eps-3

30 0 0
                                    

"Maaf,namamu siapa mas?"tanya Ka Fauzan padaku.

"Saya Hanif "jawabku singkat.

"Mas Hanif, saya mewakili dari pihak keluarganya Rara mengucapkan terima kasih banyak, atas pertolongan mas Hanif.Mungkin tanpa perantara mas Hanif yang Allah izinkan, adek saya udah gak tahu bisa tertolong atau tidak nyawanya.Semoga Allah membalas kebaikannya mas Hanif dengan lebih baik lagi."ucap Ka Fauzan.

Mendengar ucapan tadi, serasa hatiku merasa sejuk sekali.Dan tidak terbayangkan, laksana tubuh ini seperti dihembuskan udara dingin di pagi hari, yang masih membawa aroma embun dari pegunungan.
Heee...

"Eeeee, iya Ka .Sama-sama"jawabku dengan nada malu-malu.

"Mas Hanif, kalau boleh saya minta tolong lagi.Saya nanti malam mau ke situ, tolong jagain Rara dulu sementara ya, sampai saya datang?Insyaa Allah secepatnya saya usahakan ke sana."pinta ka Fauzan padaku.

"Baik ka, Insyaa Allah saya bisa menemani mba Rara di sini."jawabku dengan penuh keyakinan.

Ya, aku memanggil dia dengan sebutan mba Rara.Karena aku juga belum tahu, usia dia lebih muda atau lebih dewasa dariku.Karena aku selalu menghargai seseorang yang baru aku kenal.

Waktu terus berjalan.Tak terasa kumandang adzan maghribpun terdengar.Aku segera menuju masjid di kawasan rumah sakit itu.

Sempat aku berdiri di depan pintu kamar gadis itu.Kulihat dari belahan jendela nampak suster Erna yang sedang merawat gadis itu.Dan kulihat juga, satu tirai horden warna biru yang membatasi tempat tidur pasien sebagai penutup .Mungkin agar tidak sembarang orang di luar kamar bisa melihat langsung keadaan pasien.Ya, hal itu terjadi sekarang padaku.Akupun tidak bisa melihat gadis itu.

Ku coba ketuk pintu kamar itu.Bukan untuk masuk ke kamar, namun ku ketuk pintunya agar suster Erna mendengar dan melihatku dari dalam.
Kemudian suster Erna membalikkan badan dan melangkah menuju arah pintu.Dibukanya pintu kamar, seraya bertanya,

"Ada perlu apa ya mas?Anda mau mau masuk ke dalam?"tanya suster Erna.

"Gak sus, saya cuman mau minta tolong.Maaf ya sebelumnya, saya mau ijin keluar sebentar.Jadi saya minta suster jagain gadis itu dulu.Nanti misal kalau ada apa-apa, samperin aja saya di masjid sus."pesanku pada suster Erna.

"Oh gitu mas, baiklah.Silahkan mas nya keluar dulu gak papa, biar saya yang nungguin dia di sini."jawab suster Erna.
Mungkin suster Erna sudah maksud apa yang ku katakan.

"Terima kasih ya sus."ucapku.

Secepat mungkin langkahku menuju masjid.
Setelah selesai menunaikan shalat maghrib, sembari duduk si teras masjid.Ku baru sadar, tas gadis itu masih di tanganku.Dengan rasa penasaran, kucoba buka isi tasnya.
Dan ku buka ponselnya.Sambil berkata dalam hati,
"Maaf ya mba Rara, saya tidak bermaksud lancang membuka privasi orang.Tapi entah kenapa, rasanya aku ingin tahu kamu lebih jauh lagi."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AororaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang