"tidak, Gwe.."
"aku lelah, Jinki.. hubungan ini sudah terlalu hambar untuk dilanjutkan lagi"
"kita bisa memulai dari awal kan? Aku akan memperbaiki semuanya dan kita akan baik-baik saja. Semua akan kembali seperti dulu, saat kita bahagia bersama. Bukan bertengkar terus seperti akhir-akhir ini"
"no, Jinki. Kita sudah tidak ada waktu untuk bersama lagi. Kau dengan kesibukanmu, dan aku dengan kesibukanku"
"kita hanya perlu waktu untuk bicara berdua, Gwe.."
"tidak perlu.. aku ingin kita berpisah. Sekarang, Jinki.."
Tak ada lagi yang bisa Jinki keluarkan dari balik bibir tebalnya. Ia melihat setetes cairan bening keluar dari sudut mata wanita di hadapannya. Tidak, Jinki.. itu bukan air mata. Itu hanya setetes keringat yang kebetulan memang melewati sudut mata wanita itu. Ingat? Saat ia emosi, ia memproduksi keringat lebih banyak. Jangan menjadi lemah hanya karena wanita itu. Hanya karena? Wanita itu adalah wanita yang sangat Jinki cintai, yang sudah dinikahinya lebih dari 5 tahun. Wanita yang telah menjadikannya seorang ayah dari dua orang anak kecil yang sangat menggemaskan. Dan sekarang wanita itu memilih untuk pergi?
"baiklahjika itu keinginanmu. Tapi biarkan aku yang merawat Minhwa dan Sooji
***
Satu hari..
Dua hari..
Tiga hari..
Dan hari berikutnya, Jinki masih belum terbiasa atas kepergian Gweboon -mantan istrinya-. Oh, apakah Jinki rela memanggil Gweboon dengan sebutan seperti itu?
"appa.." seorang anak laki-laki yang masih mengenakan piyama dengan motif anak ayam tersebut mengucek matanya sambil menghampiri sang ayah yang sedang terduduk di sofa ruang tamunya dengan beberapa soda kaleng yang setia menemaninya saat terjaga. Dulu, Gweboon akan dengan sangat senang hati meneriaki Jinki saat melihat bahkan hanya setetes soda kaleng yang masuk ke kerongkongan Jinki. Tapi sekarang? Hanya ada suara lembut yang memanggilnya appa. Apa? Jinki menoleh dan langsung membopong anak laki-laki tersebut. beruntung Jinki tidak sedang meminum minuman yang mengandung alkohol.
"kenapa hm? Kenapa kau terbangun jam segini, Minhwa?" melirik jam dindingnya, jam 2 pagi. Minhwa -anak laki-lakinya- tidak terbiasa terbangun sebelum jam 6 pagi. Ada apa ini?
"eomma beyum puyang? Minhwa lindu eomma" tanya Minhwa sambil mengerjapkan matanya
"belum.. eommamu sangat sibuk, Minhwa.. mungkin akhir pekan nanti eomma akan menemuimu" Jinki menghibur Minhwa sambil sedikit berharap bahwa akhir pekan nanti Gweboon benar-benar pulang ke rumah dan menemuinya. "tidur lagi, eum? Ini masih sangat pagi, Minhwa" Jinki mengecup kening anak laki-lakinya itu dan mengantarnya sampai di kamarnya. Menyelimuti tubuh yang sedikit banyak mewarisi dirinya itu. Sedikit gembul, namun menggemaskan. Kemudian mengalihkan pandangannya ke sosok di sebelah anak laki-lakinya. Seorang anak perempuan yang mewarisi kecantikan ibunya. Lee Sooji. Mengecup bibir anak perempuannya itu seakan menyalurkan rindu pada wanita yang sangat ia cintai.
"selamat tidur princessa, aku merindukanmu, dan mencintaimu tentu saja"
***
Enam bulan berlalu, dan Jinki masih dengan teguh mempertahankan statusnya yang sendiri dengan dua orang anaknya itu. Tidak berniat membuka hatinya untuk yang lain, atau mungkin dia yang tidak ingin menggantikan posisi -mantan- istrinya tersebut. bagaimana mengutarakannya... Jinki dan Gweboon bahkan tidak mengurus surat cerainya. Hanya berkata ingin berpisah, dan yah, itu semua terjadi tanpa ada kejelasan.