1

19 3 0
                                    

Senja kala itu masih selalu mengingatkanku pada kejadiaan masa lalu kita. Ya aku tak akan secepat itu melupakan semuanya. Disaat kamu dengan mudahnya menghapus semua tentangku,tidak  dengan ku.

Justru sebaliknya,aku tak berniat untuk menghapus semua kenangan ini. Aku hanya ingin berniat menyimpan semuanya sebagai kenang-kenangan bahwa ternyata dulu kita pernah sedekat nadi,hingga sekarang sejauh matahari.

💙💙💙

Pagi itu aku sudah rapih dengan seragam kebanggaan bagi setiap murid SMA,ya putih abu-abu. Seperti biasa aku pasti berangkat sendiri,karena ayah tak mungkin mengantarku.. terlalu jauh katanya.

"Mah,Yah aku berangkat yaa." kataku sambil mencium tangan kedua orang tuaku itu.

"iya,kamu gabawa bekal Rein? kan udah mamah masakin,tunggu bentar mama siapin dulu ya. kamu mah kebiasaan banget! sarapan gapernah,bawa bekal juga gamau.. nanti gapinter-pinter loh." celetuk mamah yang membuatku mengerucutkan bibirku.  kemudian ia memberikan sekotak bekal berwarna merah yang berisi nasi goreng.

"tau nih kamu.. kelamaan dandan sih mangkanya tiap pagi gasempet buat sarapan.." celetuk ayah.

"iya iya... makasih ya mah,yaudah aku berangkat Assalamualaikum" 

                                                                             ********

"Rein" teriak seseorang yang suaranya sangat tak asing lagi bagi Reina.

Reina pun menoleh ke arah yang memanggilnya. Dilihatnya seorang laki-laki memakai jaket berwarna hitam dengan tas di pundaknya sambil tersenyum lebar di hadapan Reina.

Alfardiano Gustave,ya ia adalah kekasih Reina.

"Rein tadi gue nungguin lo di pos satpam tau.. gua nungguin dari jam 6 tapi lo galewat-lewat,tumben banget dah biasanya juga lu jadi tukang bukain gerbang... wkwk" jelas Alfar yang diakhiri dengan tawa.

Reina yang mendengar itu langsung membulatkan matanya tak percaya. 'seorang Alfar yang anti datang pagi-pagi kok bisa datang sepagi itu hanya untuk menungguku' pikirnya tak percaya.

"Loh kenapa Far? emang ngapain nungguin gue pagi-pagi? lo bukannya bilang kalo mau dateng pagi-pagi,tau gitu kan gue bakal buru-buru berangkat tadi biar gabikin lo nunggu."

  Arah rumah Reina dan Alfar memang tak searah maka dari itu Reina tak pernah meminta berangkat bersama atau diantar pulang karena ia merasa tak enak,kecuali jika Alfar memaksa.

"Yaelah santai aja sih Rein,ga ada apa-apa kok.. cuma pengen ke kelas bareng aja" Alfar berjalan di depan Reina sambil menarik lengan baju Reina.

  Kelas mereka berdua berbeda namun sama sama berada di jurusan yang sama . Reina di kelas IPA 1 sedangkan Alfar di kelas IPA 3. Alfar tak pernah absen untuk mengantar Reina ke kelasnya,padahal Reina sudah melarang Alfar untuk mengantarnya ke kelas, tapi Alfar tetap bersikeras untuk mengantarkan Reina.

❤❤❤

Setelah mereka berdua sampai di depan kelas bertuliskan IPA 1 Alfar pun mengacak rambut Rein pelan sembari berkata
"Nanti pulang bareng gue yaa gue tunggu di koridor. Gaada bantahan, Udah Hush sana lo masuk,dadah Reinatasha Putri."  kemudian Alfar mendorong pelan tubuh Rein kedalam kelas tersebut sambil menutup pintu kelas tersebut. Ia langsung bergegas lari menuju kelasnya karena tak ingin kena omelan dari Rein.
 
Reina yang didorong langsung mengedikan bahunya sembari berkata "Kebiasaan gue gapernah dikasih kesempatan buat ngomong,dasar tokek" ia pun segera menghampiri tempat duduknya.

"Cie yang tiap hari dianter sama Alfar ekhm" ledek Caca sahabatnya.

"Aduh Ca Jomblo nih sirik aja lo."

"Gaboleh gi-" omongan Caca terpotong oleh Reina,

"Udah deh gue tau abis ini lo bakal ngeluarin Quotes bin Ajaib yang gue gatau itu lo nyontek darimana." celetuk Rein sambil mengibaskan tangan nya di depan Caca.

"Apal banget lo ya kebiasaan gue Haha lops deh sama kamunya muach."

"Jomblo karatan naj-" obrolan mereka seketika terhenti karena tiba-tiba segerombolan cewe centil berpenampilan layaknya ingin kondangan namun makeup nya menor, Haha coba lo bayangin baju ketat rok mrecet sempit alis tebel idung pesek bibir merah mencolok wajah seputih baiklin namun leher layaknya pantat ayam.  Haha membayangkan nya saja bikin author geli.
  Segerombolan Cabe Squad tersebut masuk ke kelas sembari mengoceh dengan nada yang sengaja dikencangkan.
"Haha Masih langgeng aja ya tu cabe. Gue sama Dia ya masih cantikkan gue lah. " sindir Fani sambil menekan kan kata Dia sekaligus melirik ke arah Rein.

Yang dibicarakan pun masih tetap bungkam,'bisa-bisa nya gue disebut cabe?  Kalo gue yang kayak gini cabe lah lo apa dong? Paprika?  Lengkuas?  Oh jahe kali ya..'  Batin Reina.
Caca yang merasa sahabatnya sendiri disindir oleh komplotan cabe langsung mengusap pundak Reina pelan,
"Sabar ya Rein orang sirik mah gitu. "
Reina hanya menanggapi nya dengan cengiran lebar khas miliknya.

"Yaelah sejak kapan si gue ngadepin si cabe gue sautin.  Yaudah lah ya biarin aja kalo disautin ntar makin makin hahaha."

Fani yang melihat Rein diam saja padahal sudah ia sindir-sindir dan kemudian tertawa tiba-tiba membuat nya kesal. Fani pun langsung menghampiri meja Rein dan menggebraknya.
Bruk
"Heh cabe maksud lo apa ngetawain gue hah? "
Rein sama sekali tidak kaget dengan gebrakan di mejanya karena hal ini sudah biasa terjadi, mungkin jika dihitung-hitung dalam sehari ia bisa mendapat gebrakan gratis dari makhluk sejenis cabe ini sebanyak 7 kali.
Pandangan Reina sama sekali tidak teralihkan dari novel yang kini tengah dinikmati olehnya. Ia masa bodoh atas apa yang selanjutnya akan Fani lakukan padanya karena tak memperdulikan keberadaannya.

"Heh punya kuping ga sih lo? " teriak Fani sambil melotot kearah Reina.
  Yang diteriakki pun tetap mengabaikan suara melengking didepannya. Alah radio rusak bacot elah ganggu aja nih, batin Reina.
"HEH GUE NGOMONG SAMA LO YA! DASAR BUDEK CEWE GAPUNYA OTAK!! " teriak Fani lagi, namun kali ini sambil ingin melempar tamparan pada pipi Reina namun gagal karena sasaran nya jauh lebih cepat menghindar.
Reina langsung menempelkan tangannya pada meja dan menidurkan wajah nya pada tangan nya itu.

"Cie yang gagal lagi nabok gue nya. " ledek Reina pada Fani yang dihadiahi tawa oleh seluruh komplotan geng cabe nya.

"Ihh awas lo ya." teriak Fani sambil menendang meja Reina dan bergegas pergi karena menahan malu.

Caca yang melihat hal tersebut tampak kagum pada Reina.
"Emang paling bisa ya lo ngadepin si Psikopat macam Fani. Gue sih tadi udah takut aja lo kena tampol si Fani eh ternyata meleset lagi ya wkwk."

"Iyalah mana bisa si psikopat bin cabeun ngadepin gue haha. " tawa Reina yang langsung dihadiahi toyoran pada kepalanya oleh Caca.
"Yeh jangan bangga dulu lo, kayak gatau aja  si Fani psikopat nya kayak gimana. "
Reina tak menanggapi omongan Caca ia hanya membentuk mulutnya berbentuk 'O.

"Eh anjir songong ya lo sama gue. " kesal Caca dan langsung menghadiahi Reina dengan cubitan andalannya.

"Bodoamat gue ngantuk pengen tidur.. Hush hush jangan ganggu gue. "

Caca yang merasa diabaikan langsung mengerucutkan bibirnya .

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALFAREINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang