Lagi-lagi Juna dihadapkan oleh cuaca yang dibencinya. Sore ini hujan, Juna tidak menyukai hujan karena suatu alasan. Karena hujan membuat seseorang yang dicintainya menghilang sementara dari hidupnya. Walaupun sementara tetapi itu menyakitkan buat Juna. Untunglah, dia sudah kembali, dan mereka kembali mengulang memori.
Juna mengecek jam tangan hitam di pergelangan tangan kirinya.
"Satu jam. Mungkin dia kejebak hujan."
Di kafe ini aroma kopi Juna masih beraroma tapi hangatnya sudah tidak terasa.
Biya calling
"Hallo Jun, kayaknya dua jam lagi gue ke sana soalnya ada urusan mendadak"
"Nggak papa gue udah pulang kok, selesain urusan lo dulu."
"Sorry ya tapi gue janji malam ini gue bakalan ke rumah lo, udah lama juga nggak ketemu tante Rere"
"Heh iya."
Juna keluar dari kafe. Mengurungkan niatnya bercengkrama bersama Biya tentang hal-hal sepele yang Biya suka. Juna menyukainya karena Biya bisa tersenyum jika menyangkut hal yang Biya suka.
Juna masuk ke dalam mobil, mengudikan mobilnya ke penjuru jalanan kota.
"Walaupun Biya kembali tapi rasanya nggak kaya dulu lagi, seolah semesta pengen pisahin kita lagi dengan cara yang nggak gue sadari." Ucap Juna disela sedang menyetir.
Dibalik buramnya kaca mobil Juna bergeming. Rasanya ada yang kurang walaupun semuanya sudah kembali. Tetapi apa?.
"Shit! Bahkan gue belum nembak Biya karena gue malu. Jangan-jangan sikap Biya yang ngejauh gini karena Biya udah punya yang lain, duhh barabe." Juna bingung sendiri, dia mengusap rambut kecoklatannya ke belakang.
Untuk urusan tembak- menembak seharusnya seorang Arjuna Acleo Daputra tidak seciut itu. Juna tampan, badannya bagus, ketua geng basket SMA Fajar dan pintar. Semua cewek mencapnya sempurna. Tapi kalau dengan Biya, urusannya lain lagi. Biya sangat susah di taklukan, itu yang membuat Juna berpikir sepenuh otak.
Mobil Juna melewati mall entah kenapa mata Juna menatap gedung itu lama. Juna mengarahkan mobilnya ke parkiran mall tersebut.
Langkah kaki Juna mengarah ke toko buku. Dicarinya novel yang ingin dia berikan kepada seseorang. Disela mau membayar dua novel tersebut Juna ditanyai mbak penjaga kasir.
"Buat pacar ya," disertai senyum ramah entah memang ramah atau karena mau menggoda Juna.
"Buat temen" Kata Juna.
"Kirain buat pacar, hehe."
"Nih mbaknya sksd banget" gumam Juna.
"Nggak punya pacar Mbak."
"Masa sih, ganteng gini nggak punya pacar?"
Juna hanya menggeleng. Tanda bosan lama-lama bercengkrama dengan mbak ini.
•••
Aluna diam ketika seseorang menatap bola matanya. Juna bingung sekarang. Pasalnya, Aluna bersikap tidak seperti biasanya seminggu ini. Di meja makan kepunyaan Aluna, mereka duduk saling berhadapan.
"Lun," Juna menyerahkan dua novel ke atas meja tepat dihadapan Aluna. "Nih buat lo, lo suka kan? Gue tau ini novel yang lo idam-idamkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Reclusive
Novela JuvenilAkhirnya, aku tau letak ku. Gelap, sunyi, dan dingin. Kau berhasil membuatnya mulai membeku. Hatiku maksudku. Akhirnya, aku tau letak ku. Di tempat terpencil jauh dari jangkauanmu. Tidak ada yang begitu spesial disini. Hanya ada cerita Aluna, Biya...