Pertemuan

257 16 2
                                    


Apakah Tuhan menyayangiku?

Jika iya, sampaikan padanya Baby

Aku hanya ingin bersamamu di surga

Selamanya.


.
.

Semilir angin musim gugur tampak membelai lembut surai hitam milik pemuda yang tengah berdiri mematung di atas sebuah gedung tua di pusat kota Seoul.

Wajahnya terlihat sendu.
Ia menatap langit malam yang tengah menunjukkan keintimannya dengan sang bulan yang tersipu malu di balik awan.

Rasa iri terbersit di hatinya, senyum yang selalu merekah dari seorang artis papan atas Jung Daehyun kini sudah tak ada lagi.

Semuanya telah pergi.

Pergi bersama dengan kepergian orang yang ia sayangi.

Daehyun menengadah, menatap eksistensi bulan yang kini sudah mulai bercengkrama dengan langit malam. Bahkan bulan menunjukan sinar tercerah dalam hidupnya, seakan mengejek makhluk Tuhan yang tengah bergelut dengan pikiran kalutnya.

Daehyun kembali menutup mata, merasakan sebuah belaian tak kasat mata menyusupi tubuhnya.

Ia tersenyum.

Ekspresi yang asing dan sangat berbeda dengan ekspresi ketika tengah memandang bulan tadi.

"Daehyunie, apa yang sedang kau lakukan ehm?"

Bisikan suara merdu memasuki gendang telinga Daehyun, menggetarkan hati yang sudah lama mati itu.

"Aku merindukanmu baby," ucap Daehyun lirih, masih dengan memejamkan matanya. Ia menikmati semilir angin yang kini terasa semakin dingin menusuk kulit dan tulangnya.

"Emm.. Nado. Bersabarlah, kita akan bertemu sebentar lagi. Nomu Saranghae," Bisik suara itu lagi.

Sesaat kemudian, rasa hangat yang menyelubungi tubuhnya menghilang bersama hembusan angin yang menerpa kencang tubuhnya.

Daehyun membuka matanya, mencengkeram erat dadanya yang nyeri. 'Mungkin memang sudah saatnya' pikirnya.

Flashback
.
.
.
.

KLING!

"Selamat datang!"

Suara bunyi lonceng di atas pintu cafe menandakan seorang pengunjung datang.
Sudah tugas Yoo Youngjae, namja dengan pipi bulat dan memiliki senyuman yang manis itu untuk menyapa tamunya dan mendatangi sang tamu untuk menanyakan pesanannya.

Dia melangkahkan kaki jenjangnya menuju ke tempat pengunjung yang baru datang. Dengan amunisi sebuah pulpen dan juga note kecil yang berada di tangan mungilnya.

"Pesan apa tuan?" bibir kisabblenya mengucapkan kata itu setiap kali pelanggannya datang diiringi bungkukan sebagai tanda hormat.

Setelah mencatat pesanan pelanggan, ia akan segera berlari ke counter setelah sebelumnya mengucapkan 'Baik' dan 'Tunggu sebentar!' dengan senyuman yang senantiasa mengembang di wajah baby facenya.

Di depan counter, Youngjae tinggal memberikan catatan pesanan dan menunggu Himchan, sang kakak sekaligus chef di Cafe milik mereka untuk menyiapkan pesanan.

Ini adalah kehidupan rutin dari seorang Yoo Youngjae. Namja yang hanya tau Himchan sebagai kakak tanpa tau sosok kedua orang tuanya.

Saat kecil, yang ia ingat hanya dia dan sang kakak Yoo Himchan. Mereka sudah hidup sendiri di rumah sederhana, dengan keadaan yang sangat miskin dan hanya bisa bergantung pada pemberian tetangga.

Together in Heaven Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang