Prologue, When Kenzie Meet Karma

1.8K 142 30
                                    


Didedikasikan untuk : @kurokibasweet

💨💨💨

“Kita nggak butuh status. Gue nggak suka dikekang. Dan gue lebih gak suka lagi kalo ada yang maksa-maksa gue ngelakuin apa yang gue gak suka.”

Cowok itu, Kenzie namanya. Hidup sesuka hatinya sejak dia mulai tahu bahwa dia berbeda. Sesekali dia akan memperkenalkan dirinya sebagai ‘orang sakit’, dengan kutip di awal huruf o dan di akhir huruf t. Dengan senyuman lucu, misterius yang mampu membius siapa pun yang dekat dengannya. Kenzie selalu tertawa penuh jumawa kala ada yang menyinggung soal itu padanya. Tentang pesonanya yang tak bisa diabaikan begitu saja.

“Itu kelebihan cowok sakit kayak gue, kali. Lo kan tau sendiri, Tuhan itu adil,” selalu begitu jawabnya diselingi tawa khasnya. Tawa yang seakan memiliki magis, yang mampu membuat siapa pun terpukau dan semakin terperosok dalam pesonanya. Mempercayai apa pun yang dikatakannya, berubah seperti orang bodoh dan buta.

Seperti yang terjadi pada si polos Reyhan, saat ia tengah duduk dan menatap penuh puja pada Kenzie. Setelah pernyataan cintanya yang penuh kejujuran beberapa menit lalu. Dada cowok berwajah lembut itu, yang semula sesak akibat hiperventilasi mulai reda. Kepanikan bercampur gugup saat hendak menyatakan perasaan pada ‘cowok sakit’ itu membuat penyakit lamanya kambuh.

“Terus gimana?” tambah Reyhan mencari keputusan. Kenzie mengangkat sebelah alisnya, isyarat untuk bertanya tanpa mengatakan apa-apa. Sesaat, Reyhan terserang bengong dadakan sebelum akhirnya kembali mendapatkan suaranya lewat sebuah deheman.

“Aku bakal anggap kamu benci sama aku kalau kamu gak jawab apa-apa.”

Kenzie terkekeh pelan.

“Kenapa lo jadi sama kayak yang lain, sih? Ngarepin status?”

Reyhan menggeleng pelan, tersenyum miris.

“Bukan status. Tapi kepastian. Nggak apa-apa kalo kamu nggak suka dikekang status. Tapi kasih tau apa yang kamu rasain, apa yang kamu pikirin tentang aku.”

“Lo nyari alesan?” balas Kenzie sukses melahirkan sebuah kerutan di dahi Reyhan.

“Biar bisa terus deketan sama gue?” sambung Kenzie. Reyhan masih dalam mode mencernanya ketika Kenzie bahkan sudah terbahak sambil mengelus kepalanya.

“Gue nyaman deketan sama lo. Dan gue nggak pengen lo pergi.”

Reyhan sontak tersenyum lebar.

“Aku anggep kalo kamu nerima aku!”

“Gue ga suka status!”

“Aku nggak peduli. Aku kan nggak ngekang kamu. Pokoknya sekarang, kamu itu pacar aku!” balas Reyhan sambil tersenyum lebar, mengekspresikan kebahagiaan di hatinya.

Kenzie tidak suka. Dia ingin menolak. Tapi tak sepatah kata pun terucap sebagai bentuk protesnya kala matanya menangkap binar bahagia di wajah lembut milik Reyhan. Tak ada desiran atau gerakan apapun di hatinya berkenaan dengan pernyataan cinta Reyhan padanya.

Berbeda sekali dengan pernyataan cinta dari seseorang di masa lalunya. Sesuatu yang membuatnya percaya bahwa cinta itu memang ada. Tapi perasaan itu jelas bukan untuk Reyhan. Kenzie merasa, dirinya yang sekarang ini seperti cankang kosong. Dan bila Reyhan benar-benar mencintainya, maka laki-laki berwajah lembut itu sesungguhnya saat ini hanya sedang bertepuk sebelah tangan.

Kenzie tersenyum miring. I never been believed for a true live anymore!

💙💙💙

Yak, plis jangan timpuk saya karena Eccedentessiast belom tamat dan malah bolos apdet terus malah publish cerita baru.

Ini nggak banyak-banyak kok part-nya. Bahkan cuma tinggal nulis epilog doang di draf saya.

Leave me something after read this, guys. Thank you!

When Kenzie Meet KarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang