Aku melangkah dengan tergesa-gesa melewati lobby dan bergegas menaiki tangga hingga ke lantai 5 dikarenakan lift sangat antri. Aku terlambat masuk kelas, waktu sudah menunjukkan pukul 08.20, aku sudah terlambat 20 menit. Bisa bisa aku tidak diperbolehkan masuk kelas. Sesampainya didepan kelas, akupun segera masuk karena pintu tidak ditutup.
Aku segera menuju tempat duduk yang kosong. Syukurlah pak dosen tidak menegurku, mungkin dia memaklumi karena diluar sedang hujan deras. Akupun mengikuti pelajaran seperti biasanya. Kutengok Elsyahdan yang berada disampingku, rupanya dia sedang serius memperhatikan pak dosen menjelaskan. Elsyahdan pun menengok kearahku, matanya sendu. Kemudian beralih lagi ke papan tulis. Aneh, tumbenan elsyahdan diem, biasanya bawel banget kalo aku dateng telat. Hemm yasudahlah mungkin dia galau hihi.
Waktu pelajaran pun berlalu. Setelah mengikuti matakuliah pengantar bisnis selama hampir 3 jam, aku segera menuju secretariat BEM FE. Karena hari ini aku harus dateng rapat. Sesampainya dipintu secret aku melihat Dina juga baru datang, wah lumayan ada temen terlembat hihi jadi gak salah salah banget kalo disalahin seenggaknya ada barengannya. Akupun segera menghampiri dina dan melangkahkan kaki masuk kedalam secret bersama dina,.
"assalamulaikum, sori kak telat. " ucap aku dan dina
" yaudah sana duduk. " – ucap kak febri
Aku pun segera duduk disamping Dina dan Kak Yuri. Kusapa kak yuri namun kak yuri sedang focus mendengarkan kak febri berbicara. Aneh. Mengapa semua orang hari ini aneh. Elsyahdan tumben tumbenan gak ngajak aku bercanda. Anak anak dan kaka senior juga tumben mukanya gelisah banget. Akupun memakluminya mungkin karna ini sudah h-1 event.
Setelah rapat selesai, akupun segera menghampiri Farid yang sedang duduk termenung didepan secret sambil memegang selembar foto, kemudian segera memasukannya kedalam dompet. Di foto itu terlihat dua orang sedang tersenyum bahagia. Orang pertama adalah seorang gadis, gadis itu tersenyum memandang laki-laki yang ada disampingnya dengan tangan kiri memegang pinggang laki-laki itu. Sedangkan yang laki-laki wajahnya sedikit tertawa sambil melihat kearah kamera. Tangan kanannya merangkul pundak sang gadis. Tergambar jelas keceriaan yang ada diwajah mereka berdua. Tampak jelas juga bahwa sang gadis spertinya sangat mencintai laki-laki itu.
Akupun menyapa Farid yang tengah asik menyendiri..
" Farid. Ngapain sendirian?? siang-siang bengong.." – ucapku sambil mengambil posisi duduk tepat disampingnya. Akupun menyandarkan kepalaku dibahunya yang sedang menyender pada tembok yang ada didepan secret. Rasanya senang sekali bisa berdua dengan farid. Aku sangat menyayanginya. Aku sangat menyayangi laki-laki yang berada disampingku ini, tapi.. apakah dia juga merasakan hal yang sama ? entahlah..
Dan tiba-tiba farid pun berbicara dengan pandangan mata yang terus menerawang kedepan..
"aku bodoh.. Aku gak pernah ngertiin perasaan dia. Aku selalu mikirin gengsi gengsi dan gengsi.. aku selalu sibuk dengan kegiatanku. aku gak pernah mau mengakui kalo selama ini, sebenrnya aku juga sayang sama dia. Aku jahat.. aku gak pernah peduli sama dia padahal dia yang selalu ada disamping aku. dia yang selalu support aku. dia yang selalu ada disaat aku butuh seseorang..." – ucap Farid
Kulihat air mata mulai mengalir diujung mata Farid. Ini pertama kalinya kulihat ia menangis. Sejenak ada rasa sedih dalam hatiku melihat Farid menitikan air mata. Ingin sekali kuhapus air matanya namun farid sudah menghapusnya lebih dulu. Aku masih duduk sembari menyandarkan kepalaku dibahunya, nyaman sekali. Rasanya aku ingin waktu berhenti sejenak tepat dimomen itu.. momen sekedar dimana aku bisa duduk berdua dan melepas lelahku dibahunya. Aku sangat mencintaimu rid..
Baru saja ingin kuusap rambutnya, tiba-tiba Sinta datang menghampiri kami dan berdiri dihadapan Farid.
" gimana ? udah dapet kabar lagi ? " – Tanya Farid
" udah sampe Jakarta katanya. Sekarang udah dirumah. " – ucap Sinta
Farid hanya terdiam dan memandang Sinta dengan tatapan sendu.
" belum sempet ngomong emang ? " – Tanya Sinta
Farid menggelengkan kepala.
" udah terlambat. Tuhan lebih sayang dia" – jawab Farid singkat.
" jangan disesalin, dia pasti ngerti. lebih baik kita segera kesana. " – ucap Sinta sambil memupuk pundak farid.
Farid pun berjalan bersama Sinta menghampiri teman-teman yang lain yang sudah berada di parkiran. Dan pergi meninggalkanku seorang diri