Bab 22 : I Am Still In There.

17 6 1
                                    

Because i want you, i miss you, i need you, i love you.

***

Gavin kini gusar, sampai jam pelajaran terakhir Winter belum juga kembali ke kelas, bahkan saat istirahatpun Winter tak kelihatan berada di kantin, Winter tak kembali ke kelas walau hanya sekedar mengambil tas juga handphonenya yang tergeletak begitu saja di atas meja.

Winter telah salah paham dengan Gavin, bukan karena sekelompok dengan Winter yang membuat Gavin tidak mau pergi kemah, namun dia tipe orang yang tidak mau ribet membawa barang.

Gavin berlarian kesana kemari, mencari keberadaan Winter. Perasaannya semakin khawatir karena tidak ada satu orangpun yang melihat keberadaan Winter, namun dia lupa kalau ada satu tempat yang belum dia kunjungi, rooftop.

Gavin memelankan langkah kakinya saat memasuki pintu rooftop. Matanya menangkap sebuah pemandangan langka, wanita yang sampai saat ini masih dia sayangi sedang tertidur dengan kepala bersandar pada dinding rooftop.

Kakinya melangkah mendekati Winter yang tertidur dengan bekas air mata di pipinya, wajahnya begitu tenang saat tertidur.

Gavin mendekatkan wajahnya, mengecup kening wanita itu singkat.

"Maafin gue ya, gue nggak maksud bentak lo." Gavin mengusap-usap kepala Winter pelan juga penuh kasih sayang.

"Lo masih gue sayang Win, gue seneng saat tau lo marah gue deket sama Ressel, namun gue ragu atas perasaan lo, gue takut kalo lo hanya merasa kesepian setelah di tinggal oleh Kevlar.
Lo masih menjadi wanita yang sangat gue cintai sampai saat ini, gue benci saat lo menangis." Gavin mengusap pipi gembul Winter.

"Gue suka kepribadian lo, gue suka semua hal tentang lo, lo orang pertama yang bisa buat gue jatuh cinta. Jangan pernah jadi wanita bodoh lagi ya. Gue pamit, selamat tidur." Gavin mengusap kepala Winter pelan, lalu mengecup kening Winter singkat, meletakan tas Winter lalu melangkah pergi.

Winter mengerjapkan matanya saat cahaya masuk ke dalam pengelihatannya, dia melirik arloji yang melingkar cantik di tangannya.

"Udah jam 4, gue tidur lama banget dari istirahat kedua." Winter melihat tasnya kini sudah berada di sampingnya, padahal dia sama sekali belum kembali ke kelas.

"Jin kali ya yang bawain tas gue, uda ah mending pulang."

Winter mengantarkan dirinya ke lobby sekolah untuk menunggu taxi online pesanannya, Raka sudah tidak lagi bisa menjemputnya karena kini Raka dan Rina sudah resmi berpacaran, maka Raka akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan Rina dibanding harus menjemput Winter.

Winter menatap laki-laki yang baru saja mengendarai motornya keluar lingkungan sekolah, Winter menatapnya dengan sendu, terlihat sekali bahwa laki-laki itu tak lagi peduli dengannya.

"Kok Gavin baru pulang? padahal pulang sekolah sudah satu jam lalu."

Saat sampai di rumah, Winter segera memasuki kamarnya berniat untuk kembali tidur, namun sebelum tidur dia memutuskan untuk mandi karena cuaca hari ini sangat panas bahkan AC pun menjadi tak berasa di hari terik seperti ini.

"WHAT THE FUCK!" pekik Winter saat membuka pintu kamar mandinya.

"MAAAA, MAMA," Winter berteriak dengan air mata yang sudah runtuh.

"MAMA CEPETAN KE KAMAR WINTER MA, WINTER TAKUT."

Wina naik ke kamar Winter dengan tergesa-gesa, mendengar teriakan Winter membuat Wina merasa panik.

"Kenapa sayang, kamu ken--" ucap Wina terpotong, matanya terbelalak kaget melihat bathup kamar mandinya di penuhi oleh darah dan bangkai tikus.

"Ma Winter takut Ma, Winter salah apa." Winter memeluk Wina dengan erat.

Wina mengusap pucuk kepala Winter "Tenang sayang, tenang."

"Winter takut ... Ma siapa yang lakuin ini ke Winter Ma?" Winter terisak "siapa yang masuk ke kamar Winter Ma?"

"Jangan takut sayang, Mama ada disini. Bibi yang masuk kesini terakhir kali, tapi Bibi nggak melakukan apapun, dia hanya membereskan kamarmu."

"Iya Ma, aku percaya Bibi, Bibi nggak mungkin ngelakuin ini." Winter meredakan tangisannya.

***

Winter sampai di sekolah dengan di antar Raka, Winter ke sulitan berjalan karena barang yang dia bawa lumayan banyak dan menjadi menyebalkan karena Raka tak berniat membantu Winter sedikitpun.

"Gue bantuin mau?" ucap seorang cowok.

Winter menoleh ke sumber suara "AH LION! lo tau aja ini berat." Winter memberikan kopernya pada Lion.

"Bayarannya lo harus dance sama gue pas api unggun di hari kedua nanti," ucap Lion.

Winter terlihat berpikir "Itu doang kan? nggak aneh-aneh?"

Lion menggeleng.

"Oke kalo gitu deal. Lo harus bawain barang gue pulang dan pergi," ucap Winter.

"Gampang itu mah." Lion mengacak-acak rambut Winter.

"IH LION!" pekik Winter.

Winter berkacak pinggang sambil mengedarkan matanya mencari sosok yang belum lama ini mengisi hatinya.
Gavin benar-benar tidak ikut kamping hari ini, mengingat hal itu membuat Winter mengubah air mukanya menjadi sendu.

"WINTER LO MAU BURUAN ATAU KITA TINGGAL?" pekik Theressa meneriaki Winter.

***
w tau ini gajelas tp jgn hujat w pls. 😂😂 w lg uts jd slow update ya

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang