Cewek bertubuh gembul itu berdandan aneh. Mengenakan celana training dan baju berkerah warna kuning. Sepatu converse hitam menghiasi kakinya. Topi sapi yang dikenakannya terbuat dari kertas karton. Rambutnya dikucir dua seperti rambut anak umur lima tahun yang ingusan. Lemak di tubuhnya bergejolak karena dia berlari seakan dikejar oleh waktu. Badan gembulnya berhasil melewati gerbang sekolah walaupun nafasnya tersengal-sengal.
"Maaf Kak, saya telat," cetus cewek itu pada seorang cowok tinggi besar didepannya.
"Beraninya kamu telat!" bentak sang senior. "Sekarang kamu bergabung dengan barisan yang diujung sana!" perintah seniornya.
Sejurus kemudian cewek tadi berlari menuju barisan yang dimaksud. Barisan para siswa telat. Cewek itu menempatkan diri disamping seorang cowok tinggi berambut lurus seleher. Kulit putih dan poni rambutnya membuat pesona si cowok terlihat. Posturnya yang tegap dan tatapannya yang tajam menandakan bahwa dia adalah cowok pendiam namun berwawasan luas.
"Namaku Widyawati Laras Pambagya. Panggil saja aku Widya, " ajak cewek tadi berkenalan sambil mengulurkan tangannya. Cowok itu hanya melirik sekilas tangan Widya kemudian pipi chubby Widya dan dia tidak menggubris sama sekali ajakan Widya untuk berkenalan. Pandangannya kembali lurus kedepan.
"Sepertinya kamu pendiam atau malah menjengkelkan," cetus Widya sambil menarik kembali tangannya. "Ikhwan Harfiyanto. Jadi itu namamu," ujar Widya seraya mengamati name tag si cowok. "Apa nama panggilanmu? Kamu kelas X-6 kan? Aku juga kelas X-6. Kita satu kelas jadi mari berteman," tambah Widya sambil menunjukkan tanda pengenalnya yang menunjukkan bahwa mereka sekelas.
"Kamu yang disana!" bentak salah satu senior pada Widya. "Bisa Diam Tidak? Sudah telat! Berisik lagi!"
"Maaf kak"
Sepuluh menit kemudian seorang cowok berdandan OSIS Lengkap dengan alamameter sekolah berjalan menaiki podium yang berada tidak jauh dari barisan siswa telat. Cowok tadi adalah Ketua OSIS SMA Senada Berjaya, sekolah baru Widya. Sang ketua OSIS kemudian memberikan sepatah dua patah kata sambutan.
"Masa Orientasi Siswa Baru SMA Senada Berjaya akan segera dimulai," ucap Sang Ketua OSIS mengakhiri pidatonya seraya disambut sorak-sorai para siswa lain.
-RASA-
"Karena kalian telat, kalian harus membentuk kelompok yang beranggotakan tiga orang. Kalian tidak boleh mengikuti acara MOS sebelum kalian menjawab semua soal dan teka-teki yang akan saya bagikan," ucap salah seorang senior wanita. Seperti kebanyakan MOS yang ada di negeri ini, pasal satu, senior selalu benar dan junior selalu salah. Pasal dua, kalau senior salah maka kembali ke pasal satu.
"Ikhwan, kamu satu kelompok sama aku. Kita kan satu kelas jadi mari kita berjuang bersama," ajak Widya pada Ikhwan seraya menggenggam tangannya menunjukkan semangat juang yang tinggi.
"Kenapa aku sekelompok sama kamu? Kamu sepertinya memiliki IQ yang rendah," balas Ikhwan pada Widya acuh.
"Pokoknya mari berjuang," paksa Widya seraya menggaet lengan Ikhwan.
"Ogah."
"Kalian bisa diam tidak?! Ini soal kalian," bentak salah satu senior wanita berparas cantik sambil menyerahkan sepuluh lembar kertas. "Kalian hanya berdua?"
"Tidak kok Kak, mereka bertiga sama saya," cetus seorang cowok bernada besar, lekuk wajah cowok tadi lumayan tampan dengan charisma suaranya yang khas. Matanya besar dengan tatapan hangat dan menyenangkan. Sepetinya cowok tadi humoris. "Namaku Dudi Riyadi, panggil saja aku Dudi. Aku juga dari kelas X-6. Apa aku boleh bergabung dengan kalian?" pinta Dudi pada Widya dan Ikhwan.
"Tentu, aku Widya dan dia Ikhwan."
"Sudah kalian jangan berisik. Kerjakan soal kalian kalau mau cepat kembali ke acara MOS," perintah sang senior.
Tidak butuh waktu lama bagi Widya dan Dudi untuk saling mengakrabkan diri. Sifat Dudi yang humoris dan Widya yang menyenangkan menjadi perekat diantara keduanya.
"Oke mari kita kerjakan teman-teman," ajak Widya seraya mengambil kertas soal yang ada. "Mari kita mulai dari soal nomor satu," kata Widya. Dia membaca soal yang ada. Terlihat dia sedang berfikir keras. Dia manggut-manggut entah menandakan dia tahu jawabannya atau malah tidak tahu sama sekali apa maksud soal itu. " Emmm .. sepertinya aku tidak bisa. Kalian ada yang bisa? Dudi?" pasrah Widya.
"Emmm .. sebentar-sebentar.. emmmm ... apa ini ya? Bagaimana kalau lanjut ke soal nomor dua dulu?" jawab Dudi juga tak mengerti maksud soal yang ada. Sudah lima soal yang mereka baca tapi tak mengerti sama sekali. Bukan hanya mereka, para siswa telat yang lain juga kelimpungan menjawab soal tersebut.
"Heh, Ikhwan. Kita kan setim setidaknya bantu kek jangan diem aja!" bentak Widya pada Ikhwan yang sedari tadi hanya diam memperhatikan Widya dan Dudi kelimpungan memecahkan soal.
Dasar mereka ini .. batin Ikhwan. Dia kemudian mengambil kertas-kertas soal. Dengan cekatan semua soal dilibasnya satu per satu. Tidak sampai setengah jam semua soal sudah tuntas dikerjakan.
" Kak, kami sudah selesai," ucap Ikhwan. Dudi dan Widya hanya bisa melongo. Tidak hanya mereka berdua tetapi semua orang yang ada disana terheran-heran dibuatnya. Ajaib sekali otak anak ini.
-RASA-
YOU ARE READING
RASA
Teen FictionTerkadang, apa yang terjadi tak sesuai dengan apa yang kita rencanakan, karena yang mengatur kehidupan adalah Tuhan. Bila Dia sudah berkehendak, tak akan ada yang bisa mengubahnya. Mengubah kehidupan yang ada, bahkan mengubah rasa yang ada. Rasa yan...