Bab 24 : Bukti.

19 6 0
                                    

Beruntungnya seseorang yang dicintai juga mencintai. Dicintai akan memberikan kekuatan, dan mencintai memberikan kekuatan.

***

"Lo datang?."

"Lo ngapain?" ucap laki-laki itu datar "kenapa mau-maunya lo nyuciin piring sebanyak ini? siapa yang nyuruh lo?"

"Iya Win, kenapa? siapa yang nyuruh lo?" tanya Lion "gue berasa gagal jadi panitia kalo kaya gini, gue liat salah satu anak diperlakukan tidak adil."

"Aduh kalian tuh terlalu lebay deh, gue nggak apa-apa kok," ucap Winter dengan kekehan.

"Siapa. yang. nyuruh. lo," ucap Gavin penuh penekanan.

Winter diam tak berani menatap Gavin jika sedang seperti ini.

"Winter jawab pertanyaan Gavin," ucap Lion.

Tanpa aba-aba, Gavin menarik tangan Winter meninggalkan Lion yang kini terpaku menatap kepergian mereka. Winter tersenyum melihat tangannya di genggam oleh Gavin meskipun itu tidak sengaja dan Gavim tidak menyadari itu.

Mata Winter membelalak saat tiba di tempat yang Gavin hias sedemikian rupa. Lampu berwarna-warni berkelip di atas kepala, dua buah bangku sandar di cat berwarna pink pastel, beberapa bunga terletak secara beraturan, dan ada juga api unggun mini yang terletak di depan bangku sandar.

Gavin melepaskan genggaman tangannya, berjalan lebih dulu dan duduk di bangku sandar yang sudah dia siapkan. Gavin menepuk bangku sandar yang ada di sebelahnya, mengisyaratkan agar Winter duduk di sebelahnya.

Kecanggungan terjadi diantara mereka berdua.

"Siapa yang nyuruh lo cuci piring sebanyak itu?" tanya Gavin yang masih menatap lurus ke api unggun mini itu.

Winter diam, masih belum mau menjawab pertanyaan Gavin.

Gavin memutar badannya ke arah Winter, menangkup dagu Winter agar Winter dapat menatap matanya "Ngomong aja, setelah lo jawab gue akan buat sebuah pengakuan panjang."

"I-itu An-u yang nyuruh g-gue cewek lo." Winter memindahkan wajahnya dari tangkupan tangan Gavin, namun Gavin meraihnya kembali.

"Gue nggak punya cewe."

"Ressel?" tanya Winter.

Tawa Gavin seketika meledak, membuat Winter bingung dengan reaksi yang Gavin tampakan.

"Ih kenapa ketawa deh?" Winter menautkan kedua alisnya.

"Lo cemburu sama Ressel?" tanya Gavin di sela-sela tawanya.

Winter diam, wajahnya kini cemberut menahan malu juga kesal.

"Adu, du mukanya jangan gitu dong, gue jadi pengen gigit kan," goda Gavin.

"Bodo."

Gavin menaik turunkan alisnya membuat Winter tak sanggup menahan tawanya, tawa mereka berdua pecah bersamaan.

"Lo cantik kalo senyum, apalagi pas lo ketawa" ucap Gavin membuat tawa Winter berhenti "lo harus kaya gini terus saat ada gue ataupun nggak ada gue."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang