Kelas 1 SMA
Disa berdecak gelisah. Hampir seperempat jam dia menunggu Revan di depan pagar rumahnya, tapi cowok itu belum datang juga. Padahal Revan tidak pernah telat menjemputnya sekalipun. Justru biasanya cowok itu sudah teriak-teriak di depan rumahnya karena sebal menunggunya. Tapi sekarang, kenapa dia belum datang juga?
Cewek itu menoleh ketika Pak Sahid -satpam rumahnya- mendorong pintu pagar lebih lebar. Saat melongok ke dalam, Disa melihat mobil Jaguar hitam papanya meluncur keluar. Mobil itu berhenti tepat di samping Disa. Kaca mobil di depan Disa turun perlahan.
"Revan belum dateng?" tanya Papanya. Disa menggeleng. Cemberut di wajahnya makin jelas terlihat. "Ya udah, naik."
Disa berpikir. Tak sampai tiga puluh detik, cewek itu akhirnya membuka pintu mobil dan masuk ke dalam. "Pa, anterin Disa ke rumah Revan aja."
"Oke."
Mobil kembali melaju. Rumah Disa dan rumah Revan tidak terlalu jauh. Hanya berbeda beberapa blok saja. Cukup ditempuh dalam waktu lima menit. Saat sampai di depan rumah Revan, Disa langsung turun. "Thanks Pa."
Tanpa sungkan-sungkan Disa membuka pagar dan saat sampai di depan pintu rumah bercat putih gading itu dia langsung memencet bel rumah.
"Assalamualaikum...."
Tak lama pintu dibuka. Disa tersenyum ramah karena ternyata Bu Diana, Mama Revan yang buka pintu.
"Eh, Disa..."
"Pagi Tante, Revannya udah berangkat?" tanya Disa sopan.
Bu Diana memandangnya ragu. Tapi akhirnya beliau menghela nafas. "Masuk dulu deh."
Disa mengernyit. Sebenarnya dia hanya ingin tahu Revan sudah berangkat atau belum. Sama sekali tidak punya keinginan untuk bertamu walaupun sebentar. Tapi dia menurut. Dia masuk lalu mengikuti Bu Diana ke kamar Revan. Saat pintu kamar cowok itu di buka, Disa kaget.
Mulutnya ternganga, sambil mendesis tanpa suara cewek itu bertolak pinggang sambil mendesis-desis emosi. Bu Diana langsung bergegas menghampiri putranya.
"Van, Bangun!" Suara Bu Diana terdengar tak sabar sambil mengambil paksa selimut yang dari tadi menutupi badan Revan.
"Errr, lima menit." sahut Revan malas sambil menarik selimut lagi.
"Udah jam berapa ini?" geraman lemah Bu Diana mulai terdengar. Sudah pasrah saat tubuh Revan sama sekali tak merespon. Akhirnya dia mundur dan menghampiri Disa di ambang pintu.
"Dis, coba kamu deh yang bangunin."
Disa mengangguk. Setelah Bu Diana pergi, dia menghampiri tempat tidur Revan dengan kesal.
"Revaaaan!"
Cowok itu mencelat bangun seketika. Kaget luar biasa. "Lo ngapain di kamar gue?"
Disa memutar bola mata melihat tampang Revan. "Lo pikir sekarang jam berapa?"
"Emang sekarang jam berapa?" tanya Revan sambil kucek-kucek mata.
"Jam tujuh kurang seperempat!"
Revan menoleh serta merta. Matanya terbelalak kaget, lalu tanpa banyak tanya lagi dia mencelat dari atas tempat tidur. Sibuk sendiri menyambar handuk dan cepat-cepat lari ke kamar mandi.
Hhhhh! Disa sampai kesal dibuatnya. Dia lihat jam lagi. Seperempat jam lagi bel masuk berbunyi. Apa mereka bisa mengejar waktu? Belum lagi kesalnya hilang, dia mendengar Revan teriak dari kamar mandi. "Diiiiiis! Tolong ambilin baju gueeee!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Hati
Teen FictionBagiku, cinta sangat sederhana. Kamu ada di sampingku, tersenyum padaku, dan aku bahagia karenanya. Kita saling membutuhkan. Dan kita saling menguatkan. Aku pikir itu sudah cukup sebagai definisinya. Tapi saat hati makin mencintai, dan aku semakin k...