Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Semilir angin meniup pohon, menimbulkan gugurnya daun tua dan akhirnya jatuh memenuhi tanah dibawahnya.
Tepat di hari ini Lidya dan Melody bertemu sebulan lalu. Tepatnya dibawah pohon rindang yang sedang mereka duduki ini lah awal mula bertemunya dua gadis yang tak saling mengenal, namun sekarang seakan menjadi batu yang telah mengeras seiring air yang menghujam bertambah banyak. Keras sekali! Ya seperti itu lah hubungan mereka saat ini. Keras dan tak dapat diremukkan oleh siapapun.
Hubungan mereka sangat hangat, bersenda gurau bersama, menghabiskan waktu bersama, dan melakukan kegiatan menarik lainnya. Ya, mereka berteman dengan perasaan suka cita.
"Kak,"
"Ck! Sudah berapa kali kuperingatkan agar tidak menggunakan embel-embel 'Kak' jika kita sedang berdua."
Melody menggerutu lucu, membuat Lidya gemas dan berakhir dengan pipi Melody yang memerah akibat cubitan yang dilayangkan Lidya.
Sungguh, jika kalian berada di posisi Lidya, kalian juga tak akan tahan untuk tidak mencubit gemas makhluk mungil yang sekarang tengah memukuli bahu Lidya pelan.
"Haha, ampun Mel, ampun."
Lidya menahan tangan Melody yang hendak memukulinya kembali. Walaupun pukulan tersebut tak menyakiti dirinya, namun melihat cara Melody memukulnya membuat ia semakin gemas.
Ah, andai saja ia dapat membawa Melody pulang dan memajangnya di kamar. Dengan sedikit formalin untuk mengawetkan dan juga plastic untuk melindunginya dari debu. Maka jadi lah Melody seperti boneka Barbie yang sering Lidya lihat ketika taman kanak-kanak dulu. Namun yang membuatnya berbeda adalah, Barbie yang dilihatnya dulu terbuat dari plastic sedangkan Melody terbuat dari daging dan darah. Haha, tidak-tidak. Hanya membayangkannya saja membuat Lidya terkekeh geli. Mana ada Barbie yang akan marah jika dicubit sang pemilik.
Pemilik ?
Melody bukan milik Lidya!
Dan Lidya juga bukan milik Melody!
"Aaaaaaa.." Melody berteriak kencang membuat telinga Lidya berdengung akan hal itu.
"Ap--"
"Ice cream! Aku mau itu, ayo kesana." Tunjuknya pada penjual ice cream dengan gerobak abu-abu dan gambar ice cream beragam rasa pada gerobaknya.
"Aish! Dasar anak itu. Umur dan kelakuan sangat berbalik!"
Lidya berjalan gontai menyusul Melody yang sudah antri bersama anak-anak kecil yang juga sedang menunggu giliran.
Tanpa sadar, senyumnya terukir melihat tingkah Melody. Hah! Lidya tak habis fikir. Melody yang kadang bersikap bijaksana dan tegas, akan terbuai dengan hal-hal kecil yang disukainya dan dengan sekejap akan membuang sikap bijaksananya tersebut. Melody adalah orang yang sangat apa adanya. Lidya suka itu.
Bukannya ikut mengantri, Lidya justru mengeluarkan Camera pocket yang dibawanya. Memotret setiap senyuman yang terukir pada bibir Melody. Menjadikannya candu untuk selalu mengulangnya lagi dan lagi. Akan terus seperti itu hingga Lidya merasa bosan akan hal tersebut. Namun Lidya merasa tak yakin,
Tak yakin jika ia benar-benar akan merasa bosan dengan candunya tersebut.
Tbc
1 part lagi kelar yak. Sesuai yang gua bilang, ff ini singkat aja. Komen buat story ini sangat gua tunggu. Sebenernya kalian ga vote pun gua ga masalah. Yang gua pengenin cuma komen dan respon kalian buat cerita-cerita yang gua buat. Cuma itu, gak lebih. Sekalipun kalian gasuka sama cerita yang gua buat, komen aja, kasih saran supaya tulisan gua next time bisa lebih baik dan berkesan buat kalian. Bisa 'kan bantu gua buat lebih semangat lagi nulis? Buat bikin story about pairing yang kalian suka? Gua harap jawabannya iya, okesip :v
See you,
Dragon
![](https://img.wattpad.com/cover/125122443-288-k44703.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
History ; MeLids [ Finish ]
Kısa HikayeMemory lalu yang membuatku dapat bersamamu• MeLids• History√