Chapter 19

1.5K 129 6
                                    

"A-apa maksudmu dengan menahan jiwa di alam lain?" Naruto mendelik.

Setelah hampir dua menit hening, Naruto menyuarakan suaranya yang sedari tadi tertahan di tenggorokannya. Dia sama sekali tak mengerti apa yang di maksud oleh gadis merah muda itu. Sama sekali tak tahu.

Sedangkan Sasuke hanya diam. Tak mengerti harus berbuat apa. Dan dia sama sekali tak merasakan tangan Sakura yang ada di genggamannya bergetar, padahal sudah diberikan tatapan membunuh oleh dua pemuda. Naruto dan Neji. Ia menjadi semakin tertarik dengan gadis bermarga Haruno ini.

Sakura hanya memutar bola matanya malas. Sumpah, ia sangat malas menjelaskan pada pemuda berkulit tan itu. Tapi mau bagaimana lagi, dia harus menjelaskan semuanya agar jiwa gadis Hyuuga itu selamat. Karena jika jiwa seseorang yang di tahan di alam lain secara sengaja oleh arwah, selama lebih dari 7 hari, maka akan menyebabkan koma berkelanjutan atau bahkan kematian karena raga tidak lagi mau menerima jiwa.

"Percaya kepadaku atau tidak itu masalah kalian." Ucap Sakura memulai. Lalu dia melangkah maju agar punggung lebar Sasuke tak menghalangi wajahnya. "Hinata sudah mengambil barang yang bukan miliknya. Sebuah jepit berbentuk bunga laven―"

"Tunggu!" Naruto memotong perkataan Sakura cepat. "Sebuah jepit berwarna baby purple, berbentuk bunga laverder?"

Sakura mengangguk menanggapi Naruto. "Ya."

"Aku bertemu dengan Hinata 3 hari lalu, dia menggunakan jepit itu. Warnanya sangat cocok untuk Hinata. Kupikir dia membelinya." Naruto terlihat seperti ingin mengingat sesuatu dengan jelas. "Ah ya! Dia juga merasa tubuhnya sangat lelah seperti habis mengangkut barang berat. Yah, aku hanya tertawa saat itu. Kan Hinata adalah seorang putri di keluarga Hyuuga, maka tidak mungkin untuknya mengangkat barang berat."

Nafas Sakura tercekat. 'Dia berkata bahwa Hinata merasakan tubuhnya sangat lelah? Apakah itu artinya Tera sudah mengikuti Hinata sejak itu?'

"Sakura kau tak apa?" Sasuke bertanya karena melihat Sakura seperti melamunkan sesuatu.

"Aku akan berbicara dengan temanku. Jika kalian berfikir bahwa aku gila, maka nyawa Hinata balasannya." Sakura berkata dengan wajah datar dan nada dingin menusuk. Sebenarnya kalimat terakhir hanya sebagai gertakan saja. Namun akan benar adanya jika Sakura tak mau membantu.

Sasuke, Naruto dan Neji tampak mengangguk secara terpatah.

"Hikari, apakah ini artinya hantu kecil itu memang sudah mengincar Hinata?" Tanya Sakura tanpa mempedulikan tatapan tak percaya yang di layangkan oleh tiga pemuda berbeda marga itu.

"Kurasa iya. Lihatlah Tera semakin erat memeluk Hinata. Percayalah padaku, Sakura. Meskipun Tera adalah hantu anak kecil dia memiliki kekuatan yang besar. Mungkin sama kekuatannya dengan Kaguya waktu itu."

"Tapi bagaimana aku akan membantu jiwa Hinata kembali?"

"Aku sebenarnya tidak tahu dengan pasti. Namun aku pernah mendengar dari hantu-hantu lain jika ada jiwa yang di tahan oleh arwah di alam lain maka jiwa yang lainlah yang akan menjemput." Hikari nampak memperhatikan Tera yang sedang memeluk raga Hinata erat. "Kurasa pertama-tama yang musti kita lakukan adalah mengusir para pria tampan ini."

Sakura mengangguk setuju. "Kalian bertiga. Keluar."

Dahi Neji mengernyit. Merasa gadis merah muda itu tak punya hak untuk melarangnya Neji mendesis. "Kenapa kau meminta kami untuk keluar?" Pria berambut panjang itu tersenyum miring mengejek. "Agar kau bisa mengatai Adikku sesuka hatimu begitu?"

Lagi dan lagi. Sakura hanya memutar bola matanya malas. Sungguh ia tak ingin beradu argumen saat ini. Meskipun samar dia bisa melihat raut wajah Hinata yang di liputi keresahan. Namun itu bisa dilihat ketika Sakura benar-benar menatap wajah Hinata lekat.

Oyasuminasai SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang