Setiap orang pasti punya mimpi dan keinginan. Kadang bertingkah aneh demi mendapatkan yang diinginkan. Aku pun sama, aku selalu bermimpi bisa bersamamu selamanya, sampai Tuhan memisahkan kita dengan kematian. Aku terlalu berambisi untuk mewujudkan mimpiku itu.
Kamu berkliaran di sekitarku setiap hari,sebelum akhirnya kamu lulus dan jauh dari pandanganku. Kita dulu pernah sedekat amplop dan perangko, seceria kamera saat datang senja, sehangat kopi manis di kedai kopi. Kita pernah begitu dekat, tapi emosi yang membuat hati kita tak saling terikat.
Sepertinya Tuhan telah menciptakan ingatanku untuk mengingatmu. Sekeras apapun usahaku melupakanmu tetap saja kamu selalu berkliaran di pikiranku. Entah apa yang membuatmu begitu istimewa di kehidupanku. Hidup tanpa kamu sama artinya seperti hidup tanpa oksigen. Kamu terlalu berharga untukku.
Aku sadar kamu bukan milikku lagi. Aku hampir gila karna kehilanganmu. Ya, memang ini kesalahanku. Membuatmu sangat marah dan akhirnya kamu memutuskan untuk meninggalkanku.
Memang bukan sebuah kesengajaan aku melakukan kesalahan itu. Semua hanya karna salah paham yang dibesar-besarkan. Aku bisa apa? Membantah? Membela diri? Percuma aku melakukannya. Tetap saja aku salah dimatamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagai Debu Tertiup Angin
Teen FictionIntinya julita akan memposting cerita setiap hari minggu Tunggu tiap minggunya yaa! Ya walaupun menunggu itu menyedihkan tapi akan indah pada waktunya