Prolog

57 9 0
                                    

Tidak ada yang salah dengan waktu, hanya saja sekarang ia sedang meratapinya. Meratapi apa? Tentu saja meratapi kesedihan. Kesedihan apa? Kalian tak perlu tahu.

Ia hanya merasa dibohongi, dibodohi, dikhianati. Entah oleh siapa. Oleh orang yang tiba-tiba saja hadir di hidupnya atau karena perasaannya sendiri yang terlampau tinggi. Ia sudah berharap banyak pada orang yang baru dikenalnya itu. Apa ia salah ? Pemuda itu selalu saja hadir saat hatinya terpuruk, membutuhkan seseorang. Dimana hidup terasa sulit dan tak ada seseorang sebagai penopang, pemuda itu datang menawarkan bantuan. Apa salah jika ia mulai membuka hati?

Salah atau tidak, mungkin hanya ia yang mengerti jawabannya. Yang jelas takdir sudah terlalu sering mempermainkan hatinya. Sama seperti pemuda itu yang membawa perasaannya terbang tinggi lalu dijatuhkan begitu saja ke jurang terdalam, hingga ia tak tau bagaimana caranya keluar dari dalam sana.

Kini jika orang-orang akan menatapnya iba hanya karena duduk menangis di bangku halte. Ia tak peduli lagi. Orang-orang akan kasihan, tapi tak ada satupun yang benar-benar peduli. Paling tidak, itulah yang hidup ajarkan padanya. “Jangan pernah berharap pada orang lain”. Janji yang selalu ia ucapkan dalam hati. Namun diingkarinya dengan mudah saat pemuda itu memberikan perhatian lebih padanya. Sekarang ia sendiri yang harus menanggung sakit hati, karena terlalu berharap lebih pada seseorang. Dan seseorang itu hanya memberimu sebuah pengharapan palsu.

Seharusnya aku tak mengharap lebih pada perasaan yang disebut cinta – Viona Natalie

Harus melakukan apalagi untuk membuatmu percaya bahwa perasaanku ini memang benar adanya - Arion Aditama

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Can I Hold Your HandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang