Perempuan itu tampak berseri-seri, rambut sebahu nya tampak menari, terombang-ambing oleh angin.
Kedua tangan itu membekap satu tangkai kesukaannya, bukan bunga mawar atau pun melati. Tetapi, sebuah permen kapas yang mengerti hati.
Sepasang mata hazel itu berulang mengarahkan pandangan ke arah langit, tangan kirinya ia angkat ke udara seolah-olah menggapai gumpalan awan bernuansa jingga---persis dengan permen kapas, katanya.
Oh, iya. Tak di lupa benda menjulang nan berputar dengan poros di hadapannya itu.
Dimana, hatinya tersayat belati tak kasat mata karena seseorang. Iya, di komedi putar itu. Menyenangkan, tapi tidak dengan sakitnya.
Bahkan, ia seringkali merapal doa untuk dipindahkan ke bulan saja.
Ya, ini adalah Gisva yang ingin mengobati perihnya bagian dari masa lalu.
✨
Di sisi lain, masih di tempat yang sama. Lelaki dengan hoodie putih seperti sedang bersemedi, kerjaan nya hanya duduk di sebuah bangku taman, tetapi sudah ia anggap sebagai hak milik sendiri, bukan untuk pengunjung yang datang.
Semua orang yang membawa pasangan kesini sudah hafal, bahwa bangku yang sebenarnya dirancang khusus orang pacaran ini, ternyata untuk orang yang mungkin tidak waras seperti, Rama.
Tak ada yang mengerti, padahal lelaki itu senang dapat melihat kebahagiaan yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya.
Iris biru itu menerawang ke arah barat komedi putar, walaupun ini bukan yang sekali atapun dua kali, untuk kesekian kalinya.
"Cewek itu, lagi."
-----

KAMU SEDANG MEMBACA
Mercusuar [on hold]
Novela JuvenilSemesta mempertemukan dua orang yang sedang patah hati seperti sepasang awan kelabu. Bagi mereka, hidup hanya untuk menelan pil pahit. Pelan-pelan semuanya berujung pada pertikaian hati dan logika, setelah pemeran lain datang ke kisah nya.