3

21 2 0
                                    

Sang mentari perlahan menyembul di balik tirai kamar Jimin yang terbuka sedikit. Aku pun perlahan membuka mataku. Aku melihat di samping kiriku ternyata sudah kosong. Mungkin dia sudah berangkat. Aku pun melepaskan cairan infus ku. Kondisiku sudah lumayan baik.

Terdengar aduan pisau dan papan pemotong di dapur. Terlihat sesosok laki- laki dengan kemeja putihnya sedang memasak makanan.

“Tuan sudah bangun.”,

“Seperti yang kau lihat.”

“Kenapa kau melepas infusmu?”, Tanya Jimin

“Kau kira kau sudah sembuh?”, Tanya Jimin lagi

“Mianhae, tetapi aku sudah agak baikan.”,

“Tuan duduklah biar aku saja yang membuat makanan.”,

“Arra! Itu memang pekerjaanmu, masaklah dengan enak.”,

“Nde”,

Aku pun memasak makanan untuk Jimin dengan sepenuh hati, aku sangat berterima kasih kepadanya walaupun dia setiap hari menyiksaku. Mungkin dia akan bersikap baik kepadaku hanya beberapa jam saja untuk hari ini.

“Cah, makanannya sudah jadi.”,

“Kau saja yang makan.”,

“Tetapi, aku membuat ini untuk tuan.”,

“Kau saja yang makan, apa kau tuli?”,

“Arraseo, tetapi apa tuan perlu aku buatkan bekal?”,

“Tidak usah.”,

“Oh iya hyemi setrika baju- baju ku, dan kuraslah dan bersihkan kolam renang yang ada di belakang dan juga taman, rumputnya sudah panjang, oh iya dan bereskan kamarku”,

“Nde!.”,

“Awas saja jika ada kotoran yang terlewat sedikit pun, jangan mengeluh, itu sudah kewajibanmu sebagai pembantu.”,

“Arraseo.”,

“Aku berangkat.”, Ucap Jimin

Aku pun mulai membersihkan yang pertama adalah membereskan kamar Jimin, kemudian taman, dan terakhir kolam renang. Kamar Jimin begitu berantakan, aku pun membereskannya satu persatu. Oh iya, Jimin mempunyai kamar rahasia, aku penasaran ruangan itu berisi apa, aku pun mencari kunci ruangan itu. Dan akhirnya aku menemukannya di ranjangnya. Aku pun membukanya.

~Ckleek~

“Woaaahhh, dimana- mana ada foto, setelah 2 tahun aku disini, aku sudah mulai penasaran dengan ruangan ini karena selalu dikunci.”, Batinku

Aku pun mulai melihat fotonya satu demi satu, dia begitu tampan. Ada juga album foto, aku pun membukanya. Aku pun dikejutkan oleh sesuatu.

“Appa, Eomma.”,

“K…kenapa foto ayah dan ibu ada disini? dan juga kenapa mereka menggendong anak kecil ini? Apa dia Jimin? Ini tidak masuk akal.”,

Aku pun mengambilnya tanpa sepengetahuan Jimin. Kemudian aku lanjutkan pekerjaanku membersihkan taman dan kolam. Saat membersihkan taman aku sering terjatuh, tiba- tiba kepalaku terasa sangat pusing, aku menderita anemia. Mungkin aku kelelahan, tetapi jika aku beristirahat sekarang pekerjaan rumah tidak akan selesai.

Aku pun membersihkan kolam, mengurasnya terlebih dahulu dan menyikat dinding- dinding kolam, perlahan aku merasa hidungku mengeluarkan sesuatu, aku pun mengusapnya dan ternyata itu darah, aku mimisan, semakin lama pusingku semakin menyakitkan, pandanganku pun perlahan terlihat buram dan lama- kelamaan gelap tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Too Hurt Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang