Bab 1

8.4K 383 7
                                    

Sering di panggil adek oleh orang yang lebih muda darinya adalah hal yang biasa bagi Liora, kini usianya sudah hampir dua puluh dua tahun, ia bekerja di sebuah butik yang di pimpin oleh seorang wanita bernama Karina Maheswati.

Sambil membantu membuat sebuah gaun pernikahan sang pemilik butik, Liora menatap kagum cantiknya desain yang di buat oleh Karin.

“Pasti mbak Karin kalau pakai ini bakalan cantik banget,” puji Liora.

Karin melihat ke arah Liora lalu berhenti bekerja untuk sesaat, “Semua perempuan pasti ada saatnya akan menjadi ratu di hati suaminya dan juga di hari pernikahannya, kamu pasti jauh lebih cantik saat di rias jadi pengantin. Oh ya, nanti kalau kamu nikah jangan lupa undang aku ya.” kata Karin.

“Aku mah gak tau mbak kapan mau nikah.” Liora terkekeh pelan.

“Lah memang kamu gak punya pacar?” tanya Karin, Liora menggeleng sambil nyengir.

“Belum pernah pacaran sama sekali.” Jawab Liora cengingisan.

“Woah, jarang loh jaman sekarang yang gak pernah pacaran, apa lagi kamu tuh cantik. Ah, atau mungkin orang mikirnya kamu anak smp kali makannya di kira anak kecil jadi gak mau di pacarin.” canda Karin ikutan tertawa.

“Ah mbak karin bisa aja, umur aku loh hampir dua puluh dua tahun masih aja di puji kayak anak smp.” Liora pun kembali tertawa.

Keduanya kembali melanjutkan pekerjaan, tapi sekali lagi Karin menyudahi pekerjaan yang tinggal sedikit lagi selesai, Karin melihat Liora dengan cermat. Salah satu pegawainya itu memang tidak begitu tinggi tapi wajahnya sangat imut sampai kebanyakan orang mengira jika Karin memperkerjakan anak di bawah umur kerja di butik.

“Keadaan ibu kamu gimana?” tanya Karin.

Liora tanpa sengaja tertusuk jarum karena pertanyaan Karin.

“Aw!”

“Ah maaf! Gak dalam ‘kan?” Karin meraih tangan Liora melihat darah keluar dari ujung jari telunjuk.

“Gak papa mbak, tangan aku kepleset dikit tadi, gak dalam kok.” Liora menuju ke wastafel mencuci tangan nya yang berdarah tadi. Karin mengambil kotak obat untuk mengobati luka Liora.

“Maaf aku tiba-tiba nanyain soal ibu kamu.”

Gadis itu melihat Karin kemudian menarik tangan nya, “Ibu aku udah meninggal mbak.” ucap Liora lirih dengan kepala menunduk, “uang yang mbak Karin berikan kemarin aku pakai buat operasi ibu tapi operasinya ternyata gak berjalan lancar, ibu mengalami pendarahan lalu besoknya ibu meninggal.” Lanjut Liora dengan nada rendah.

“Terus kamu gak bilang sama aku kalau ibu kamu udah meninggal?” tanya Karin tak habis pikir, pasalnya Liora terlihat begitu tenang seolah tidak terjadi apa-apa, tapi ternyata ibu dari gadis di depannya ini sudah tidak ada, Karin merasa iba karena setau Karin Liora hanya memiliki ibu nya saja sebagai keluarga.

“Udah gak papa, ibu udah bahagia kok di surga.” Liora mengukir senyum di wajahnya yang justru semakin membuat Karin kasihan, Liora melewati Karin untuk melanjutkan pekerjaan.

Liora mengusap air matanya di posisi membelakangi Karin, ia tidak ingin terlihat lemah saat sekarang ini sedang berjuang hidup sendirian. Tak lama Liora mendengar pintu tertutup, pasti boss nya itu sudah keluar sehingga Liora bisa menumpahkan air matanya tanpa suara, tapi segera ia sudahi setelah beberapa detik.

Jarum kembali di pegang oleh Liora, ia harus fokus karena jika tidak pasti jarum akan menusuk jari tangannya lagi.

“Liora,” panggil Karin.

Istri ImutkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang