1.

225 7 2
                                    

Aku sedang di tempat tidurku, dengan posisi tengkurap menghadap ke laptop di hadapanku. Saat aku mendengar suara burung-burung yang terus berkicau tidak henti sejak pagi, hingga sekarang, pukul 2 siang. Ayam berkokok, ini sudah pukul 2 siang, namun ayam itu tidak juga berhenti berkokok. Waltz masih mendengkur dengan badannya yang tertutupi bulu, dia kucingku.

Aku pun menatap ke jendela, yang sejak pagi tertutup gordyn. Ini pukul 2 siang, namun di luar bagai pukul 9 malam. Sangat gelap.

"Maa!" Aku berteriak, tanganku masih mencengkram gordyn. Kakiku berpijak di atas keset. Sulit untuk meninggalkan bulu-bulu keset yang lembut itu. Entah sulit karena nyaman, atau memang diriku yang membeku. Menatap langit yang begitu gelap di hari yang seharusnya begitu terang.

Namun aku berusaha menggerakkan kakiku, meninggalkan kamar, dan turun ke lantai bawah.

"Mama?" Aku bertanya. Tidak kepada siapapun.

Pintu depan terbuka, menampakkan siluet seorang wanita bertubuh kecil menatap langit. Aku menghampiri wanita itu, "Mama?"

Dia menoleh, dan itu memang Mama, tanpa ancang-ancang apapun, Mama langsung memelukku. Di dalam dekapannya, aku hanya terkejut, kebingungan. "Violet... gerhana. Ini hanya gerhana." Ucap Mama.

"Gerhana?" aku bertanya.

Mama tidak menjawab pertanyaanku, dia memelukku semakin erat, kedua lengannya meredam pendengaranku. Saking eratnya, aku bisa merasakan aroma parfum Mama di hidungku, hingga yang kupikirkan saat itu hanyalah Mama. Aku bisa merasakan pipi mama mengencang, rahangnya mengencang. Ia memejamkan mata.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hari Esok (Trailer)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang