Tamparan keras itu memekik bersamaan dengan nafas memburu Illy. "Berengsek!" umpatnya untuk kesekian kali.
"Aku bisa jelasin, Piy,"
"Jangan panggil gue dengan panggilan menjijikan itu lagi!" Illy menyambar sling bag putihnya, lalu melangkah kasar meninggalkan seseorang di sana.
Bak terjun dan tertarik ke alam lain, Illy terbangun dengan penuh peluh di dahinya. Sama dengan yang di mimpi tadi, nafasnya memburu dan panas.
Mimpi itu datang lagi.
Illy menangkup wajahnya, menarik nafas sedalam-dalam sebelum ketukan pintu terdengar, ia membuangnya kasar.
"Lyn, ditunggu Gama di bawah,"
Suara itu terdengar samar menembus pintu kamar Illy. Gadis yang masih termenung itu mengangguk, meski ia tahu orang di balik pintu takkan melihatnya.
Beranjak, ia hanya membasuh kasar wajah cantik itu di toilet, lalu membuka pintu meninggalkan kamar ungu.
"Baru bangun tidur?" ucap seseorang menyambut kedatangan Illy yang dari rautnya, orang itu tahu Illy sedang dalam mood tidak baik.
Gama mengulurkan tangannya menuntun Illy untuk duduk di sampingnya. Lucu ya, ia yang jadi tamu, justru ia yang menyambut.
"Kenapa sih?" tanya Gama lembut sambil mengusap rambut Illy. "Aku datang ke sini buat lihat senyum kamu loh, tapi kamunya malah cemberut gini," Gama meraih kepala Illy lalu menyandarkan ke dadanya.
Illy bergumam lirih, "Aku mimpi buruk lagi,"
"It's just nightmare, baby . . . Baby shark, du du du du du," Illy mendongak, menatap mata Gama dari dekapan laki-laki itu. Senyumnya terulas, Gama selalu punya cara membuatnya tertawa.
Gama memencet pipi berisi Illy dengan telunjuknya. "Dasar baperan! Mimpi aja dipikirin. Mending kita jalan, yuk!"
"Ay ay captain!" pekik Illy riang, seolah tadi tak terjadi masalah dengannya. "Aku mandi dulu ya. Tungguin!" lanjutnya sambil menunjuk hidung Gama sebelum dirinya menghilang di balik pintu ungu.
***
"Mau kemana?" Tanya suara yang sama seperti yang di balik pintu tadi.
"Jalan-jalan sama Gama teh,"
"Jalan-jalan kok setiap hari," Illy terkekeh mendengar ucapan sinis tetehnya. "Dih, makanya cari jodoh, inget umur!"
"Enak aja. Teteh masih dua puluh enam ya," Illy menggeleng kecil sambil tertawa, sebelum beranjak meninggalkan Imay.
Illy melangkah pelan mendekati Gama. "Cinta," panggilnya sambil mengulum bibirnya malu.
Gama yang tadi memunggungi Illy, kini berbalik menangkap manik mata hazel kekasihnya itu. Gama menyeringai. "Apa tadi?"
"Ya, gitu deh," Illy menggigit bibir bawahnya.
"Cinta?" Goda Gama seraya mendekatkan wajahnya kepada Illy. Gadis itu memerah, ia menangkup wajah Gama mendorongnya perlahan. "Udah berani ya sekarang?"
Illy mendesis tatkala Gama mengangkat alisnya, semakin membuatnya malu. "Anu . . ."
Tawa Gama pecah, ia menangkup pipi Illy lalu menekannya gemas. "Udah ah ayo jalan! Aku cuma bercanda, cinta,"
"Gama!" Illy mencubit perut Gama lalu akhirnya mereka melangkah bersama.
***
Sabtu pagi ini jalanan ibukota sangat padat, padahal sudah jam 9. Dan bosan menghampiri Illy yang tiba-tiba merasa pusing mikirin berapa banyak mobil yang terjebak macet sekarang.
"Gam, minggir aja deh. Kalau ke Ancol pasti ramai banget deh, terus udah mulai panas gini, macet lagi jadi males banget," ucap Illy setelah mengecilkan volume musik mobil Gama. Ia lalu beralih melihat sekeliling mobil. "Mending kita ke sana!"
Gama ikut melihat sesuatu yang Illy tunjuk. "Natabear?" Illy mengangguk jenaka. "Yakin mau ke sana aja nih? Nggak boring?"
"Lagian Natabear itu kan seru, udah nggak papa," kata Illy diangguki Gama. Suara klakson terdengar nyaring dari mobil di belakang mobil Gama, dan sungguh ia tak tahu bagaimana cara keluar dari kemacetan ini untuk sekadar berbelok ke Natabear.
Natabear adalah kafe klasik. Meski dari namanya terdengar menggelikan, tapi isinya sungguh jauh dari kesan 'kekanakan'. Dulu Natabear itu hanya bakery, namun kini disulap sedemikian rupa hingga menjadi hits di kalangan remaja. Bagaimana tidak? Desain klasik, interior apik, dan menu-menu asik lengkap dengan bebagai fasilitasnya begitu menarik.
Meski masih menonjolkan menu-menu dari bakerynya dulu, Natabear tetap mengagungkan gaya khas kekinian. Bahkan di sana juga menyediakan berbagai macam permainan untuk hiburan, dan membuat banyak spot menarik untuk berfoto. Jadi untuk remaja ibukota, Natabear itu salah satu tempat nongkrong yang surga dunia banget. Lebih-lebih ada wifi gratis dan stopkontak di setiap meja.
"Rame banget, Gam," bisik Illy pada Gama setelah laki-laki itu berjuang mati-matian untuk bisa ke Natabear. Sampai-sampai Illy harus turun dari mobil dan menunggu di pintu utama.
"Namanya juga weekend. Mau coba di lantai atas?"
"Ih, kan lantai atas itu bar. Nggak ah, pasti banyak yang nongkrong sambil ngerokok gitu," Gama menyetil kening Illy membuat cewek itu menatapnya heran. "Kamu kira Natabear angkringan bertingkat? Mana boleh di sini merokok. Kamu kaya' belum pernah ke sini sih,"
Illy menyengir. "Maksud aku, paling juga isinya orang-orang rame, Gam. Terus minum-minum gitu,"
"Eh, itu tuh udah ada yang kosong!" Ucap Gama sambil menunjuk kecil sofa paling ujung yang tengah baru saja ditinggalkan pelanggan tadinya.
Bergandengan menuju ke sana, Gama dan Illy bak raja dan ratu sehari. Ditatap beberapa orang dan tentunya orang itu pasti mengira mereka pasangan yang cocok.
"Gimana ujian proposalnya, udah siap?"
Begitulah hari-hari Illy kalau sudah bersama Gama. Mereka akan mengobrol kecil, terus berkomunikasi dengan pembahasan apapun itu. Gama yang ngemong, selalu bertanya bagaimana tugas-tugas kuliah Illy dan perkembangannya. Illy yang manja, selalu bisa membuat suasana di antara mereka menjadi nyaman.
Kenal dari acara ospek saat Illy menangis karena tertimpa mangga yang jatuh dari pohon, kemudian mereka dekat karena ternyata mereka satu tim saat ospek seminggu.
Walaupun akhirnya mereka berbeda jurusan dan jarang bertemu kalau di kampus, tapi suatu saat mereka bertemu ketika hujan dan Illy masih di kampus sendiri hingga Gama menawari untuk pulang bersama. Dari situ mereka baru menyadari, bahwa rumah mereka dekat. Jadilah mereka akhirnya sedekat ini.
Pricilla Illiyin merasa beruntung jadi pacar Gama. Gama jauh dari kata badboy yang kata Netas, sahabat Illy, badboy itu menggoda iman. Illy terkekeh saat itu, sahabat terasique itu rupanya sudah menjadi korban wattpad dimana cowok-cowok badboy jadi idaman para gadis.
"Kalau cowok pakai jeans sobek-sobek baju hitam di lampu merah gitu, badboy bukan Net?"
"Yak...!!! Ya bukanlah Ly. Bedain badboy sama brandalan dong,"
"Loh, mereka kan bukan brandalan Neta. Oh ya, mereka kan anak jalanan,"
Illy terkekeh mengingat Neta. Duh, jadi kangen cewek—yang nangis sampai dua hari dua malam karena sinetron Anak Jalanan tamat—itu. Illy sudah nggak ketemu Neta seminggu sejak cuti karena ayahnya sakit di Singapura.
"Red velvet candy cake, Choco squash float, Milkmax six, sama Fanta cake ya. Selamat menikmati,"
Dan suara pelayan itu membuyarkan segala lamunan Illy.
—
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
And Then I Meet You
Jugendliteratur"Jatuh cinta sama gue dendanya sepuluh milyar!" Lari dari Gamaliel, Illiyin atau panggilan praktisnya Illy, harus bertemu Darenda Aliendra dan dengan berat hati memanfaatkannya. Karma. Itulah yang terjadi pada Illy, ketika ia justru terbawa perasaan...