Dua

1.2K 141 7
                                    

***000***
               
    Aku sudah berdiri di depan cermin, memandangi wajahku yang terlihat lemas dan tak bersemangat, ada lingkaran hitam dibawah mataku, mungkin ini efek karena aku menangis semalaman.

Aku segera mengoleskan sedikit bedak pada wajahku, agar wajahku tidak terlihat begitu lusuh dan jelek seperti ini.

Seragam sudah aku kenakan dengan rapi, aku biarkan rambutku terurai sembarangan, segera saja aku menyambar tas selendang berwarna ungu milikku. Aku segera berjalan keluar dari kamar.

Aku mengedarkan pandangan pada setiap sudut rumah, mengapa rumah sudah sepi? Aku berjalan mendekati ruang makan, tak ada siapapun disana.

Mama kemana? Terus Papa, Eun Ji sama Inna juga kemana? Apa mungkin mereka sudah berangkat?

Saat aku masih beridiri mematung di ruang makan, tiba-tiba mama berjalan dari arah pintu depan, mama segera menghampiri aku.

“Loh kok masih disini Ji? Nggak ikut berangkat bareng sama Papa?” Tanya mama.

Aku terdiam sejenak, apa tadi mama terlalu sibuk memperhatikan Eun Ji dan Inna? Sampai-sampai mama tidak menyadari bahwa tadi aku tidak ada disana?

Lagi-lagi ingin sekali aku meneteskan air mata, sebegitu kecilkah aku dimata mama dan papa? Sampai-sampai mereka benar-benar tak menyadari ada atau tidaknya aku?

“Kok bengong Ji? Gak akan berangkat? Udah siang loh.” Ucapan mama berhasil membuat lamunanku buyar.

“Eh iya ma, Ji Eun berangkat dulu ya.” Ucapku dan segera mencium pipi mama.

“Oh ya Ji, mama titip sarapan buat Eun Ji  ya, soalnya tadi dia nggak sempat sarapan dulu.” Ucap mama dan memberikan misting berisi roti bakar kesukaan Eun Ji.

Kembali lagi hanya Eun Ji yang mama perhatikan, apa mama nggak sadar kalau aku pun belum sarapan sama sekali?

Huft.. aku hanya bisa tersenyum getir kearah mama, aku segera mengambil misting itu dan memasukannya ke dalam tas.

“Yaudah kamu cepet berangkat yah, nanti kalo kamu telat Eun Ji nggak sempat sarapan dulu lagi.” Lanjut mama.

Lagi-lagi mama menyuruhku cepat berangkat hanya karena mama takut Eun Ji tidak sempat sarapan, apa mama tidak memikirkan aku?

Apa mama akan bersikap biasa saja kalau aku telat dan dapat hukuman?

Ah sudahlah, tidak ada gunanya aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, toh aku tak akan mendapatkan jawabannya sama sekali.

“Yaudah Ji Eun pamit.” Ucapku dan langsung berangkat meninggalkan mama yang tersenyum padaku.

Aku memang bukan berasal dari keluarga kaya raya, orang tua ku cukup berada namun tidak kaya. Papa hanyalah seorang karyawan di salah satu perusahaan yang ada di Korea ini, rumah kami memang cukup besar dan papa hanya memiliki satu mobil yang tidak terlalu mewah.

Karena papa sudah berangkat, dengan terpaksa aku pun berjalan kaki dari komplek menuju jalan raya, mungkin nantinya aku akan naik angkot supaya tidak telat.

Bersambung,...

Close Your Eyes (Sehun - Jieun) (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang