TIGA

32 1 0
                                    

"Andrea!"

Pria berkulit putih itu melambaikan tangannya ke arah wanita yang tengah bersandar dipagar pembatas. Henry tersenyum lebar, melangkahkan kakinya mendekati Andrea yang sedang menunggunya.

"Vic tadi menelpon katanya kamu yang akan menjemputku di airport," ucap Henry ketika mereka sudah dekat.

"Aku senang, kamu terlihat semakin cantik, An." Pujinya dengan tulus.

Andrea hanya memasang wajah datar, tanpa sepatah katapun dia kemudian berbalik melangkahkan kaki lebar meninggalkan Henry yang kebingungan dibelakangnya.

Wanita tersebut tidak mau bersusah payah untuk menanggapi ucapan anak bungsu dari keluarga Elric itu.

*

Henry dengan tergesa-gesa berjalan menyusul dibelakang Andrea. Langkah kakinya kian melebar menyusul punggung Andrea yang sekarang—sudah hampir berlari—meninggalkan Henry jauh dibelakangnya.

Mobil merah itu terparkir apik tidak jauh dari mereka. Henry tahu kalau itu adalah mobil Andrea.

Setelah menaruh kopernya di bagasi belakang, Henry berjalan masuk ke mobil untuk duduk di kursi kemudi, akan tetapi, Andrea ternyata sudah lebih dulu duduk disana.

"Aku saja yang nyetir," kata Andrea dingin.

Henry hanya bisa mengendikkan bahunya dan mengikuti keinginan Andrea untuk duduk dikursi penumpang disebelahnya.

Ketika mobil itu sudah keluar dari area airport, Henry mencuri pandang kearah wanita yang sekarang sibuk berkonsentrasi menyetir disebelahnya.

Tiga tahun tidak bertemu, tidak banyak yang berubah dari wanita itu. Garis diwajahnya tidak bertambah, hanya sedikit lingkaran hitam menghiasi bagian bawah kedua mata wanita itu, selebihnya, Andrea masih terlihat sangat cantik di mata Henry.

Henry termenung memikirkan kejadian tiga tahun lalu ketika dia memutuskan untuk pergi ke Kanada untuk kembali melanjutkan kuliahnya. Saat dia pergi meninggalkan kota ini, dia berharap wanita itu akan memperhitungkan ketiadaannya dan merindukan kehadirannya, namun dugaan Henry salah. Dia masih bukan siapa-siapa di mata Andrea.

"An, ak—"

"Cukup. Tidak ada yang perlu kita bicarakan, Hen," wanita itu segera memotong ucapan Henry sebelum dia sempat menyelesaikannya.

"Tugasku hanya menjemputmu, dan kita akan bersikap seperti biasa," lanjutnya lagi tanpa memandang Henry.

Rasa perih menelisik kedalam hati Henry dan membuatnya terdiam. Henry tidak mampu membalas perkataan pedas wanita itu.

*

Andrea menghentikan mobilnya di depan lobby the palace, seorang petugas hotel dengan sigap melayani Henry—yang notabene adalah salah satu tuan besarnya—ketika pria itu keluar dari mobil Andrea.

"Aku sementara akan tinggal di salah satu cottage di tepi pantai. Kamu bisa menanyakan nomor cottage milikku ke pengelola disana," perintah Henry kepada petugas hotel yang sedang mengeluarkan barangnya.

"Victoria sudah mengurus semuanya untukku." Tambahnya lagi.

Petugas itu mengangguk dan bergegas membawa barang-barang milik Henry kedalam. Dari dalam mobil, Andrea melirik pria itu lewat kaca spionnya dan dengan jelas mendengar setiap percakapan yang dibuat oleh pria itu.

Andrea hanya mendenguskan hidungnya melihat apa yang Henry lakukan.

'Baguslah. Pria sialan itu sudah keluar dari mobilku' katanya dalam hati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE RESORTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang