My Birthday

4 4 3
                                    

Sinar matahari menerobos masuk ke celah kamar Zendi. Dengan malas ia membuka matanya perlahan. Air liurnya menempel di sudut bibir. Setelah puas meregangkan badan, ia pun bangkit dari tempat tidurnya. Dengan malas ia melangkah ke kamar mandi, hingga akhirnya suatu hal membuatnya berlonjak senang.
"Hey hari ini ulang tahunku!!"
Pekiknya dalam hati. Handuk ia sematkan di leher, lalu menuju ke dapur. Ibunya sedang sibuk dengan urusan memasak.
"Ibu! Ini hari apa ya?" tanya Zendi pura-pura tak tau.
"Senin. Ya Senin" jawab Ibu sambil mengaduk sop. "Bukannya hari ini upacara? Ayo cepat mandi!" lanjutnya. Zendi tersenyum simpul. "Ah Ibu pasti pura-pura lupa" batinnya.

Di depan pintu kamar mandi, ia bertemu Kak Dimas yang baru saja mandi. "Kak ini hari apa ya?" tanyanya lagi. Sang kakak mengerurkan kening. "Hari.. Hari gajian? Ah bukan. Entahlah Zen, maaf aku buru-buru ke kampus" Kak Dimas langsung meninggalkan Zendi. Sekali lagi Zendi tersenyum simpul.
"Ah pasti Kak Dimas juga pura-pura. Ayah? Ah pasti ayah juga begitu. Tapi mengapa mereka tetlihat benar-benar lupa? Atau jangan-jangan mereka memang melupakan hari ulang tahunku?"

***

Sampai di sekolah, Zendi terus menanyai hal yang sama.

"Don kau tau tidak ini hari apa?"
"Hari patah hati nasional jilid 3? Maaf Zen aku belum mengerjakan PR, memangnya PR mu sudah?"
Zendi menggeleng

"Nis, kau tau ini hari apa?"
"Hari Senin, ya ampun hari ini kan ulangan hariannya Pak Gito! Aku belum belajar Zen!!!"

"Tom, tebak ini hari apa?"
"Hari Senin, menyebalkan. Sudah pergi sana!"

Zendi termenung. Agak kesal dengan jawaban teman-temannya. Bahkan teman-teman dekatnya juga tidak mengetahui hari ulang tahunnya.
"Positive thinking, pasti pulang sekolah nanti akan ada kue yang bertuliskan namaku" pikirnya.

Hingga waktu pulang pun teman-teman Zendi tidak ada yang menunjukkan gelagat memberi surprise. Zendi tetap sabar menunggu. Beberapa jam kemudian sekolah mulai sepi. Anak-anak ekskul mulai meninggalkan sekolah. Jam akhirnya menunjukkan pukul 6 sore. Sekolah benar-benar kosong. Hanya tersisa dirinya.
"Mungkin surprisenya besok. Baik, aku pulang" batin Zendi.

***

Sampai di depan rumah, nampak rumah Zendi amat sepi. Pintu tertutup dan semua lampu mati. Jam segini biasanya rumah terang benderang, pintu terbuka lebar. Zendi tersenyum.
"Pasti ini hadiahnya"
Ia pun membuka pintu perlahan. Tidak dikunci. Ia bergegas memasuki ruang tamu yang gelap gulita.

"Ayah, ibu, Kak Dimas, aku datang"
Sunyi. Sapuan angin membuat tengkuknya dingin. Ia melanjutkan langkah menuju ruang tengah. Nampak nyala lilin yang redup menari tertiup angin. Lilin di atas kue ulang tahun mungkin? Dengan hati gembira Zendi mencari saklar lampu dan menekannya.

Pyarr

Lampu menyala menerangi seluruh ruangan. Nampak pemandangan yang amat mengerikan berada di hadapan Zendi. Ayah, ibu, Kak Dimas, dan ketiga temannya mati bersimbah darah dengan gergaji mesin yang menyala di lantai. Darah tercecer dimana-mana. Bagian-bagian dalam tubuh manusia tergeletak dihinggapi lalat begitu saja. Bola mata, usus, jantung, semua tercecer di lantai. Zendi tertawa penuh kemenangan.

"Akhirnya aku bisa merayakan hari ulang tahunku!!! Hahaha hahaha hahahahaha!!!" tawanya bersahutan dengan sirine mobil polisi di halaman rumah. Tak menunggu waktu lama polisi langsung mengamankan Zendi.

***

Berita hari ini:
ULANG TAHUN TAK PERNAH DIRAYAKAN DI SEKOLAH, SEORANG PELAJAR NEKAT MEMBUNUH TEMAN DAN KELUARGANYA"

***

"Dia butuh perawatan intensif. Emosinya sangat labil"
"Ia masih bingung membedakan hari. Memang benar ia berulang tahun di hari Senin, namun ia melakukan pembunuhan itu di hari Sabtu. Ini sesuai dengan hasil otopsi pihak berwajib. Namun fikirannya masih bertahan pada hari sabtu saat ia membunuh, seakan-akan ia melakukannya saat hari ulang tahunnya di hari Senin. Jadi ia berfikir bahwa 2 kejadian itu dilakukan pada hari yang sama yaitu saat ia berulang tahun. Pengakuannya bahwa ia berbicara di hari Senin itu merupakan halusinasinya"

"Barang buktinya tali dan gergaji mesin. Ia melakukannya sepulang sekolah. Pertama ia membunuh keluarganya, lalu ia menelpon ketiga temannya untuk datang ke rumah. Dan saat itulah ia membunuh teman-temannya lebih keji. Ia menelan bola mata ketiga temannya." ujar salah seorang penyidik.

***

Zendi tersenyum senang mengamati kue ulang tahun dihadapannya. Senyum orang tak waras.
"Kamu senang kan, ayo sekarang kamu harus makan" ajak suster.
"Tidak, aku lihat kue saja"
Zendi terus memandangi kue sampai lilinnya habis meleleh. Si suster tersenyum sabar. Di sampingnya sudah puluhan kue menumpuk.

Setiap hari Zendi hanya memandangi kue ulang tahun. Memandanginya tanpa kedip. Setiap kali suster akan membuangnya, Zendi selalu berontak. Akhirnya kue-kue itu menumpuk di ruangannya.
"Kalau boleh tahu kapan ulang tahunmu?" tanya suster.
Zendi memandangnya sebentar, lalu kembali ke kuenya.
"Setiap hari."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My BirhdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang