SATU

31 1 0
                                    

"Sophiaaaaaaaaaa!"

Sylvia meneriakan nama adik semata wayangnya. Wajahnya terlihat kesal luar biasa akibat ulah adiknya itu. Rok span baru miliknya, hilang dari lemari pribadinya.

Hening sejenak, tidak ada tanda-tanda Sophia menanggapi teriakannya, Sylvia bergegas bangkit dari kursi riasnya dan menyerbu masuk kedalam kamar Sophia.

Adiknya masih tertidur lelap dengan selimut tebal bergulung ditubuh gadis itu.

"Sophia!" Teriaknya sekali lagi.

Gadis itu sama sekali tidak bergeming.

"Bangunnnn!" Sylvia menarik selimut Sophia sekuat tenaga dan membuat gadis itu terjatuh dari tempat tidurnya dengan suara nyaring.

BRUK

Terdengar suara ringisan dari mulut adiknya itu. Senyum puas kini menghiasi wajah Sylvia.

"Katakan, dimana kamu letakkan rok baru milikku?"

Sophia mengucek matanya, rambut panjangnya tergerai berantakan. Dia kemudian menguap lebar.

"Kakak, Aku masih mengantuk," rengeknya, kemudian berdiri hendak kembali merebahkan dirinya ke tempat tidur.

Sylvia bergegas menarik bagian belakang piyama yang Sophia kenakan.

"Eh tungguuu!" Serunya.

"Mana rok aku, Shopiaaa?" hampir saja Sylvia menarik telinga adiknya itu, namun dia masih bisa menahan emosinya.

"Aku pinjamkan ke Angel Kak. Untuk beach party tadi malam," jawab bocah itu enteng.

"APAAAA?!"

*

'Anak itu selalu saja membuat masalah'

Sylvia menarik nafas panjang dan memijat keningnya. Dia sekarang berdiri di Shelter, menunggu bis selanjutnya yang akan mengantarkan dirinya ke tempat kerjanya yang baru.

Kali ini tidak ada pakaian baru untuknya pergi bekerja. Sylvia harus pandai menahan emosi ketika menghadapi adiknya yang biang masalah itu. Dia akan selalu menepati janjinya kepada mendiang ibunya.

Dia dan Shopia adiknya hanya tinggal berdua di sebuah flat kecil di Kota ini. Tiga tahun yang lalu, ibu mereka meninggal dunia karena menderita Kanker payudara. Sejak saat itulah Sylvia harus bekerja ekstra untuk menghidupi dirinya dan Sophia. Adiknya itu sangat suka clubbing dan pergi ke pesta bersama teman-teman kampusnya. Semenjak ibu mereka meninggal, pergaulan Sophia semakin tidak terkendali. Sophia tidak pernah mendengarkan nasihat Sylvia. Dia akan pulang ke Flat kalau uangnya sudah habis. Dia akan kembali minta kepada Sylvia dan pergi bersenang-senang lagi bersama teman-temannya.

Sylvia tidak bisa berbuat banyak. Dia sudah berjanji kepada ibunya, bahwa dia akan menjaga Sophia dan membahagiakannya.

Suara mesin bis yang berhenti didepannya membuyarkan lamunan Sylvia. Dia bergegas naik kedalam bis dan duduk dibangku yang kosong.

Satu bulan yang lalu Sylvia di PHK karena kantor percetakan tempat dia bekerja dulu jatuh bangkrut. Satu minggu yang lalu, Sylvia melihat iklan lowongan kerja di Koran. Dia mencoba melamar tempat itu dan tidak disangka, dua hari yang lalu dia mendapat panggilan wawancara. Hari ini, dia akan menjalani wawancara ditempat kerjanya yang baru itu.

Sylvia berharap hari ini dapat berjalan dengan baik. Keuangan dirinya dan Sophia sudah mulai menipis. Bulan depan, dia sudah tidak memiliki cukup uang untuk membayar Flat tempat tinggal mereka.

THE RESORTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang