Setelah jam istirahat usai, Fachri kembali ke gugus nya. Disana calon-calon adik kelas nya sudah bersiap dan begitu masuk kedalam semua pandangan tertuju kepada nya, pandangan kagum, serius, tegang, semua ekspresi terlihat di wajah mereka.
Terkecuali Yuki, dengan menopang dagu dengan satu tangan nya ia melihat kakak gugusnya itu biasa saja. Tampang cuek bodo amat nya mulai keluar. Karna di dalam pikirannya ia ingin cepat-cepat pulang agar diluar siapa tau bertemu dengan kakak judes 'n cuek itu.
Memikirkan itu saja membuat Yuki senyam senyum sendiri.
"Eh," Yuki tersadar saat seorang cewe bertubuh agak besar menyenggol kasar lengan nya.
"Kenapa pula kau senyam senyum begitu? macam orang gila kau ini,"
Dan Yuki hanya mampu berkata "Hah?"
"Yasudah lah..lupakan," Cewe Medan itu mengakhiri ucapan nya. Meninggalkan Yuki yang masih mengerutkan keningnya bingung.
Matanya terfokus lagi kedepan.
"Hey," Senggol cewe Medan itu. "Perkenalkan nama aku Sisil. Sisilia Siahaan," Ia tersenyum sumringah sambil mengulurkan tangan nya.
Yuki tersenyum walau masih agak bingung karena sebelum nya cewe ini begitu galak seperti emak-emak rentenir. Tapi sekarang begitu manis tapi membuatnya jijik.
Ia menjabat tangan Sisil "Yuki. Yuki kato."
"Semuanya jangan ada yang ngobrol ya," Fachri memberi peringatan. Reflek Yuki dan Sisil langsung duduk tegak dan menghadap ke depan memperhatikan.
Selang beberapa menit.
Tok..tok..
Ketuk seseorang di ambang pintu masuk.
"Masuk Kak," Fachri mempersilahkan.
Esa masuk dengan wibawa nya tapi masih menunjukan keramahan nya. Ia melirik kearah Yuki, cewe itu dengan lucu nya menutup sebagian wajah dengan buku. Dan pada saat ia mengetahui Esa melirik nya.
Blush..
Yuki langsung menutup seluruh wajahnya, malu. Antara malu dan salting. Esa tersenyum simpul sebab menahan tawanya.
"Ade-ade..kayaknya kita kedatengan cowo ganteng nih. Cowo ganteng selain kakak,"
"Whuuuu," Semua menyoraki Fachri akibat kepedean nya tersebut. Dan suara Yuki yang paling keras.
"Gantengan kakak yang itu whuu," Yuki langsung terdia. Ternyata hanya dia yang mengucapkan kata-kata itu. Menyebabkan semua pandangan tertuju kepadanya.
"Whuuu," Semua berbalik menyoraki Yuki. Cewe Jepang itu langsung menutup kembali wajahnya menggunakan buku.
Sedangkan Esa hanya tersenyum kecil dan menggeleng-gelengkan kepalanya melihat perempuan yang satu ini. Begitu lucu, pikirnya.
"Udah ya udah," Esa mencoba membuat suasana kembali kondusif.
"Perkenalkan nama saya Esa Pramudha. Kalian bisa panggil saya Kak Esa. Dan benar apa yang dikatakan Kak Fachri barusan. Saya ini adalah Ketua Osis di SMA Jayakarsa. Terima kasih,"
Singkat, padat, jelas. Begitu melekat pada sosok Esa.
Semua bertepuk tangan untuk nya.
"Oke. Mumpung ketos kita ada disini nih..ada yang mau nanya gak?" Ajak Fachri. Tapi ruangan tiba-tiba terasa hening sekali. Tidak ada satupun yang mengangkat tangannya untuk bertanya.
"Ayo ada yang mau nanya gak? Kalian sebagai calon siswa dan siswi SMA Jayakarsa harus berani dong," Bujuk Fachri sekali lagi.
"Mungkin ada yang mau nanya udah punya pacar belom? udah punya gebetan belom? atau ketos udah punya mantan tapi mantan nya ada berapa. Lebih privas juga gak papa. No problem,"
Jelas Fachri panjang lebar yang tanpa sadar telah membuat Esa geram. Akhirnya Fachri pun mendapat injakkan kaki dari Esa. Jujur itu rasanya sakit, tapi karna ingin menjaga image nya di depan Ade kelas.
ia sama sekali tidak menunjukkan ekspresi sakit. Hanya agak menjauh sekalian memberi ruang pada kaki nya yang panas.
Esa kira tidak ada yang mau bertanya, tapi tanpa ia duga. Perempuan Jepang itu yang ia sudah tau bernama Yuki mengangkat tangan nya.
"Ya. Kamu," Fachri menunjuk Yuki.
Walau agak gugup Yuki memberanikan diri untuk berdiri.
"Kak. Saya mau nanya," Tampak Yuki salah tingkah karna memandang Esa.
"Silahkan," Sahut Esa.
"Apa kepribadian yang kakak banggakan dari diri kakak sendiri?" Esa langsung terperangah mendengar pertanyaan itu. Sebuah pertanyaan yang sangat bagus sekali.
"Oke. Dari diri saya ya? Emm..saya anti jadi followers. Saya orang nya disiplin, berani, bertanggung jawab, bekerja keras. Sudah?" Esa bertanya balik.
"Kalo yang jelek dari kepribadian kakak apa?" Seperti nya Yuki memang benar-benar ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang kakak judes nya ini.
Esa tertawa kecil "Banyak orang yang menilai kejelekan saya apa. Tapi khusus disini saya akan mengungkapkan nya sendiri. Saya orangnya cuek dan sangat emosional. Saya juga tidak mudah terbawa perasaan alias baper. Itulah kenapa saya gak percaya sama yang namanya cinta." Pungkas nya.
Mendengar kalimat terakhir yang Esa ucapkan membuat Yuki terdiam. Mengapa ia jadi sedikit merasa kecewa.
***
Hari pun berganti malam dan Esa baru saja memasuki rumah karena baru menyelesaikan tugasnya di sekolah. Lelah dan penat sekali rasanya.
"Assalamualaikum," Ucap Esa. Lalu menghampiri ibu nya yang ada di dapur.
"Waalaikumsalam,"
"Bu," Esa mencium punggung tangan ibunya.
Lahir di keluarga sederhana membentuk Esa menjadi laki-laki yang begitu mandiri, sopan dan hormat sekali kepada orang tua.
Meski menjadi ketua osis bukanlah sebuah impian nya dan terkadang ia begitu lelah menanggung tanggung jawab sebesar ini. Esa ingat jika ini adalah sebuah amanah. Ia tidak mau membuat orang lain kecewa, apalagi ibunya. Satu-satunya orang tua yang ia mikiki.
Ayahnya telah meninggal dunia karna kecelakaan pada saat Esa berumur 12 tahun. Disitu Esa mulai belajar menjadi laki-laki yang bertanggung jawab dan amanah karena ia menganggap ayahnya tak bertanggung jawab dengan meninggalkan ibu dan juga dirinya sendiri.
Mulai sejak itu, sifat dingin dan emosional Esa terbentuk. Seakan-akan hatinya keras sekeras batu yang membutuhkan seseorang untuk meluluhkan hatinya kembali.
***
Seorang wanita setengah baya menggedor pintu kamar mandi dengan kesalnya.
Dorr..dorr..dorr
"Yuki??!! Kamu tidur apa mandi?cepetan!"
"Iya Maa.." Jawab Yuki yang agak samar-samar terdengar oleh Tante Twina. Kemudian berlalu begitu saja.
"Ishh..bawel amat sih," Gerutu Yuki di dalam bathup sambil terus menggosok kaki nya menggunakan spons.
Yuki turun kebawah tangga dengan tampilan lebih fresh.
Di rumah sebesar ini ia hanya tinggal bertiga dengan kedua orang tuanya. Bisa di bilang Yuki adalah anak satu-satunya.
Ia melangkahkan kaki menuju meja makan. Disana sudah tersaji berbagai macam hidangan yang menggiurkan. Dan tentu nya juga ada papa Takeshi yang hari ini berada di rumah.
Semua itu membuat Mood Yuki kembali baik.
Semula saat makan malam itu berlangsung, suasana terasa sepi sekali. Wajah Yuki tampak berpikir sambil mengunyah makanan. Sampai pada akhirnya...
"Ma..Pa..aku mau ikut osis ya?"
"Uhukk,"
Kedua orang tua nya sama-sama tersedak, kemudian saling menatap satu sama lain.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua OSIS
Teen FictionEsa Pramudha merupakan Ketua Osis di SMA Jayakarsa, selain pintar ia juga ahli di bidang olahraga terutama basket. Sikap nya terkesan cuek tetapi cukup dewasa itu selalu jadi sorotan para siswi disekolahnya. Sayang dia masih belum mau memiliki pacar...