Chapter 3. The Hero's Monument

1.2K 99 53
                                    


Hai! Haaaiiiiii! Fro apdet lagi nihhh!! :3

Yah langsung aja deh, dr pada basa-basi, silahkan membaca ^^

Warning : Cerita mulai serius loh, mulai serius! *emang dr kmrn ga srius buk?! #ditendang #uhuk * p-pokoknya ceritanya mulai serius haha, fro menaruh banyak hintssssss tentang identitas naruto disini!! silahkan baca dengan jeli pfftt xD btw ada banyak istilah baru disini, kalo bingung, silahkan tanya ^_^

Disclaimer : seperti biasa lah, naruto masih belum punya fro huhuhuhu #ngesot

P.S. Sebelum baca ini ada gambar Naruto rambut panjang, maap kalo jelek dan ga mirip haha :3 (btw itu jubah bukan yang dipakai naruto dalam cerita, cuma gambar baju asal2n oke! :D)


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

.

.

Naruto berjalan cepat menjauhi tempat kelompoknya beristirahat. Ia sesekali melihat langit. Matahari sudah mulai terbenam. Warna oranye kemerahan mulai memenuhi langit di ujung barat. Bayangan gelap pun menyelimuti hutan tempatnya berada. Dan ketika sinar matahari sudah benar-benar lenyap dari ujung barat, dan warna gelap memenuhi langit itu, ia pun mulai merasakannya.

Seperti sebuah kunci yang tiba-tiba dibuka. Ia bisa merasakan energi dalam tubuhnya mulai meningkat drastis. Dari jantung kemudian menyebar ke seluruh tubuh.

"Tsk, sudah mulai ya..." ia menatap kedua tangannya. Dua tangan kecil dan kurus itu mulai membesar.

Dengan cepat ia berjalan ke semak-semak. Kedua tangannya bergerak membuka resleting jaket oranyenya dengan tergesa-gesa. Lalu melepasnya dan membuangnya ke tanah. Kaos hitam di dalamnya pun menyusul.

Breettt—!

Bunyi sobekan terdengar dari arah celananya. Celana panjang oranye sudah keburu sobek karena besar kaki dan tingginya bertambah.

"Sial, tahu begini aku tidak akan ikut kemari. Cih, tidak mungkin aku berjalan-jalan tanpa baju sekarang!" geram Naruto mengacak-acak rambut pirangnya yang kini sudah memanjang sampai ke punggung. Ia menatap pakaian kaos dan celananya yang sudah robek-robek dengan kernyitan.

Jika tahu akan jadi begini, Naruto tidak akan menyamar menjadi genin. Sial!

Ia tidak mengira mereka akan menggunakan para rekrut baru sebagai bagian dalam ujian. Memang, mereka memberi kesempatan pada genin yang menunjukan penampilan bagus akan bisa langsung lolos menjadi chunin dan naik tingkat. Tapi kalau mendadak begini...

"Tsk. kekuatanku belum cukup untuk memperbaiki baju robek seperti ini..." Naruto bergumam berpikir. Meskipun ia kembali ke perkemahan, ia tetap tak bisa mencari ganti baju karena ia tak membawa baju yang lebih besar dalam perbekalannya. Tas perbekalan yang ia bawa berasal dari panitia ujian, isinya hanya makanan dan obat-obatan.

Demon's LullabyWhere stories live. Discover now