# Author POVMuji berjalan santai memasuki gerbang SMA Pasundan yang nampak kuat dan kokoh, kemudian ia melihat jam tangan berwarna hitam yang melingkar manis dipergelangan tangan kirinya.
06.30
Muji menghembuskan nafas lega, tentu saja ia harus bersyukur karena dihari pertama ospek kampus ia tidak harus dihukum karena datang terlambat. Bahkan Muji berjalan dengan percaya diri ke arah pengurus osis yang mengurusi bagian kedisiplinan yang merangkap menjadi pemegang absen para peserta ospek.
"Ayo dek, check in dulu." Teriak salah satu panitia bernametag Fita liwayandu, saat Muji berada tidak jauh dari hadapannya.
Muji semakin melebarkan senyumnya. Entah bagaimana menjadi disiplin adalah hal yang membuatnya senang karena memberikan kesan pertama yang baik. Setibanya Muji di meja check in, ia mengisi absen dengan nomor 78. Yang menandakan bahwa ia adalah peserta ospek ke 78 yang tiba di sekolah.
"Nanti langsung masuk ruang aula ya dek." Ujar salah seorang panitia yang memegang bagian absen peserta. Yang dijawab Muji dengan anggukan dan senyum manis. Muji selalu memegang prinsip meninggalkan kesan baik kepada orang baru, dan prinsip itu selalu diamalkannya.
"Bentar. Bentar. Dek!" Muji yang baru beberapa langkah berjalan menjauhi tempat check in peserta tiba-tiba dicegat salah satu panitia kedisiplinan.
"Kenapa ya kak?" Tanya Muji yang merasa bingung. Muji berfikir kenapa ia harus dicegat panitia kedisiplinan saat ia sudah mengisi absen sebelum batas waktu yang ditentukan?.
"Dek. Kamu masuk lapang.Kamu kena hukum." Ucap panitia tersebut datar yang lebih terdengar seperti vonis hukuman mati di telinga Muji.
"Hah?!"
Oke, mungkin disini Muji bereaksi berlebihan. Tapi sungguh, jika Muji memang bersalah ia akan dengan senang hati menjalani hukuman sebagai konsekuensinya.
"Jangan sok kaget gitu kamu dek. Udah tau salah malah tidak mau ngaku." Sinis panitia tersebut yang Muji sendiri baru tahu namanya Syeiza. Tentu saja dari nametag yang ada di dada kirinya.
"Tapi salah saya apa kak?" Muji meminta penjelasan pada Syeiza yang melipat tangan di depan dada dengan angkuh.
"Kamu orang Indonesia banget sih dek. Yang kalau bikin salah suka ngga ngaku."
Sungguh Muji hanya meminta penjelasan dan sebab apa yang mengakibatkan dirinya harus dihukum. Bukan nyinyiran atau bahkan sindiran atas kesalahan yang tidak disadarinya. Beberapa detik waktu terbuang sia-sia untuk Muji memikirkan apa kesalahan yang di perbuatnya. Namun hasilnya nol. Ia tetap tidak tahu apa yang telah ia lakukan hingga membuat salah seorang panitia kedisiplinan harus menghampirinya dan menghukumnya.
"Udah tahu belum salah kamu apa?!!" Bentak Syeiza.
Muji hanya menggeleng sambil menunduk. Bibirnya bahkan terkatup rapat saat suara Syeiza meninggi.'Yeu. Kutil orang, pake segala sok-sok an nakut-nakutin, ngebentak orang. Ngomong aja pengen ngehukum. Orang ngga punya salah juga' Ucap Muji, dalam hati tentunya.
"Mana atribut-atribut ospeknya?" Tanya Syeiza datar.
Muji mengangkat kepalanya seketika dan baru tersadar. Ia tidak menggunakan name tag yang sudah ia siapkan dua hari lalu untuk mengikuti ospek kampus ini.
"Astagfirulah!!! Ketinggalan di mobil papa!!!" Tampak Muji sangat syok dengan keteledoran dirinya yang membuat Muji harus berakhir dipanasnya lapangan belakang sekolah dijam makan siang. Ya, Muji tidak diperbolehkan memasuki aula sepanjang ospek hari pertama.
KAMU SEDANG MEMBACA
dignity
Non-Fictionmenceritakan tentang masa-masa SMA yang nano-nano (rame rasanya). dimulai dari ospek yang penuh adrenalin dan akhir yang masih menjadi rahasia. jadi tunggu terus update dignity ya. with love 'MNZ