Part 1

130 43 12
                                    

Pagi di kota London, Inggris masih berselimut kabut tebal bahkan matahari seolah enggan menyinari kota itu.
Tetapi seorang gadis telah bersiap memulai aktivitasnya walau ia tau ini masih terlalu pagi. Tapi tak apa, apa salahnya memulai lebih awal pikirnya.

Gadis berambut panjang bergelombang berkulit putih itu melangkahkan kakinya nya menuju dapur untuk membuat sarapan pagi untuk dua orang yang paling berharga untuknya.

"Masak apa ya? " ucapnya seolah bertanya pada diri sendiri .

"Sayang kamu lagi apa? " aktivitas masaknya terhenti ketika mendengar suara yang sangat familiar baginya.

"Ibu udah bangun, Ara mau buat sarapan bu" gadis itu memberikan penjelasan kepada sang ibu yang kini telah duduk di meja makan sambil mengikat rambut hitam bergelombang miliknya.

"Ga usah sayang udah ibu aja ya, kamu duduk aja" perintah sang ibu.

Gadis itu hanya cemberut menunjukkan ekspresi sebal dia tau bahwa sang ibu sangat sayang kepadanya sehingga tidak memperbolehkan dia memasak dengan berat hati dia pergi dan mematuhi keinginan ibunya untuk hanya melihat dan mengawasi sang ibu memasak.

"Pagi sayang" suara laki-laki yang Ara sudah kenal sejak dulu suara yang selalu dia rindukan siapa lagi kalo bukan ayahnya.

"Ayah udah siap-siap kerja aja sih? " tanyanya kepada sang ayah yang kini telah berpakaian rapi.

"Hahaha iya dong ayah udah rapih emang anak ayah masih kucel .ih bau lagi" ledek sang ayah sambil mencium pipi Ara.

"Ih ayah engga bau ko" sebuah kalimat pembelaan tapi pada kenyataannya Ara memang belum mandi jadi tak heran jika aroma tubuhnya tak sedap.

"Udah nih roti sama susunya di habisin ya" menyodorkan sarapan untuk Ara.
"Makasih ibu cantik kesayangan Ara" rayuan Ara membuat ibunya tersipu malu .

"Ra, ayah mau ngasih sesuatu ke kamu" memberikan sebuah amplop putih kepada Ara.

"Apaan nih yah?" kemudian dia membuka amplop putih yang di berikan oleh ayahnya tadi Amplop itu berisi tiket pesawat tujuan penerbangan Indonesia. Ini adalah sesuatu yang paling di impikan Ara sekian lama akhirnya dia bisa kembali ke Negara asalnya, sebernarnya bukan Negaranya yang dia rindukan akan tetapi ada seseorang yang menunggunya kembali. Seseorang yang spesial baginya seseorang yang menunggu enam tahun lamanya.

"Yah ini seriusan?" memastikan ini bukanlah delusi.

"Seriusan sayang, nanti ayah anter ke bandara ya sekarang kamu siap-siap ya" perintah ayahnya melihat ekspresi Putri semata wayangnya yang terlihat bahagia.
Ara segera berlari ke kamarnya yang berada di lantai atas. Rasanya seperti menang lotre pikirnya, kaget serta bahagia. Semua barang yang ia butuhkan semua sudah masuk ke koper besar yang ia bawa.

"Hem udah semua kayanya" berbicara pada diri sendiri memastikan apa yang ia butuhkan sudah lengkap.

"Ra, ibu boleh masuk? " pinta ibunya dari belakang pintu.

"Iya bu ada apa bu ?" Ara membukakan pintu mempersilahkan ibunya masuk ke dalam kamarnya.

Sang ibu hanya melihat sekeliling kamar anaknya yang berwarna biru langit cerah dengan dekorasi putih kesukaan Ara yang mungkin kamar ini akan sepi karena pemiliknya akan pergi jauh. Dipeluk nya anak gadis satu-satunya itu seakan tak rela dia pergi. Di balasnya pelukan sang ibu Ara tau ini tak akan mudah bagi ibunya, tapi dia mencoba meyakinkan bahwa dia akan baik-baik saja.

"Ara kalo ada apa-apa telfon ibu ya, jaga diri baik-baik, jaga kesehatan ya, makan yang banyak, jangan lupa kerjain PR, jangan suka bolos ya, nurut apa kata tante Diana disana, jangan pulang larut malem, jangan minum alkohol ya, cari temen yang banyak ya sayang, tapi yang baik, dan jangan mudah pacaran ya" pinta sang ibu seraya memegangi pipi anaknya.

"Iya ibu iya bu, nanti kalo udah smpe Indonesia Ara pasti nelfon ibu jadi ibu jangan khawatir ya, Ara bakal inget pesen ibu ko, Ara berangkat ya bu udah di tunggu ayah di mobil" kecupan pipi yang kesekian kali nya untuk Ara. Walau Ara tau ini terlalu kekanak-kanakan cuma apa boleh buat.

Sesampainya di bandara di peluknya sang ayah sebagai salam perpisahan dan terimakasih karena telah memberikan kepercayaan kepadanya.

"Jaga diri baik-baik Ara" pesannya kepada anak gadisnya.

"Siap komandan" goda Ara seraya hormat didapan ayahnya.

Pesawat yang Ara tumpangi kini telah terbang menuju ke Negara kelahirannya. Di dalam peswat tak henti Ara tersenyum membayangkan bertemu "Dia".

Note:
Terimakasih sudah membaca part 1 ^^

Don't forget to vote and comment ~

Orange CandyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang