Galuh mengedarkan pandangannya kesekeliling Amsterdam Central Station yang jauh berbeda dengan stasiunGambir. Kali ini Galuh tidak lupa memakai jaket winternya. Karlubilang dia menyetir ke Amsterdam pagi tadi karena akan menemuitemannya yang tinggal di Amsterdam dan akan menginap di sana.
Sepulang sekolah, Galuh langsungteleport ke Amsterdam. Karlu mengajaknya jalan-jalan di kotaAmsterdam, berjalan dari Mulai Dam Square sampai Leidseplein membelahempat kanal utama. Di Leidesplein Karlu bertemu dengan Nick temannyadan minum bersama kemudian mereka berdua mengawal Galuh kembali keAmsterdam Central agar Galuh bisa berpura-pura naik kereta kembali keGerman dan teleport kembali ke Jogja.
Karlu membawa Galuh ke peron nomorsatu. Galuh merasakan tangan hangat Karlu menggenggam tangannya.
Dari kejauhan Karlu melihat perempuanIndonesia dengan rambut tergerai. Tubuh petitenya terbalut parkanavy, kaki jenjangnya dilapis celana hitam ketat dengan boots coklattua setengah betis, kaus kaki abu-abu muncul dari sisi boots modellonggarnya. Kulitnya wajahnya tidak putih pucat namun sedikit tanned,tanpa make up namun mulus, jajaran alisnya tebal menghiasi matanya.Wajahnya tidak asing bagi Galuh. Tangannya digenggam seorang priaberambut coklat gelapyang matanya tidak lepas dari mata si perempuan.
Si laki-laki lebih tinggi darinyasesekali tanggannya berpindah ke bahu si perempuan Indonesia.Badannya tegap, perutnya rata, ada rambut-rambut halus di sepanjangrahangnya yang membuatnya tambah ganteng.
Ketika ia bertemu mata denganperempuan itu, ia mengernyitkan alis. Andara Ramadjati, perempuan itubiasa dipanggil Galuh Mba Nara, sepupunya yang sebentar lagi akanmenikah. Si Laki-laki itu pasti Leonard Maurits van Heiden, persisseperti nama yang dicetak di undangannya.
"Galuhhh...Ya Tuhan... kamu ada disini kok nggak bilang aku dek!" Seru Nara Ramadjati seraya memelukGaluh. Karlu hanya menatapi mereka berdua.
"Sorry aku lupa." Seru Galuh yangkehabisan alasan berbohong. Dari sekian banyak orang di Amsterdam,kenapa ia harus bertemu Nara. "Aku cuma sebentar, lagian kan akuketemu kamu minggu depan anyway." Kata Galuh kemudian melirik Leon.
"Oh ya... Ini Leon, Leonard." KataNara. Nara kemudian menatapi Leon. "This is Galuh, my cousin."
"Oh... hi..." Leon menyodorkantangannya, ia tersenyum sumringah. "I'm Leonard van Heiden. Verynice to meet you here." Kata Leon.
"This is Nara my cousin fromIndonesia." Kata Galuh memperkenalkan Nara pada Karlu dan Nick."She's been living here for years."
Karlu menyodorkan tangannya. "KarluMuller."
"Andara Ramadjati, call me Nara."Kata Nara ramah. Dalam hati Karlu bertanya-tanya siapakah keluargaRamadjati ini, perempuan Ramadjati yang dikenalnya memiliki parascantik, terlihat lebih mudah dari umurnya, berambut hitam legam danpanjang.
Andara kemudian bertemu mata denganNick. Nick menyodorkan tangannya seraya menyebutkan namamasing-masing.
"Kamu mau ke mana dek?" TanyaNara.
"Ke Berlin. Aku pulang dari Berlin."Galuh bohong.
"Kapan pulang?"
"Besok, Mba. Kan Akhir pekan mbaNara mulai seserahan dan lain-lain."
"Kamu sendiri?"
"Iya." Kata Galuh. "Nggak papakok, aman." Kata Galuh.
"Uhm... your train is coming,Galuh." Nick mengingatkan sembari melihat papan kereta. Keretainternational Galuh sudah datang.
"Well... aku pulang ya mba, sampaiketemu di Jakarta." Galuh permisi. Dengan cepat ia pergi menujukereta international yang baru saja datang. Diam-diam iaberterimakasih pada Nick. Entah kenapa Nick seperti mengerti danmembebaskannya dari Nara.
Nara dan Leon berpandangan. "It's abit weird." Kata Nara.
"Maybe she didn't tell her mom."Kata Leon.
"I'll check her later." Kata Naraseraya memandangi Galuh yang berdiri di depan kereta dan berbicaradengan Karlu sementara Nick berdiri di belakang Karlu memberi merekaberdua sedikit privasi untuk berbicara rencana mereka selanjutnya.Saat itu Nick menoleh ke arah Nara, memandanginya tanpa senyum.
"Come on baby..." Leon merangkulNara dan membawanya melangkah pergi.
YOU ARE READING
orang-orang anomali
Ciencia FicciónGaluh Ramadjati Galuh membayangkan wajah Karlu di Checkpoint Charlie dan bagaimana ia akan lari bila tahu siapa Galuh sebenarnya. Karlu Muller pasti akann marah bila tahu kalau Galuh bukan hanya sekedar mahasiswa yang menetap sementara di Berlin...