New Story (Prolog)

313 11 5
                                    

"Menanti cintamu ,sama halnya seperti menunggu kereta di halte bus. Tidak akan pernah mungkin!"

🌷🌷🌷

Banyak sekali filosofi yang kudapat tentang hujan, seperti sekarang ini, entah mengapa tanganku bergerak dengan lihainya menulis kalimat-kalimat ini.

Tuhan pasti tahu apa dan sedang apa? Suasana hatiku saat ini. Tak perlu ku ceritakan semuanya padamu, karena aku tahu, cepat atau lambat kau pasti bisa memahami perasaanku disaat bulir itu turun lagi dari langit.

Hari ini,tepatnya sore ini. Hujan menyapu pelataran rumahku, membasahi pohon kates yang menjulang kekar ditembok pembatas rumahku.

Mungkin hanya 360 detik hujan mengguyur peraduan, kurasa ia tahu apa yang ku ingin 😊.

Ya....
Berhenti.

☁☁☁☁☁☁☁

💧💧💧💧💧
💧💧💧
💧💧
💧
🏡

Berhenti untuk.......





















mengingatkanku pada masa laluku.

🎈🎈🎈

2 tahun yang lalu, tepat dibulan dan dihari ini. Dia, seseorang yang namanya sulit sekali untuk enyah dari hatiku, membuat luka untuk pertama dan sekian kalinya dalam hidupku.

Jika kugambarkan hatiku bagai sebuah origami hati, ia akan nampak seperti ini.

💝💔

Patah!
sudah tak berbentuk lagi! Dan sulit untuk menyatukan serpihan-serpihan nya kembali.

Bolehkah aku tertawa untuk diriku sendiri?

Belum genap aku mengambil setengah hatiku pada seseorang, aku sudah berani untuk menitipkan potongan lainnya pada pria lain.

Bodohkah aku?

Setelah aku rasa jikalau serpihan hatiku sudah sepenuhnya kembali padaku. Kuberikan semua potongan itu pada seorang pria, yang membuatku layaknya seorang jalang yang sedang mengemis balasan cinta.

Betapa gila dan bodohnya aku ini?

"Menanti kereta dihalte bus! Tidak akan pernah datang, walau sampai sang punuk berhasil mendapatkan bulan"

Egoiskah aku?
Jika aku akan tetap menanti kereta itu dalam halte bus?

Egoiskah aku?
Membiarkan sebuah bus yang menjemputku menanti lama dan setelah itu pergi karena lelah?

Egoiskah aku?
Jika aku akan terus berusaha mengambil kereta itu?

Egoiskah kereta itu?
Jika ia tak mau menjeputku dihalte bus?.

Terimakasih wahai hujan, karena kau telah berhenti untukku, berhenti untuk membuka kembali buku hati yang telah lama usang dan tak tersentuh perasaan.


Jakarta, 23 Oktober 17
16:53

Jangan lupa voment.
Itu bukan cerita nyata ya..
Asal author dari Banyuwangi 😬

Rinai HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang