Just Stand For Me, For Another Hour

213 8 2
                                    

Disclaimer: Naruto by Masashi Kishimoto

.

.

Just Stand For Me, For Another  Hour
.
.
.

.

                                                                Enjoy~

                                                                     .

                                                                     .

Ironis, kala ku mulai temu dengan jarak, hasilnya adalah empedu menuai petaka. Setidaknya, sebelum ia berubah dingin layaknya laut lepas, ia pernah sehangat nafas bagiku.

Tepat setelah kisah ini akan tamat, ku sadari bahwa ia begitu sempurna. Ku sadari, terlalu banyak kebahagiaan yang ia tawarkan. Namun pentang kemarin, kau datang mengguncang khayalku dengan satu kalimat yang susah untuk kutafsirkan. Saat itu pula, apa yang diadilkan dunia tentang mereka yang saling mencintai akan dipersatukan adalah bohong!

            Dunia memberiku karma, setelah kepergianku dan membiarkannya berjuang seorang diri. Aku kalah, bahkan di awal perpisahan itu aku telah kalah. Kuanggap dia tidak penting, tapi baginya aku masih segalanya.

            Ini karma, karma yang menuntutku untuk tak bersuara, tak berteriak, tak melawan, hanya menerima.

.

.

“Cinta itu bukan perkara menang atau kalah. Cinta itu bukan pilihan, dan dia tidak memilih. Tapi cinta itu dipilih.”

Sungguh, entah sejak kapan ucapan ibu terus berputar dalam kepalaku. Ada penyesalan di rongga dadaku saat mengerti apa yang diucapkan ibu di penghujung kisahku dan dia. Ada banyak mengapa, tapi kini semua “mengapa” itu tidaklah penting. Malam yang semakin larut ini kian menyembunyikan rasa yang aku tahu sudah ada sejak dahulu.

Kulangkahkan kakiku, berharap kegundahan ini terhempas layaknya buih di lautan. Tapi nihil, aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Aku terlambat ibu, aku terlambat memilih cinta!

.

Desa begitu sunyi di dini hari, hanya suara angin yang jatuh menerpa dedaunan, berharap bisa menjatuhkan daun kering untuk memberi kesempatan bertumbuh bagi pucuk muda. Bahkan dedaunan saja bisa menunjukan kehidupan yang indah. Oh, begitu banyak hal yang aku lewatkan tentang desa ini. Desa kelahiranku, desa yang menjadi latar pertemuanku dengannya, dan desa yang akan memberi kebahagiaan esok hari, tentunya bukan untukku.

Aku begitu mencintai ketenangan. Tapi ketahuilah, ketenangan tidak selamanya menyenangkan. Ketenangan membuatku terlalu lama meninggalkan dunia, membuatku menyusahkan diri sendiri, membuatku menjadi orang berbeda, menggerogoti warasku hingga kegilaan terjadi, kegilaan untuk membunuh mereka yang menganggapku ada.

Terluka, itu memanglah bagianku!

Pohon itu masih disana, di depan kuil tua yang telah terhiasi berbagai pernak-pernik sederhana nan elegan. Entah bagaimana caranya mereka menyulap kuil ini menjadi persis dengan dirimu. Mungkin musim semi yang membuat pohon itu mekar sempurna adalah bagian dari dekorasi utamanya.

Beberapa jam dari sekarang, kau akan menghilang, jatuh ke tempat yang lebih baik, jauh dari sesuatu yang salah sepertiku. Aku ingin menemuimu, sekali saja dan untuk yang terakhir.

Kuraih setangkai batang pada pohon itu, inilah yang dia sukai dan satu-satunya hal yang kuketahui tentangnya. Tak kuhitung berapa kelopak yang ada pada tangkainya, yang pasti ini adalah hal pertama dan terakhir untuknya. Untuk cinta yang terlambat kupilih.

10 Tahun Setelah Aku MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang