02

3.5K 478 80
                                    

Renjun memejamkan mata saat semilir angin bertiup pelan menerpa wajah nya. Sudah 10 menit ia berada di sini, bahkan renjun memilih menghabiskan waktunya istirahat nya di rooftop ketimbang pergi ke kantin.


Brak!


Tiba-tiba pintu rooftop tertutup kencang, membuat tubuh renjun terlonjak kaget. Ia berbalik dan menatap bingung pintu yang telah tertutup tersebut.

'Mungkin karna angin.' Batin renjun.

Tubuh renjun menegang saat merasakan sepasang tangan memeluk pinggang nya posesif.


"M-maaf tapi bisakah kau melepaskan ku?" Orang itu tidak menjawab. Namun pelukan nya justru semakin erat, membuat renjun sedikit kesulitan bernafas.


"S-sesakh." Lirih renjun.


Orang itu melepaskan pelukannya, ia membalik tubuh renjun dengan mudah. Kemudian mengusap pelan bahu renjun.

"Maaf."

Suara berat tadi membuat renjun tersikap. Suara yang sama persis seperti yang tadi pagi renjun dengar di kamar nya. Renjun mendongak agar dapat melihat dengan jelas siapa orang tersebut.


Rahang tegas, hidung mancung, alis tebal, bibir tipis, rambut berwarna putih, dan mata sipit namun tajam berwarna hijau kebiruan itu sukses membuat renjun menahan nafas nya. Orang itu sangat tampan di tambah dengan bentuk tubuh nya yang tegap.


Orang itu ikut memperhatikan renjun dari ujung kepala hingga ujung kaki. Badan kecil nan ramping seperti perempuan. Parasnya yang polos dan manis semakin menambah keistimewaan seorang huang renjun. Ah ani tapi lee renjun.


"Renjun."


Renjun menyirit bingung. "K-kau tau namaku?"


Orang tadi tersenyum, membuat mata sipit nya membentuk eyes smile yang sangat menawan. "Aku mengetahui semua tentang mu. Lee renjun."

"M-maaf tapi margaku bukan lee."

"Sebentar lagi marga mu akan ku-ubah sayang."

Renjun menunduk, entah kenapa ia merasa pipi nya seperti terbakar. Jeno mengangkat dagu renjun agar kembali mendongak. "Tunggulah aku." Ucap nya sebelum menghilang dari hadapan renjun.


Renjun mengerjapkan matanya. Ia melihat ke sekeliling, namun ia tidak bisa menemukan orang tadi.

Kring! Kring!


Bel berbunyi nyaring, dengan segera renjun berjalan meninggalkan rooftop untuk mengikuti pelajaran berikutnya.

•••


Renjun berjalan pelan menyusuri gang-gang menuju rumah nya. Ia menenteng kantong plastik berisi ramyeon untuk adik nya. Malam sudah semakin larut membuat kendaraan yang berlalu-lalang semakin sedikit. Untungnya jarak rumah renjun tidak terlalu jauh dari supermarket.

Srak.


Renjun menghentikan langkahnya. Ia menatap kearah semak-semak yang menjadi asal suara tadi, tak lama muncul seeokor kucing dari balik semak-semak tersebut. Renjun kembali melanjutkan langkahnya. Baru selangkah renjun berjalan, ia merasa ada sesuatu yang menahan nya agar tidak beranjak dari sana.

Lima menit berlalu, namun tidak terjadi apapun. Renjun memutuskan untuk bergegas kembali walaupun kaki nya terasa berat untuk di angkat.

Tanpa renjun sadari dari balik semak-semak ada seseorang yang sedang tersenyum miring melihat punggung renjun yang perlahan menghilang. Mata nya bukan lagi berwarna hijau kebiruan, tapi berwarna merah. Merah darah. Menandakan bahwa orang itu sedang menahan nafsu makan nya. Akibat aroma darah renjun terasa harum saat melewati indra penciumannya.

"Lain kali aku pasti bisa menyicipi rasa darahmu sayang."



Ucap orang itu kemudian menghilang seirama dengan hembusan angin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang