Jam dinding di sebuah kamar sederhana yang jauh dari kata mewah, baru menunjukkan pukul 03:30 WIB. Tetapi, pemiliknya Sri Wahyuningtyas atau yang akrab dipanggil Tyas sudah bangun untuk membantu orang tuanya menyiapkan bekal ke sawah. Orang tua tyas bukanlah seorang pegawai melainkan petani biasa di desa Plajan, di sebuah kota paling utara pulau Jawa yaitu Jepara. Tyas seharusnya sudah duduk di bangku kuliah di usianya yang sekarang ini, tetapi ketika dia sudah lulus SMA dan akan melanjutkan ke Perguruan Tinggi ayahnya sakit.
Tyas bukanlah orang yang gampang menyerah pada keadaan, meski dalam keadaan yang serba tidak sempurna dia tetap memiliki cita-cita yang tinggi. Begitu juga dengan orang tuanya walaupun hanya petani yang jauh dari kata mewah tetap memiliki keinginan untuk memberikan pendidikan setinggi-tingginya. Setelah melihat keadaan ayahnya yang tidak memungkinkan apabila dia melanjutkan kuliah maka Tyas mengutarakan niatnya untuk bekerja dahulu. Awalnya ayahnya tidak menyetujui, tetapi dengan tekad Tyas yang sekuat baja akhirnya ayahnya menyerah melarangnya dan memberi do'a restu untuk niat anak sulungnya itu.
Tyas adalah kakak yang mempunyai satu orang adik, mereka usianya tidak terpaut jauh hanya selisih satu tahun. Keadaan tersebut menandakan jika tahun depan adalah giliran adiknya yang akan melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Alhasil dia sehari-hari membantu ibunya menyiapkan bekal untuk ayahnya ke sawah. Sawah yang digarap ayahnya bukanlah sawah mereka sendiri melainkan menyewa pada juragan kaya di desanya. Hasil dari bertani di sawah harus di bagi dengan membayar sewa sawah, biaya hidup sehari-hari, dan biaya pendidikan adiknya.
Tidak terasa setahun berlalu, adiknya sudah lulus SMAdan siap melanjutkan ke salah satu Perguruan Tinggi di kota Semarang. Dalamwaktu setahun tersebut Tyas menghabiskannya dengan membantu orang tua danmengajar di MI (Madrasah Ibtidaiyah) setting SD. Plajan adalah desa terpencildi derah yang berbukit-bukit sehingga tempatnya sedikit terisolir dari desayang lain. Cita-cita Tyas memang menjadi guru, ditambah guru di sekolahtersebut sangat minim hanya ada tiga guru untuk enam kelas. Hal tersebutmemberi peluang bagi Tyas yang merupakan pribadi periang, ramah, cerdas dandisukai anak-anak. Keadaan seperti itu, tidak menyulitkan dirinya untukmengajar di sekolah yang dulu juga tempatnya mencari ilmu. Pendidikan warga didesa Plajan rata-rata hanya lulus MI sehingga Tyas digolongkan berpendidikantinggi karena lulus SMA. Tyas adalah lulusan salah satu SMA Negeri di KabupatenJepara karena dia cerdas maka selama sekolah dia mendapat beasiswa.
Hai terima kasih sudah membaca ceritaku :) jangan lupa tinggalkan komen yaa soalnya ini cerita pertamaku
thanks readers :) :)
YOU ARE READING
Titisan Kartini
القصة القصيرةGerimis tipis serta langit mendung menghiasi cuaca malam ini. Oleh karena itu, Tyas buru-buru menyelesaikan tugasnya mengajari ibu-ibu di desanya untuk belajar. Benar saja setelah selesai mengajar dan bergegas hendak pulang, hujan deras mengguyur ka...