Bandung, Desember 2017.
Rintik-rintik air hujan mulai menderas. Aluna kira tidak selama ini dia akan terjebak di sini, di terminal.
Aluna lagi-lagi menggerutu tentang buku-bukunya yang basah karena diguyur hujan tadi sebelum dia bernaung.
"Bilang apa nanti ke miss Sania? Pasti gue kena marah, duhh." Gerutu Aluna seraya memandangi buku yang ada di dekapannya. Pasalnya, itu adalah buku pinjaman dari perpus sekolahnya.
Aluna merogoh ponsel dari saku seragamnya. Mengetikkan pesan kepada seseorang di seberang sana agar menjemputnya.
AlunaMusika
Jemput gue ya, gue kejebak ujanSent.
Hampir setengah jam lamanya pesan Aluna belum juga terbaca. Aluna mulai kesal.
Aluna menengadah setelah dirinya menunduk pasrah.
Aluna melihat pemandangan yang tidak ingin dia lihat.
Seseorang itu melajukan motornya bersama dengan wanita di belakangnya, menikmati hujan bersama.
Jadi itu alasannya pesan Aluna tidak terbaca.
Diiringi sesak, hati Aluna memilu. Lagi, Aluna takut memercayai. Terimakasih atas Januari yang membahagiakan, dan selamat datang Desember yang memilukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reclusive
Teen FictionAkhirnya, aku tau letak ku. Gelap, sunyi, dan dingin. Kau berhasil membuatnya mulai membeku. Hatiku maksudku. Akhirnya, aku tau letak ku. Di tempat terpencil jauh dari jangkauanmu. Tidak ada yang begitu spesial disini. Hanya ada cerita Aluna, Biya...