Chapter 01 : Kekhawatiran

182 24 8
                                    

Tap. Tap. Tap.

Terdengar derap langkah dari dua pasang kaki memenuhi sebuah koridor mansion, atau lebih tepatnya disebut sebuah markas. Ya, ini adalah sebuah markas yang jika dilihat dari luarnya seperti sebuah mansion.

Orang bijak pernah berkata jangan pernah menilai sebuah buku dari covernya. Mungkin inilah sebuah ungkapan yang cocok untuk menggambarkan markas ini.

Jika Anda berpikir bahwa yang disebut markas disini ialah bangunan yang terbuat dari baja dan segala hal yang berhubungan dengan ketentaraan lainnya, maka Anda salah besar.

Karena, justru sebaliknya markas ini ibarat sebuah istana dalam hutan. Dinamakan sebuah markas karena didalamnya tempat penerimaan misi tentara rahasia Indonesia.

Bangunan yang terkesan elite dan megah serta luas ini sebenarnya adalah markas kemiliteran rahasia milik Negara Indonesia.

Bangunan yang terletak dikawasan hutan belantara ini merupakan tempat yang begitu rahasia, tidak semua orang tahu perihal tempat ini, bahkan orang-orang pemerintahan sekalipun tidak semua tahu tentang markas ini dan hanya orang-orang tertentu saja...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bangunan yang terletak dikawasan hutan belantara ini merupakan tempat yang begitu rahasia, tidak semua orang tahu perihal tempat ini, bahkan orang-orang pemerintahan sekalipun tidak semua tahu tentang markas ini dan hanya orang-orang tertentu saja yang bisa masuk kesini.

Karna begitu rahasianya markas ini, maka Presiden dan orang-orang tertentu memberi nama markas ini The Shadow yang artinya bayangan.

.

.

.

Kembali pada dua sosok pemuda yang berjalan disepanjang koridor, derap langkah kaki mereka yang saling bersahutan memecah keheningan yang mereka ciptakan.

Sampai pada akhirnya salah satu dari keduanya mulai merasa tidak nyaman dengan suasana ini. Dia membuka suaranya.

"Bagaimana dengan liburanmu? Apa menyenangkan?" Tanya salah satu dari mereka.

Sosok yang merasa di tanya pun menolehkan kepalanya pada si penanya tersebut, namun tak sampai 5 detik ia kembali meluruskan pandangannya ke depan.

"Biasa saja." Sahutnya datar.

Si penanya mengerutkan keningnya.
"Apa tidak ada yang menarik?" Tanya ia kembali.

"Tidak."

Mendengar sahutan datar dari sosok disebelahnya membuat si penanya kembali mengerutkan keningnya.

"Aku heran denganmu, biasanya waktu liburan bukannya selalu menjadi waktu yang ditunggu-tunggu bagi orang seperti kita. Cobalah menikmati dan memanfaatkan waktunya sebaik mungkin. Kalaupun bisa, aku dengan senang hati mengambil jatah liburanmu." Ucap Si penanya.

Menghela nafas pelan, sosok yang ditanya berujar pelan. "Bisakah kau diam? Aku sedang tidak mood untuk berdebat denganmu saat ini."

Bukannya diam, si penanya malah kembali mengeluarkan pertanyaannya.

The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang