Chapter 1 : Awal

8 1 2
                                    

(07.20 a.m)

Aldora membenarkan letak kacamata miliknya. Kacamata lusuh pemberian seorang lelaki dermawan yang dulunya sering datang ke panti asuhan tempatnya tinggal.

Aldora terus melangkahkan kakinya menuju kelasnya untuk duduk di bangku miliknya (setidaknya selama dia bersekolah di sini) dan menyimak pelajaran yang akan diberikan Mr. Thompson.

"Hei, kalian nyium bau busuk nggak?"

Aldora tersentak. Dia melirik ke arah sekumpulan perempuan yang sedang melihat ke arahnya dengan tatapan mengejek di depan loker.

"Bau apaan, nih? Oh iya, kalau nggak salah di sekolah kita ada gembel yang dimasukkan karena beasiswa, ya. Mungkin bau dia tuh, hihihi," respon salah satu dari mereka terhadap ucapan perempuan bernama Dean Jackson.

Aldora tahu betul bahwa dialah orang 'gembel' yang mereka maksud. Diiringi tawa dari para perempuan tadi, Aldora mempercepat langkahnya memasuki kelas. Biarpun hampir setiap hari dia mendapatkan ucapan kebencian seperti tadi, bukan berarti itu membuat hatinya menjadi kebal atas ejekan mereka. Ya, hatinya terasa sangat sakit.

'Apa salahku? Mereka selalu memperlakukanku dengan buruk. Apa karena kemiskinan ini? Tampang ini? Apa mereka pikir aku mau menjadi orang seperti ini?' Aldora membatin.

Aldora memasuki kelas tempatnya duduk di kursi paling pojok belakang selama 1 tahun. Lebih tepatnya, 1 tahun 3 bulan setelah pertama kali ia menginjakkan kakinya di sini.

"Al!"

Baru saja Aldora menaruh pantatnya di atas kursi, Kelsie, sahabatnya datang dengan kehebohan yang tak pernah tidak terjadi.

Orang-orang melirik untuk sepersekian detik dan menggeleng-gelengkan kepala, seolah berkata, 'lagi-lagi mereka'.

Kelsie berlari menuju tempat duduk Aldora, sembari menunjuk-nunjuk sebuah poster grup 'Two Ways', band kesukaannya.

"Hei, al, lihat nih, Two Ways akan mengadakan konser di sini! Di kota ini!"

Kelsie menaruh tasnya di kursi depan meja Aldora. Dia dengan heboh memamerkan poster konser idolanya itu.

"Hmm," respon Aldora. Dia tak terlalu tertarik dengan hal-hal seperti itu.

"Ayo datang," ajak Kelsie, bersemangat.

"Nggak ah, aku mau bantu-bantu ibu Wendy. Soalnya, di panti asuhan ada bayi kembar yang ditinggalkan di depan pintu tadi malam," jawab Aldora. Lagipula, jika hanya untuk menghabiskan waktu, dia lebih suka untuk membaca buku cerita Berry Potty yang belum selesai dibacanya.

Mendengar jawaban Aldora, Kelsie memudarkan senyumanya. Dia duduk di kursinya dan menghadap belakang,
"Tapi besok main ke rumahku ya. Nanti aku belajar matematika,"

Aldora menghela nafas dan mengangguk,
"Yaa"

"Sekarang, biarkan aku membaca buku ini dengan tenang," lanjutnya, mengeluarkan buku Berry Potty dari dalam tasnya.

'Daripada menunggu Mr. Thompson sambil diam dan tak melakukan apapun', pikirnya.

"Ah, ya udah deh" jawab Kelsie. Dia membalikkan badannya ke depan.

(04.30 p.m)

"Pelajaran hari ini sampai di sini," ujar Mrs. Wanda, selaku guru Biologi yang mengajar pada jam pelajaran terakhir, setelah mendengar suara bel sekolah berbunyi.

"Kels, nanti aku langsung pulang, ya. Aku mau beli kebutuhan si kembar dulu," kata Aldora, sembari memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.

Kelsie menengok ke belakang,
"Oh? Oke,"

Mereka berdua berjalan bersama sampai di gerbang sekolah. Setelah itu, Kelsie masuk ke dalam sebuah mobil mewah berwarna hitam yang dikemudikan oleh supirnya.

Sementara itu, Kelsie berjalan menuju mini market. Dia membeli beberapa popok, bedak bayi, minyak-minyakan, dan lain-lainnya.
"Hmm... Udah lama juga ya, nggak ada barang-barang kayak gini di panti asuhan. Sekarang, anak-anak udah pada tumbuh besar. Yang paling kecil, si Heza aja udah masuk tk," gumamnya, tersenyum mengenang.

Begitu selesai berbelanja, Aldora segera pulang ke panti asuhan. Sesampainya di sana, ia melihat dua buah mobil terparkir di depan panti asuhan. Ada dua orang lelaki bertubuh besar yang sedang berbicara bersama ibu Wendy di teras panti asuhan.

'Ada apa ya? Apa ada anak yang mau diadopsi?' Pikir Aldora. Dia melangkahkan kakinya mendekat.

"Ah, itu dia. Sini, Aldora,"
Aldora mengangkat wajahnya ketika mendengar namanya dipanggil. Ia melihat ibu Wendy dan kedua orang itu sedang menoleh padanya.

"Begini, ada sepasang suami isteri yang ingin mengangkatmu. Kamu mau kan?"

Aldora membatu.

Apa?

Bersambung



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aldora MeredithTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang