"Haruka," panggilku untuk kesekian kalinya. Gadis itu masih bergeming, enggan untuk menjawab panggilanku.
"Oh, ayolah, Haruka! Tempat itu tak seseram yang kamu bayangkan. Alvin janji!" ajakku. Haruka hanya menatapku malas. Lalu menggeser tubuhnya agar menghadap ke arahku.
"Vin, ini tidak semudah yang kamu bayangkan. Bukannya Haruka nggak mau karena takut sama hantu tapi karena terowongan itu penuh kutukan, Vin. Terowongan itu sangat menyeramkan, " tegasnya. "Haruka nggak mau Alvin kenapa-napa. Kita sudah berjanji untuk selalu bersama, bukan?" lanjutnya membuatku memberengut kesal.
"Kutukan itu hanya tahayul, Ka. Kamu masih percaya dengan berita bohong seperti itu? Usia kita sudah lima belas tahun, loh, " sergahku cepat. "Nggak ada apa-apa, kok! 'Kan, kita sudah berjanji untuk selalu bersama. Jadi Haruka temani Alvin ke terowongan itu, ya," balasku membalik pernyataannya.
Wajah cantik Haruka berubah pias seketika. "Vin, dengarkan Haruka. Terowongan itu adalah bekas tempat pembantaian waktu penjajahan dulu. Tidak ada yang berani melewati terowongan itu, apalagi mengunjungi seperti katamu," Haruka mengatakannya dengan pelupuk mata yang penuh dengan air mata yang siap meluncur.
Sepersekian detik aku luluh dengan wajah menyedihkan milik Haruka. Namun detik selanjutnya aku ingat dengan tujuan awalku. Aku harus pergi ke terowongan itu. Bagaimanapun caranya. Sesuatu seperti memanggilku ke sana.
"Lihat, Ka, lihat," tangan kananku mengarah ke arah terowongan yang Haruka maksud. "Terowongan itu tidak terlihat menyeramkan sama sekali, Ka. Oh, ayolah! Kau benar-benar penakut," ujarku final, lalu pergi keluar ruangan meninggalkan Haruka dengan langkah lebar.
Tidak aku hiraukan panggilan dari Haruka. Hah, begitulah rasanya panggilanmu tidak dihiraukan. Rasakan!
***
Aku sampai di terowongan ini beberapa menit yang lalu. Tidak ada apa-apa. Hanya dedaunan kering yang menutupi jalanan di bawah kakiku. Di atap terowongan penuh dengan tumbuhan tanaman merambat. Udara juga sedikit berbeda di sini, mungkin karena kurangnya sinar matahari yang memasuki terowongan ini sehingga menjadi agak gelap dan berbau aneh.
Terowongan ini sama sekali tidak seram, hanya sedikit gelap. Aku kembali menyusuri tembok kusam di sisi terowongan ini.
Kurasakan sesuatu mendekat lalu menghantam tubuhku. Membuat badanku terpelanting dan menabrak tembok dingin terowongan.
Pening menguasai kepalaku selama beberapa saat. Melawan pening yang terasa aku menatap ke depan. Seketika tubuhku kaku dan tak bisa untuk aku gerakan. Aku kehilangan kontrol atas tubuhku sendiri.
Aku masih berusaha berdiri walau tertatih. Sosok menyeramkan di depanku mendekat dan tersenyum kecut. Baju koyak penuh darah yang ia kenakan melambai-lambai diterpa angin yang entah datang dari mana. Rambut abu-abunya terlihat mencuat kemana-mana.
Tiba-tiba wajahnya berubah murka. Ia memandang tajam ke arahku. Dengan sangat perlahan ia menghampiriku membuat tubuhku semakin terasa kaku.
Lalu bibir pucat itu tersenyum lagi. Bukan, bukan senyum menawan. Senyumnya begitu menyeramkan. Giginya hitamnya yang tak rapi dan tajam terlihat ketika sosok itu tersenyum lebar.
Aku mematung di tempatku. Tenggorokanku tercekat. Tubuhku sama sekali tidak mampu untuk aku gerakan.
"Shh... shh... si... siapa... kau?" tanyaku dengan sisa kemampuan yang aku punya. "Aph.. apa.. maumu... sebenarnya?"
Wajah di depanku menyerigai lebar. Membuat luka di sebelah kanan bibirnya menganga lebar.
"Mati," satu kata lirih yang diucapkannya, namun membawa dampak besar bagiku. Karena setelahnya, kurasakan sesuatu menembus perutku dan merobek mulutku.
Iya, seharusnya aku mendengar peringatan dari Haruka. Iya, seharusnya kami tetap bersama. Iya, seharusnya seperti itu, tapi sayangnya aku tidak bisa lagi.
— TAMAT—
Gimana? Gimana? Udah serem belum? Ketika seorang penakut bikin cerita horor jadi begitu, tuh😌
Typo di mana-mana. Mohon kritik dan sarannya, ya😳
Tabanan, 2 Oktober 2017
Salam,
Ell
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Peringatan Dari Haruka
Historia CortaHaruka sudah memperingatkan Alvin. Tapi sayangnya, Alvin tidak menghiraukan.