"Apa kamu tidak ada kerjaan lain selain menggoda JiWon?" Song JongKi memulai pembicaraan sesaat setelah ia dan Song SiWan memasuki rumahnya.
SiWan mendengus. Kemudian dengan acuh ia berjalan menuju ruang tengah dan mengambil remote televisi.
"Jangan lakukan itu kalau kamu hanya ingin main-main dengannya" Kata JongKi akhirnya.
"Bagaimana jika aku tidak lagi bermain-main dengannya?" SiWan akhirnya menjawab setelah beberapa menit kemudian.
JongKi tersedak minuman yang baru saja dia teguk. "Jangan bercanda"
SiWan tersenyum miring. "Akan aku pastikan hati dan juga pikirannya akan berpaling darimu untukku. Seorang!"
JongKi termenung lama sekali, hingga ia ditinggal SiWan kekamarnya dalam kesunyian malam di ruang tengah.
###
Hari itu, hari senin. Hari yang sangat dibenci oleh kebanyakan manusia, tak terkecuali Lee YooBi. Setelah meletakkan tas sekaligus menghempaskan tubuhnya pada salah satu kursi di pojok ruangan kelas, ia mengambil headset didalam saku seragamnya dan mulai mengenakannya untuk mendengarkan lagu. Lee YooBi merupakan satu dari berjuta-juta manusia lainnya yang tak menyukai keramaian. Karena didalam kelas tersebut terlalu banyak kaum-kaum perempuan yang berceloteh ria hingga kaum-kaum lelaki yang tertawa terahak-bahak ntah menertawakan apa. YooBi sama sekali tak ambil pusing. Sampai kemudian, kepala sekolah-Pak Ji Sung-datang ke kelasnya diikuti oleh seorang gadis.
"Selamat pagi, anak-anak" Sapa Pak Ji Sung.
"Pagi" Jawab anak-anak serempak.
"Baik. Di pagi cerah ini kalian akan bertemu dengan teman baru. Seolhyun, kemarilah. Perkenalkan dirimu pada mereka"
"Hallo, teman-teman. Namaku Seolhyun. Lee Seolhyun. Senang bertemu dengan kalian semua. Mohon bantuannya untuk kedepan, ya" Sapa gadis berambut cokelat panjang bergelombang dengan senyum.
"Ok, Seolhyun, kamu boleh duduk di... samping YooBi" Ujar Pak Ji Sung.
"Mohon maaf, Pak, tapi ini tempat YooJung"
"Biar dia mencari bangku yang lain nanti. Ah! Bukankah dia selalu membolos setiap hari senin?" Ji Sung mengerutkan kening tidak suka. "YooBi, nanti kalau kamu bertemu dengannya, bilang bahwa aku menunggunya di kantor. Dan Seolhyun, silakan duduk. Saya tinggal dulu, ya."
Semuanya kembali dalam rutinitas masing-masing karena guru yang mengajar pada pagi hari ini belum datang, tanpa mengetahui bahwa ada bahaya yang mengancam mereka sebentar lagi.
###
"Wadaw" Lelaki berseragam putih-abu tidak rapi itu mengaduh sambil mengusap-usap kepalanya karena terkena lemparan tas dari atas tempat ia duduk sambil sesekali menyesap batang rokoknya, lantas mendengak, dan melihat seorang gadis yang seusianya sedang menatapnya santai dan mengunyah permen karet. "Sorry, sengaja" Katanya.
Lelaki itu mendengus sambil memutar bola matanya. "Ngapain kamu disitu? Bolos lagi?" Tanyanya pada gadis permen karet itu.
"Menurut lo aja gimana?"
Jawaban lelaki itu hanya mencebikkan bibir dan mengangkat bahu.
"Tumben banget, lo-yang notabene jadi idola sekolah, malah ngerokok dibelakang taman yang tak terawat ini"
"Ternyata selama ini kamu memerhatikanku juga" Lirih lelaki itu.
"Hah? Apa?" Tanya gadis itu. Ia tidak bisa mendengar apa yang dikatakan oleh lelaki itu karena sibuk turun dari tembok tinggi yang dari tadi ia duduki sambil mengunyah permen karet.
"Ternyata selama ini kamu memerhatikanku juga" Ulang lelaki itu.
Gadis itu mengangkat sebelah alisnya, "Jangan salah sangka, Dude! Gue hanya mendengar apa yang masuk dalam telinga gue" gadis itu berjalan menuju tempat tasnya tergeletak dan mengambilnya. Ia sudah melangkah meninggalkan lelaki itu tapi teringat akan satu hal, "Ah, ya, ngomong-ngomong, kalau ngerokok jangan sambil nyanyi gajelas, jatuhnya tambah, eung, bikin telinga gak ketolong. Bye" gadis itu pergi. Tanpa menoleh ke belakang lagi.
Lelaki itu membuang rokoknya ke tanah dan menginjaknya. Lantas terkekeh, "Kim Yoo Jung, ya?" Ia berdesis lirih, menyuarakan nama gadis itu dan mengingatnya baik-baik.
###
KAMU SEDANG MEMBACA
US
Fanfic"Aku memang membencimu. Membenci segala hal yang telah kamu lakukan padaku. Tapi percayalah, disini, dihatiku, kamu masih tetap temanku." Lee Yoo Bi