Rencana (Minhyunbin)

452 53 2
                                    

Kaki jenjang Hyunbin melangkah masuk pada sebuah cafe tengah kota yang sedang ramai. Tentu saja, ini sedang jam makan siang.

Pandangan ia edarkan untuk mencari sesosok pria tinggi berkulit putih dengan wajah yang manis sekaligus tampan. Mata rubah dan bibirnya yang sewarna sakura menjadi daya tarik tersendiri untuk Hyunbin.

'Ternyata dia benar-benar datang,' Hyunbin membatin lalu melangkah mendekati meja si pria.

"Hwang Minhyun-ssi?" Hyunbin membuka suara, membuat sosok indah itu sedikit terkejut lalu mengangguk kaku.

"Kwon Hyunbin-ssi..?" Sapa Minhyun pelan, takut jika dia salah orang. Hyunbin tersenyum lalu mengangguk.

"Bolehkah aku duduk?" Minhyun kembali mengangguk, pandangannya masih terkunci pada pria jangkung didepannya. Diam-diam keduanya saling mengagumi satu sama lain. Tetapi Hyunbin segera tersadar dengan tujuan utamanya, berbeda dengan Daniel yang malah terlarut kedalamnya.

Berbeda? Kurasa tidak..

"Maaf tiba-tiba menghubungimu dan memaksa bertemu, tetapi ini sangat penting," ekspresi Hyunbin berubah menjadi lebih serius menambahkan kesan dominannya. Minhyun yang terpesona ditambah kebingungan dengan situasi yang dihadapinya sekarang hanya mengerjapkan matanya lucu. Rasanya Hyunbin ingin menculik pria didepannya ini. Lelaki jangkung itu berdeham pelan, menyadarkan dirinya sendiri.

"Begini.. Kau pasti sudah tahu dan bertemu dengan Daniel kan?" Minhyun semakin bingung, apa orang ini mengenal Daniel? Minhyun mengangguk sebagai jawaban, belum membuka suara.

"Aku butuh bantuanmu, bawa Seongwu pergi sejauh mungkin dari Daniel, dia ingin menghabisi Seongwu," mata Minhyun membola ketika mendengar tuturan Hyunbin.

"Kau.. Kau jangan bercanda!" Minhyun sedikit meninggikan suaranya. Apa-apaan pria ini, bagaimana bisa Minhyun mempercayainya? Dalam satu gerakan, Hyunbin mengambil sebuah foto, fotonya bersama Daniel.

"Aku mengenal Daniel dengan baik, tujuannya tinggal di rumah Seongwu adalah balas dendam," Minhyun menganga tidak percaya.

"Kau pasti tahu tentang laboratorium Tuan Ong yang terbakar dulu, semua berawal dari sana," Hyunbin melanjutkan kalimatnya. Kali ini Minhyun sudah lebih bisa mengendalikan dirinya.

"Yang jelas, aku perlu bantuanmu untuk menjauhkan Daniel dari Seongwu. Daripada Daniel, temanmu itu lebih berbahaya,"

"Sama berbahayanya denganmu," Hyunbin memelankan suaranya sehingga Minhyun hanya dapat mendengar dengan samar. Lelaki jangkung itu bangkit dari duduknya lalu menaruh beberapa lembar uang diatas meja, bersiap untuk pergi.

"Tunggu!" dengan sigap Minhyun menahan tangan Hyunbin. Hyunbin merasakan sensasi aneh saat tangan Minhyun menyentuhnya. Begitu menggetarkan tetapi menyenangkan dalam waktu bersamaan. Hyunbin menolehkan kepalanya kepada si pria rubah.

"Apa maksudmu? Kau tidak bisa seenaknya seperti ini, jika kau memang membutuhkan bantuanku, kau harus menjelaskan semuanya padaku," ucap Minhyun tanpa jeda agar si pemuda Kwon itu tidak memotong ucapannya. Kali ini Hyunbin terkekeh pelan, membuat telinga Minhyun memerah karena malu. Dia merasa konyol sekali.

"Tenanglah, kita masih memiliki banyak waktu untuk membicarakan ini, aku akan menyuruh supirku untuk menjemputmu nanti ke tempatku, kita bisa berbicara santai disana," Minhyun terlihat berpikir, apa itu ide yang bagus? Pergi ke kediaman seorang pemuda asing yang tiba-tiba saja memaparkan hal mengejutkan yang belum pasti kebenarannya.

"Jika kau belum bisa mempercayaiku, aku tidak akan memaksa, tetapi aku sangat berharap kau akan bersedia membantu, untuk kebaikan semuanya," tanpa disadari, Minhyun mengangguk pelan, membuat senyum Hyunbin mengembang.

"Supirku akan menjemputmu jam tujuh malam, sebaiknya sediakan juga pakaian ganti karena perjalanan agak panjang," Minhyun yang polos pun hanya mengangguk mengiyakan, membuat Hyunbin gemas sendiri.

"Sampai jumpa nanti malam, manis," pamit Hyunbin dengan senyuman khasnya kemudian berlalu dan hilang ditengah ramainya kota. Minhyun dapat merasakan telinganya memanas, detak jantungnya juga begitu cepat.

"Sadarlah Hwang Minhyun, apa yang kau pikirkan," ucap Minhyun sambil menepuk pelan pipinya. Kegiatan menepuk pipinya terhenti saat ia baru sadar, ia belum memberikan alamat kepada Hyunbin. Tidak mungkin kan Minhyun menghubungi Hyunbin duluan, ia gengsi.

Setelah menimang-nimang, akhirnya ia tetap memutuskan untuk tidak menghubungi Hyunbin.

'Mungkin Hyunbin akan menghubungiku nanti,' batin Minhyun yang tidak tahu jika Hyunbin tidak perlu menghubunginya hanya untuk bertanya alamat.

----00000----

Minhyun duduk gelisah di sofa sederhana miliknya. Jam telah menunjuk mendekati angka lima, yang seharusnya sebentar lagi jemputan Minhyun akan segera datang.

Masalahnya adalah, Hyunbin belum menghubunginya lagi setelah perpisahan mereka di cafe, ia menjadi bingung apakah lelaki jangkung itu benar-benar akan menjemputnya.

Meskipun begitu, Minhyun sudah rapi dengan kemeja bergaris yang sedikit kebesaran di tubuhnya yang ramping, kaki jenjangnya dibaluti oleh celana kain berwarna hitam, tak lupa dengan pesan Hyunbin, ia juga telah menyiapkan pakaian ganti yang telah ia masukkan kedalam tasnya.

Tok! Tok!

Dua ketukan dari pintu depan membuat Minhyun sedikit terlonjak dari posisinya. Segera saja ia beranjak dari tempat duduk untuk membukakan pintu. Matanya membulat saat menemukan lelaki jangkung yang sedari tadi menari-nari di pikirannya kini telah berada tepat didepannya dengan senyuman yang lebar.

"Kau sudah siap?" Minhyun mengangguk singkat, masih sedikit terkejut dengan kehadiran Hyunbin.

"Ah ternyata aku memiliki waktu untuk menjemputmu jadi aku tidak memerlukan supir lagi," pernyataan Hyunbin seakan menjawab pertanyaan dikepala cantik Minhyun. Hyunbin menatap Minhyun dari atas sampai bawah, lalu kembali menatap wajah cantik Minhyun.

"Kau cantik," gumam Hyunbin pelan lalu mengulurkan tangannya, mengajak Minhyun mengikutinya. Minhyun dapat merasakan telinganya memanas, dapat ia pastikan telinganya pasti sangat merah saat ini.

Dengan malu-malu, Minhyun menyambut uluran tangan Hyunbin lalu keluar dari rumahnya, tak lupa ia mengunci rapat rumahnya.

Keduanya masuk kedalam mobil milik Hyunbin dengan Hyunbin yang duduk di kursi kemudi dan Minhyun tepat berada di sebelah Hyunbin. Mobil telah dinyalakan dan melaju membelah kota Seoul yang padat. Keduanya tidak ada yang membuka suara sampai pada akhirnya Hyunbin yang tidak tahan pun menyetel radio.

Lagu 'Never' dari salah satu acara survival yang terkenal pun terputar, membuat Minhyun tanpa sadar ikut bersenandung kecil dan menggoyangkan kepalanya, membuat Hyunbin tersenyum kecil.

Ternyata Minhyun memiliki bakat menyanyi tersembunyi, jadi sepanjang perjalanan Minhyun ikut bersenandung saat ia menghapal lagunya.

Sampai setengah perjalanan, tidak terdengar lagi suara Minhyun, lelaki manis itu tertidur dengan kepala yang menyender pada kaca mobil. Hyunbin mengalihkan pandangannya dari jalanan, hanya sebentar untuk melihat wajah tertidur Minhyun. Senyumnya terkembang.

'Menarik..'

.
.
.
-To be Continued-
.
.

Sinner kembali setelah sekian lama menghilang :'3 chap ini khusus Minhyunbin dulu ya, untuk kepentingan cerita (?)
Sampai jumpa chapter depan! 👋

Sinner [OngNiel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang