Prolog

202 10 4
                                    

PARA PENYIHIR DAN
KODE PEMANGGIL

Malam kian larut, merajut kegelapan malam berselimutkan kabut tipis di bawah sinar bulan purnama. Binatang malam seakan terlelap sangat nyenyak, membuat malam menjadi sangat sepi. Hanya angin malam yang berani berhembus, membuat pepohonan ikut berbisik pelan dalam kesunyian.

Sebuah villa pribadi yang mewah terletak di puncak sebuah gunung dipinggir perkotaan. Pepohonan Cemara tersusun rapi mengelilingi villa tersebut, di samping villa sebuah kolam renang besar memantulkan sinar bulan purnama tepat bersinar di atasnya. Pagar putih, tinggi dan kokoh membatasi villa tersebut.

Tidak berapa lama kemudian, nampak bayangan sekelompok mahluk aneh memasuki villa tersebut.

Di bawah sinar lampu villa yang sengaja dibuat remang - remang mereka berlima, tiba hampir berbarengan.

Kelima mahluk yang hadir, memiliki kecepatan melebihi manusia pada umumnya. Lebih tepatnya mereka tidak menginjak tanah, namun terbang melayang menggunakan sayap - sayap hitam mereka.

Kelima mahluk itu kemudian membuat lingkaran, dan perlahan berubah wujud menjadi manusia biasa.

Nampak seorang pria menjadi pimpin dari empat yang lainnya. Pria ini berpenampilan rapi, lengkap dengan jubah hitam dengan les warna emas di ujung jubahnya. Sepatu hitam mengkilap, ikat pinggang kulit melengkapi penampilannya yang terlihat berwibawa.

Rambutnya tersisir rapi ke samping, sebuah tongkat komando pendek berwarna hitam di tangan kanannya, menunjukkan dia seorang pemimpin yang dihormati.

Sebuah cincin emas bersimbol bintang segi lima terbalik menghiasi jemari tangan kanannya. Cincin kehormatan di dunia penyihir yang menunjukkan Dia adalah salah satu dari Dewan Jendral para penyihir.

Empat anak buahnya berlutut di depan pria tersebut sambil menundukkan kepala, menunjukkan rasa hormat mereka.

"Hari raya bulan darah tinggal sebulan lagi tiba, kita harus mempersiapkan segalanya. Acara tahun ini harus berbeda dari biasanya" sang pemimpin membuka pembicaraan memandang ke empat anak buahnya yang masih berlutut dihadapannya.

"Berdirilah kalian berempat, berikanlah usul atau saran untuk acara bulan darah nanti"

Keempat anak buah pria tersebut dengan perlahan bangkit berdiri, merapikan pakaian mereka.

"Kita akan mengalahkan Summoner keparat tersebut tuan pada perayaan bulan darah. Kita harus memurnikan diri kita para penyihir yang telah dicemarinya" seorang wanita dengan baju berwarna hitam dan topi berbulu angsa membuka mulutnya. Wanita ini adalah adik Nyonya Susi, bibi dari Hendri, bernama Anna. Nampaknya dia telah melapor pada dewan penyihir mengenai kejadian yang menimpa kakaknya.

"Aku setuju dengan usul Anna tuan, kejadian yang menimpa Susi sungguh mempermalukan kita para penyihir. Dan bulan darah yang sebentar lagi tiba, akan menjadi acara pemurnian yang luar biasa" seorang pria kurus tinggi dengan kulit pucat menyetujui usul wanita disampingnya. Pria ini bernama Hendra, badannya yang kurus ceking menjadi ciri khasnya yang suka bermain wanita. Dia sempat melirik Anna sambil menjilat bibirnya perlahan menggunakan lidahnya yang agak panjang.

Anna yang melihat gerak gerik Hendra cuma tersenyum sinis tidak menggubris aksi kurang ajar penyihir satu ini.

"Aku setuju, tapi kita perlu rencana yang matang, dan ingat Summoner itu bisa memanggil Sang Penjaga. Hal yang sangat merepotkan kita jika berhadapan dengan nya langsung tuan" pria lain bertubuh gemuk dengan kepala agak botak ikut berbicara. Jas abu - abu sempit dan ikat pinggang di bawah perut menunjukkan Pria ini sangat doyan makan dan bersenang-senang. Pria gendut ini bernama Bernard, bos besar narkoba yang menguasai berbagai bisnis kotor di kota ini. Dia memang paling teliti diantara yang lain, rasa takut dan liciknya sering kali membantunya keluar dari situasi yang menjepit.

SUMMONER II (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang