Auckford Highschool

45 3 0
                                    

[Charlotte Louise]

            Terdengar suara ledakan hebat dari pinggir kota. Hujan deras membuat suasana semakin mencekam. Orang-orang berhamburan, berusaha menyelamatkan diri mereka. Pertumpahan darah tak dapat dihindarkan. Aku hanya berdiri kaku melihat kejadian itu dari jendela kamarku yang terletak di lantai 3. Rasanya aku ingin menangis, namun air mataku enggan keluar seolah-olah sedang bersembunyi. Semua orang mungkin takut dengan kematian, tak terkecuali aku. Saat ini aku benar-benar merasa dekat dengan kematian.

            Tiba-tiba seseorang mengguncang-guncangkan tubuhku dengan tangannya. Aku membuka mataku. Syukurlah aku hanya bermimpi, pikirku dalam hati. Aku menarik nafasku panjang. Ibuku melebarkan senyum manisnya. “Ada apa Lottie? Kau mimpi buruk lagi?,” tanya ibu cemas. Aku mengangguk pelan. Aku dapat merasakan keringat dingin mengalir di dahiku. “Mandilah, ibu dan yang lainnya akan menunggumu di bawah,” kata ibu. Kemudian ia mulai berjalan meninggalkan kamarku.

            Setelah mandi, aku segera memakai seragam sekolahku, menata rambut pirangku, kemudian berlari kecil menuruni tangga. Terlihat ibu, ayah, dan kakakku sedang duduk di meja makan menungguku. “Lottie, kau lama sekali. Aku hampir telat. Segera ambil sarapanmu, kita makan di mobil,” bentak kakakku, Emeralyza. Aku mendengus sebal. Lagipula baru kali ini aku bangun terlambat, mungkin karena efek liburan. Aku mengambil dua potong sandwich, lalu memasukkannya ke dalam kotak makanku. Kulihat jam dinding rumahku telah menunjukkan pukul 7 pagi. Sisa waktuku dua puluh lima menit untuk sampai di sekolah dengan selamat, karena jam pertama pagi ini adalah pelajaran sejarah, pelajaran yang paling membosankan. Aku tidak mau mendapat hukuman Pak Evans yang aneh itu hanya karena terlambat beberapa menit. Itu sangat memalukan dan bakalan menurunkan popularitasku.

            Hari ini hari  pertamaku menginjakkan kaki lagi di Auckford Highschool setelah hampir satu bulan kegiatan di sekolah ini libur. Akhirnya aku bisa sampai di sekolah tepat waktu, bahkan lebih awal tiga menit. Aku segera menelusuri lorong sekolah untuk menghampiri lokerku dan mengambil buku-buku pelajaran hari ini, kemudian memasuki kelas. Aku duduk tepat di sebelah Nicholas Grey, cowok paling keren dan tampan di sekolah ini. Ia melambaikan tangan, lalu tersenyum padaku. Aku hanya membalas senyumnya singkat. Pak Evans memasuki kelasku, semua murid terdiam. Ia mulai meletakkan barangnya di meja guru, kemudian berdiri di depan kelas. Ia berjalan mondar-mandir beberapa kali.

“Pagi ini saya tidak akan mengajarkan materi apapun. Bagi siswa yang saya panggil, kalian harus pindah kelas ke ruang tiga belas. Dan untuk sementara waktu, siswa yang tidak saya panggil bisa bebas melakukan apapun di kelas ini,” kata Pak Evans. Semuanya mengangguk bersamaan. Kemudian Pak Evans mulai menyebutkan nama-nama siswa yang harus pindah kelas. “Charlos Edmund, Charlotte Louise, Nicholas Grey.”

Aku segera mengemasi barang dan bukuku dan segera pergi ke ruang tiga belas, begitu juga Nicho dan Charlos. Aku bingung, bukankah selama ini nilaiku baik-baik saja? Apa aku berbuat kesalahan sehingga aku harus pindah ke kelas itu? Banyak yang bilang, ruang yang dijuluki ‘mysterious class’ itu hanya dapat dimasuki beberapa orang. Dan tidak pernah diketahui apa fungsi ruang itu sebenarnya. Dulu lyza juga pernah dipindahkan ke kelas ini. Tapi ia tidak pernah bercerita apa-apa. Ia hanya terdiam setiap kali aku bertanya tentang kelas itu.

Butuh waktu sekitar lima menit untuk sampai di kelas ini. Aku dapat melihat dua siswa lainnya berdiri di depan pintu kelas. Seorang laki-laki berbadan tinggi dengan rambut coklat dan sepasang bola mata berwarna hijau terang. Kulitnya berwarna tan. Ia terlihat menarik. Aku dapat melihat nama yang tertera di seragamnya, Ethan Edward. Disebelahnya seorang murid yang kuduga bukan berasal dari sekolah kami. Rambutnya sepinggang, berwarna pirang kecoklatan dengan warna yang semakin terang pada bagian bawahnya. Warna rambutnya semakin indah dengan model ikal hanya di bagian tengah sampai bawahnya. Bola matanya berwarna coklat terang, namun kelihatannya itu hanya contact lens. Walaupun begitu, ia terlihat sangat menarik dengan kulit berwarna cerah dipadu kemeja bergaris yang dimasukkan ke dalam rok di atas lutut.

Dunncast: The Lost QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang