SENANDUNG RINDU DUA HATI PART 2

182 54 4
                                    

SENANDUNG RINDU DUA HATI
PART 2

PARA PEMAIN
DINDA KIRANA AS DINDA
RIZKY NAZAR AS RIZKY
BILLY DAVIDSON AS BILLY

Sekembalinya dari kantor guru menemui bu tyas wali kelasnya. Dinda melewati lagi kerumunan anak anak kelas 3 fisika yang beristirahat. Ia mencari seraut wajah yang mirip junior di prr 3. Lalu ia lemparkan senyumnya yang paling sinis dan pandangannya yang paling tajam takkala cowok itu melihatnya.

"Dinda! Tunggu!" Suara maxime, dan mengejarnya. Dinda menoleh.
"Ada apa?" Tanyanya kurang suka setelah maxime di sampingnya. Maxime menarik tangan Dinda tanpa menjawab pertanyaan Dinda tadi. Dinda terus ditarik ke anak anak fisika tadi.

"Hei, apa maumu?" Tanya Dinda jengkel.
"Jangan marah Dinda, kami hanya ingin ngobrol sebentar." Kata pinka lunak, membuat Dinda agak berkurang rasa jengkelnya. Akhirnya ia ikut duduk bersama mereka. Ia tidak peduli disitu ada Rizky si manusia asing, manusia pindahan.

"Dinda, mengapa kamu juga masih kolot?" Tanya nabila.
"Kolot? Apanya yang kolot?" Dinda tak mengerti.
"Begini Dinda, sudah lama kami menjodohkan kamu dengan billy. Sekarang kamu ditunggu dia di dalam kelas. Ia ingin bicara serius dengan kamu." Sambung amanda dengan memegang pundaknya. Dinda jadi jengkel lagi. Tapi ia tekan hatinya agar dia tak marah.

"Aduh, ini rupanya yang ingin kalian obrolkan. Nggak lucu ah... dengar ya kawan kawanku yang cakep cakep, sekarang aku pilih yang ini saja daripada billy." Kata Dinda konyol sambil menunjuk ke arah Rizky. Ia sempat menyaksikan Rizky tersentak kaget dan kembali menatapnya aneh. Tapi Dinda tak peduli.

"Tapi... din." maxime hendak bicara lagi tapi keburu dipotong Dinda.
"Aku nggak mau tahu pokoknya aku pilih yang ini." Kata Dinda dan dia menunjuk ke arah Rizky lagi. Lantas ia berlalu dari situ meninggalkan anak anak fisika yang tertawa tawa puas karena telah berhasil menggodanya.

Sejak peristiwa itu. Dinda merasa bahwa hari harinya merupakan hari harinya yang meresahkan, menjengkelkan, dan hari harinya yang tidak menenangkan hatinya.

Waktu istirahat banyak dia gunakan untuk diam merenung di kelas. Seperti hari ini, Dinda hanya Diam bertopang dagu di tempat duduknya. Ia masih ingat perdebatannya dengan anak anak tiga fisika lima hari lalu. Ada sesuatu yang menggores hatinya. Sesuatu yang membuat hatinya tak menentu. Apa itu? Ia tak tahu pasti.

Ia menatap keluar. Ia tersentak dan mengerutkan dahinya. Dilihatnya Rizky yang seperti biasa bersandar pada pohon akasia bersama teman temannya. Sengaja Dinda terus menatap cowok itu.

Beberapa hari yang lalu ketika Dinda bertemu di kantin dengan Rizky ia juga menatap tajam ke arah Rizky sambil melempar senyumnya yang paling sinis. Demikian juga kemarin. Seusai pelajaran terakhir ia tidak langsung pulang karena akan segera mengikuti les fisika. Ia bersandar di pintu kelasnya. Ketika Rizky lewat di depannya menuju ke tempat parkir, ia pandang cowok itu dengan nada benci. Rizky kelihatan tertegun sejenak. Tapi balik menatap Dinda aneh tanpa berkata apa apa. Dinda ingin menemukan rasa sesal di wajah cowok itu. Dan ia ingin mendengar permintaan maaf dari bibirnya yang apabila tersenyum mirip pemeran junior di prr 3 itu. Tapi selama ini ia belum menemukannya. Ia belum memperoleh bukti bahwa Rizky merasa bersalah padanya.

Dinda terus mengikuti gerak gerik cowok itu dengan tatapan tajamnya, hingga cowok itu sampai di tempat parkir. Ia tak mengalihkan matanya sekejab pun dari cowok itu. Dan kembali ia tersenyum sinis ketika cowok itu menoleh ke arahnya. Lalu ia pergi dari situ meninggalkan Rizky dalam ketermanguannya dan ketidak mengertian.

Kembali Dinda menatap keluar setelah beberapa saat dia melamun, merenungi kelakukannya sendiri. Dan aduh mama, dia melihat Rizky dan teman temannya sedang tertawa di luar sana. Oh benar benar duplikat wahyu subuh junior ada disini, pikirnya.

SENANDUNG RINDU DUA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang