Kilatan blitz kamera serta merta menyambut ketika ia melangkah keluar dari dalam mobil dan menyerahkan kuncinya pada petugas valet yang telah menanti di sana dengan sopan. Sengaja datang sendiri tanpa disertai asistennya, Jeonghan memang tak menyangka akan ada fotografer sebanyak itu di sana, namun tak sedikitpun terganggu ketika lensa kamera tertuju padanya seorang. Bukan Yoon Jeonghan namanya jika tak menikmati saat-saat di mana ia menjadi pusat perhatian, tentu saja.
Jeonghan berjalan pelan dengan kepala tertunduk ketika para fotografer dari berbagai media itu mencari perhatian, namanya menjadi sebuah kata repetitif yang diucapkan para pekerja berkamera itu. Kedua tangannya mendekap sebuah kotak hitam berukuran sedang secara protektif, ada sedikit ketakutan pada dirinya apabila orang-orang yang mengelilinginya mulai mendesak.
Rasa lega mendera ketika Jeonghan telah memasuki gedung dengan security yang menghalangi para fotografer untuk masuk. Ia mempercepat langkahnya memasuki elevator khusus di kanan gedung, lalu menekan tombol 49 dengan lambang Asterisk Restaurant di sebelahnya. Jeonghan bersenandung pelan seraya menanti tiba di tujuan, jantungnya sedikit berdebar akibat membayangkan pertemuan yang akan terjadi.
Seorang host menyambutnya dengan senyuman ketika pintu elevator terbuka. "Selamat datang di Asterisk, apakah anda telah melalukan reservasi?" tanyanya dengan sopan.
"Oh, tolong atas nama Hong Jisoo." jawab Jeonghan.
Host itu menangguk mengerti lalu dengan sopan meminta Jeonghan untuk mengikutinya menuju area outdoor di sana. Ada belasan pasang mata yang melirik ke arahnya diikuti dengan bisikan-bisikan pelan ketika Jeonghan berjalan. Sekali lagi, ia menikmati perhatian yang didapatkannya, dagunya sedikit terangkat dengan angkuh, dengan sekuat tenaga ia melawan keinginan untuk melambai pada orang-orang di sana dan berkata, 'ya, aku Yoon Jeonghan yang itu'.
Angin serta merta menyambutnya ketika Jeonghan melangkahkan kaki di area outdoor, membuatnya mengeratkan coat hitam panjang yang dikenakannya. Ia berlari kecil meninggalkan host Asterisk ketika matanya menangkap sosok Jisoo yang duduk membelakanginya. Ia memeluk tubuh Jisoo yang juga terbalut coat hitam, tetap dengan kotak yang ada di tangannya. Rambut cokelatnya yang panjang menggelitik pipi dan leher Jisoo.
"My baby Jisoo!" serunya.
Jisoo menoleh dan memberikan senyuman pada Jeonghan meski wajahnya sempat menunjukkan keterkejutan untuk beberapa saat. "Kamu mau aku babak belur karena kamu seenaknya memanggilku baby?"
"Apa maksudmu?" tanya Jeonghan heran sambil beranjak dan duduk di seberang Jisoo.
"Jangan pura-pura tak tahu, Yoon Jeonghan." Jisoo memberikan decihan padanya, kemudian mata kucingnya beranjak pada kotak hitam yang kini berada di atas meja. "Apa itu?"
Senyuman Jeonghan mengembang, lalu ia mendorong kotak itu pada Jisoo. "Untukmu."
"Tapi ulang tahunku sudah lewat." Meski berkata begitu, Jisoo tetap memberikan senyum sebagai tanda terimakasih pada Jeonghan. Ia membuka kotak tersebut dengan perlahan, seiring dengan senyuman yang luntur dari wajahnya.
"Surprise!" sesuai dengan apa yang Jeonghan katakan, Jisoo benar-benar terkejut dibuatnya. Di dalam kotak, ia menemukan berbagai macam benda yang tertata rapi di atas potongan-potongan kertas. Dasi, jam tangan, parfum, dan sebuah kalung serta gelang dari merek ternama yang jika diakumulasikian mungkin setara dengan bayaran yang ia terima untuk beberapa kali peragaan busana.
Tetapi, bukan benda-benda mahal itu yang membuatnya begitu terkejut. Tak aneh jika seorang Jeonghan dan segala kehidupan mewahnya memberikan hadiah semacam itu. Sebuah kartu terlampir di sana. Berwarna rose gold, kartu tersebut berisikan tulisan tangan Jeonghan sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti Kita
FanfictionJeongcheol Model AU Ketika posesif berbicara, kita tak lagi dapat bertahan, terhalang oleh aku dan kamu