aku hanya mendengar suara orang yang sedang asik bercengkerama. Ini benar ruangannya kan? Apa jangan-jangan mbak-mbak tadi bohong? Lalu mataku menangkap sebuah nama Bayu A. Purnomo tepat di pintunya. Mbak-mbak tadi tidak mungkin bohong.

Masuk

Nggak

Masuk

Nggak

Masuk.

"Permis-" akhirnya aku memberanikan diriku masuk ke Ruangan milik Pak Bayu itu, aku tidak melihat orang Indonesia di ruangan ini. Mana Pak Bayu Adisasi? Yang aku lihat hanya dua orang laki-laki berwajah tampan dengan wajah bule-nya yang membuat diriku ingin melambai-lambaikan tanganku kearah kamera karena tidak kuat, bukan tidak kuat karena takut melihat hantu melainkan tidak kuat karena melihat seorang pria tampan yang kini sedang mendekatiku. Iya! Salah satu pria tampan dengan kemeja hitamnya ini makin mendekat kearahku, seketika alunan musik india mulai bermain dikepalaku dengan nyaringnya dan aku mulai melambaikan tanganku. Tanda bahwa aku sudah benar-benar tamat alias tidak kuat lagi.

Ia menarik tanganku kedadanya lalu dengan charming-nya ia mulai melingkarkan tangannya di pinggangku. YATUHAN YATUHAN, AKU BARU SAJA MELAMBAIKAN TANGANKU, tapi kenapa aku tidak digotong oleh sekumpulan orang tapi malah kembali digoda. Tunggu, oh tidaaaaaaaaaaaaaak. Aku baru ingat kalau aku bukan di acara Dunia Lain melaikan sedang bekerja. Hari pertama bekerja! TAPI PEKERJAAN MACAM APA INI? Huwaaaaaaa...

Just Deal With ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang