yang Hidup dan yang Mati

30 3 0
                                    

Aku menyaksikan kakakku tertidur diatas ranjang putih ini.

Ia terbaring dengan cantiknya, dengan mata terpejam dan bibir ranum yang terbuka. Aku kini berdiri disisi tempat tidurnya.

Aku berusaha membangunkannya. Ia tidak terbangun.

Aku berusaha memanggil namanya. Ia tidak bereaksi.

Aku mulai menangis. Ia bahkan tidak bergeming mendengar isak tangisku.

Matanya masih terpejam, bibirnya masih terbuka. Aku setia disini, disisinya, menatapnya dengan mata yang basah.

Aku ingin memanggilnya. Aku ingin melihat kedua mata itu terbuka dan menatapku sembari menepuk kepalaku dan menenangkanku. Aku ingin ia tersenyum padaku lagi.

Tapi, kenyataan tetaplah kenyataan. Apa yang sudah pergi, tak mungkin bisa kembali… Apalagi jika kita berbicara mengenai kematian…

Dan tangisku pecah. Aku mulai menyalahkan truk itu. Aku mulai menyalahkan pengemudi truk yang mabuk itu. Aku mulai menyalahkan nasib. Aku mulai mempertanyakan akan hidup yang seakan-akan mempermainkan jalan hidup insan-insan di dunia ini.

Aku menangisi kenyataan bahwa semuanya sudah terjadi… Kini aku hanya bisa menangis sambil meratapi sosok kakakku…

Tanpa bisa berbicara kepadanya lagi… Saling bersahutan dengannya…

…Atau bahkan sekedar menyentuhnya.

Aku menghela nafas, mencoba untuk kembali ke akal sehatku. Aku harus bisa menerima kenyataan.

Lantas aku berbalik, dan pergi menjauhinya. Aku meninggalkan ruangan itu.

***

Kedua mata itu terbuka secara mendadak. Rasa kaget merasuki dirinya.

Ia seketika merinding, entah mengapa. Rasanya ruangan ini menjadi lebih dingin dari sebelumnya.

“Ah, perasaanku saja…” Ucapnya, berusaha menenangkan degup jantungnya yang masih tak beraturan. Ia lalu kembali menidurkan dirinya.

-Fin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

yang Hidup dan yang MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang