5

107 5 0
                                    

"Luka yang disembuhkan oleh waktu, perlahan terbuka lagi oleh waktu"
----------------

Risa teringat bagaimana dulu awal masa pacarannya dengan Rido. Saat Rido menembaknya menggunakan kertas-kertas yang diberikan oleh anak-anak sepanjang perjalanan Risa.

Risa teringat bagaimana masa pacarannya dengan Rido, yang manis di awal, ia mengingatnya bagaikan mengingat masa lalu yang kelam. Ia mengingat pada awal mereka pacaran, Risa selalu diberikan hal-hal manis yang membuat orang iri.

Tapi pada saat itu, pada saat perempuan itu muncul, dan merusak segalanya.

Rido menjadi kurang perhatian pada Risa, Risa yang selalu dicuekkin ketika  mereka bersama. Risa yag selalu membuka awal chat dan mengakhirinya.

Pada awalnya Risa menerima itu semua karena Risa sayang dengan Rido. Tetapi semakin hari, Rido semakin perhatian dengan perempuan itu, daripada dengan Risa yang notabenenya adalah pacarnya.

Lalu malam itu, malam dimana mereka melihat bintang, malam dimana menjadi malam yang sangat indah bagi Risa, dan sekaligus malam menyedihkan bagi Risa.

Malam itu adalah ulang tahunnya yang ke-15 dan hari anniversarynya dengan Rido yang memasuki 1 Tahun, dan pada awal usia itu, ia mulai sadar, jika ia tidak boleh menyakiti dirinya, dan menyakiti perasaannya, karena itu ia memutuskan hubungannya dengan Rido, berharap Rido bahagia dengan perempuan itu.

Tapi, ternyata tadi yang dikatakan oleh Fariz, merubah seluruh pandangan Risa. Risa merasa bersalah, tetapi ia tidak habis pikir, dimana perempuan yang selama ini dengan Rido. Yang mendapat semua perhatian Rido. Ia ingin marah pada perempuan itu. Tetapi jika mengatakan Risa menyesal, TIDAK!. Dia tidak menyesal sedikitpun. Ia bahagia ketika melihat awal kebersamaan Rido dengan perempuan itu.

Tetapi sekarang ia ingin meluruskan semuanya dengan Rido. Ia ingin Rido menjadi Rido yang dulu. Yang ceria dan banyak bicara. Bukan Rido yang brengsek dan bau alkohol.

***

"Sa, kantin yuk," tawar Nata

"Gak deh Nat, gue lagi nggak mood"

"Yaudah kalo gitu, gue sama Lisa ke kantin dulu ya"

"Hem"

Pada waktu istirahat, Risa tidak berniat untuk ke kantin. Ia tidak lapar sedikitpun. Ia sedari tadi menatap Fariz dan melihat semua gerak-geriknya. Risa ingin bertanya, apakah alamat mereka masih alamat yang sama atau tidak.

Ia ingin pergi menemui Rido.

***

Setelah pulang sekolah, buru-buru ia mengikuti langkah Fariz ke tempat parkir.

"Fariz" panggil Risa saat Fariz mau memasuki mobilnya.

Merasa namanya dipanggil, Fariz menoleh ke belakang dengan tatapan dingin dan wajah yang datar tanpa sedikitpun ekspresi. Sesaat dia mengangkat sebelah alisnya.

"uhm...gini, gu--gue boleh num--numpang gak?"

Fariz hanya menatapnya dengan wajah yang datar.
Risa yang menyadari itu, dia melanjutkan perkataannya.

"Gue mau ke rumah lo, mau ketemu sama Rido"

"Terlambat"

"Maksud lo apa?"

"Lo seenaknya pergi dari hidupnya saat dia lagi terpuruk, dan sekarang lo mau balik lagi buat dia? Semuanya terlambat! Terlambat"

"Gue janji! Setelah ini gue gak bakal ganggu dia lagi, gue cuman mau meluruskan semuanya mungkin dengan cara itu, dia bisa jadi Rido yang dulu"

"Please Far, gue mohon sama lo" Risa memohon dengan wajah yang sedih dan mata yang berair.

"Naik"

"Apa? Gue diizinin?"

"Naik"

"Makasih Far"

Setelah berusaha, akhirnya Risa bisa pergi ke rumah Rido dan meluruskan semuanya.

Saat didalam perjalanan, tak ada satupun diantara mereka yang memulai topik.

Suasana mobil sangat hening.

Saat hening itu, Risa mengingat saat dulu dia bahagia dengan Rido, saat kedatangan perempuan itu dan merubah segalanya.

Segalanya yang indah berubah jadi sirna. Tak ada lagi kata sayang yang diucapkan Rido padanya. Tak ada lagi perhatian yang diberikan Rido padanya.

Yang ada hanya Kesendirian yang menetap didalam diri Risa, sampai Risa sadar, bahwa mungkin Rido sudah tidak mau bersama-sama dengan Risa lagi.

"Turun" satu kata dari Fariz, membuyarkan lamunannya tentang Rido.

"Apa? Turun? Lo gila nyuruh gue turun ditengah jalan yang gue gak tau dimana? Lo tega banget sih"

"Udah nyampe"

Saat Risa mendengar itu, ia langsung menutup wajahnya dengan telapak tangannya. Karena merasa sangat malu.

Karena tidak ingin lama-lama lagi dengan Fariz didalam mobil, akhirnya Risa berjalan keluar dan menuju kesebuah rumah sederhana yang dicat putih dengan sedikit tambahan warna hitam disetiap tiangnya.

"Lo mau kemana?" tanya Fariz saat sudah berada dibelakang Risa.

"I--ini rumah lo kan?" tanya Risa hati-hati.

"Bego" kata Fariz, lalu ia berlalu dari hadapan Risa.

"Eh tungguin"

Ia melihat Fariz berjalan menuju rumah yang mewah dengan pagar yang sangat tinggi.

Ternyata mereka sudah pindah rumah. Pindah meninggalkan kenangan lama. Kenangan waktu mereka tertawa bersama saat bahagia, dan meneteskan air mata bersama saat sedih.

Saat ia melangkahkan kaki masuk di rumahnya Fariz, kesan pertama yang ia rasakan adalah, INDAH! rumah itu indah dengan nuansa Eropa didalamnya.

"Rido di kamar, kamarnya lantai 2"

"Gue bisa ke kamarnya?"

"hm"

Mendengar kata Fariz, Risa langsung melangkahkan kaki naik ke tangga menuju lantai 2 dimana kamar Rido berada.

Saat ia tiba di lantai 2, ia disambut dengan pintu berwarna putih dengan hiasan 'R&R'.

Risa ingat, hiasan 'R&R' dulu dibeli Risa sebagai hadiah ulang tahun Rido yang ke-16, sesaat, Risa meneteskan air mata, karena salah satu pemberiannya masih disimpan Rido.

Saat Risa membuka pintu, bau alkohol menyengat dan menusuk hidungnya.

"Risa"
.
.
.
.
.
.
Stay tune guys💓
Vote+comments💓

Farisa💛

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FarisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang