♥♥♥
Rintik-rintik air hujan perlahan membasahi wajahku. Sementara, sedari tadi aku hanya duduk sendirian di bangku kayu ber-cat putih yang sudah mulai memudar dan agak keropos dimakan usia. Dengan berpayungkan rindangnya pohon manggis, ku nikmati setiap hembusan angin senja yang berhembus ramah menyejukkanku dan menyeret dedaunan kering di bawah kakiku.
Sementara, di jalanan sebrang sana nampak anak-anak remaja berseragam putih abu yang lalu lalang dari yang berjalan kaki bergerombol sambil bercanda ria, sampai yang mengendarai motor berpasang-pasangan. Ku pandangi mereka satu per satu tanpa perasaan apa pun.
Hingga keramaian ini perlahan menghilang dan berubah menjadi keheningan yang membeku. Kini yang tersisa hanyalah bunyi gesekan-gesekan ranting yang tertiup angin dan sesekali menggugurkan dedaunan yang sudah mulai berwarna kemerahan dari pohonnya. Memang di daerah ini kebetulan tidak begitu ramai. Jika sudah sore, kendaraan yang lalu lalang pun jumlahnya bisa dihitung jari.
Aku menengadah ke atas. Langit yang semula tampak biru bersih pun mulai berubah menjadi jingga kemerahan dan perlahan ditelan awan hitam. Nampaknya tak lama lagi gerimis akan berubah menjadi hujan lebat. Dan ku rasakan angin yang semula berhembus lembut pun, kini mulai bertiup kencang tak bersahabat.
Perasaanku mulai gelisah. Beberapa kali ku lihat arloji-ku, namun orang yang ku tunggu tak kunjung terlihat batang hidungnya. Sesekali ku edarkan pandanganku ke sekeliling, hingga menerawang sampai ke dalam gerbang sekolah, namun tetap saja nihil. Lingkungan sekolah sudah benar-benar sepi. Bahkan Pak Satpam yang biasa jaga di depan pintu gerbang pun sudah tak nampak lagi. Memang, jarak antara sekolah dengan tempatku berada saat ini tak terlalu jauh, hanya berkisar sekitar 50 meter saja. Jadi, aku dapat melihat sekolah dengan jelas dari sini.
Aku mendadak kesal. Kesabaranku sudah melampaui batas. Ini sudah hampir telat dua jam. Padahal ia sudah berjanji akan keluar pukul 3.
"Dia benar-benar gila ! Aku sudah menunggunya berjam-jam di tempat ini, tapi masih saja belum terlihat batang hidungnya sama sekali." Umpatku sambil beranjak dari dudukku dan terus celingukan ke sana ke mari layaknya orang gelisah.
Satu, dua menit ku tunggu, namun ia tak kunjung datang juga. Aku semakin kesal. Ingin rasanya aku menelannya bulat-bulat. Ini sudah hampir larut malam. Dan hujan pun seolah ikut memaksaku untuk segera meninggalkan tempat ini.
Namun, ketika aku hendak melangkahkan kakiku dengan ragu, tiba-tiba seseorang mengagetkanku dari belakang, dan suaranya terdengar tak asing lagi di telingaku. Nampaknya aku tahu siapa yang datang.
"Apa kau menungguku ?"
Aku reflek menghentikan langkahku, lalu secepat kilat berbalik dengan tatapan garang. Dan di depan mataku nampak seorang lelaki bersepeda mengenakan seragam putih abu-nya yang sudah terlihat sedikit basah terkena air hujan. Sedangkan wajahnya tampak polos tak berdosa.
Dan tanpa basa basi lagi, aku segera menghampiri Arka yang jaraknya tak jauh dariku, dengan tatapan tajam sambil berkacak pinggang.
"Hei ! Ke mana saja kau ini ? Apa kau tidak memiliki jam ? Kau tahu ? Aku sudah menunggumu ber jam-jam di tempat ini." Semprotku dengan emosi yang meluap-luap. Ku rasa jika dalam sudut pandang orang lain, aku akan terlihat seperti ibu galak tengah memarahi anaknya gara-gara jajan sembarangan.
Tetapi ia hanya menatapku dengan tatapan datar. Aku semakin kesal. Ingin rasanya ku cakar-cakar wajah polosnya itu.
"Hei ! Apa kau tidak mengerti ? Aku ini sedang MA-RAH, kau tahu itu ?" Tegasku secara tidak langsung ingin ia meresponku.
Namun Arka tetap tak berubah ekspresi, seolah tak mendengar apa yang ku katakan. Aku semakin gemas dan merasa di ledek. Apa dia benar-benar tidak menyadari bahwa aku sudah benar-benar marah ? Atau ekspresiku yang meragukan ?
"Kau adalah orang marah tercantik yang pernah ku lihat," celetuknya tiba-tiba, dengan tatapan yang memikat.
Deg.
Spontan wajahku terasa panas. Entah mengapa tiba-tiba semua rasa kesal, kecewa, dan kemarahan yang semula kurasakan bagaikan api yang tersiram air.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Still Yours
Romance"Sisca, jangan bersedih lagi. Hatiku sakit melihatnya. Percayalah, bahwa aku akan selalu berada di sisismu meski seluruh dunia menjadi musuh." -Arka- "KAU DUSTA ! Mengapa justru kini kau yang malah berbalik membuat...