"Keluarga adalah cikal bakal diri sendiri."
-Aldev Perdana-POV Author.
"Saya minta pisah !" Teriak seorang wanita yang sudah tidak muda lagi.
Bukan kali pertama wanita ini menyebut kalimat tersebut. Sudah berulang-kali, bahkan setiap hari.
Anak lelaki bertubuh mungil itu hanya bisa terdiam. Menyaksikan kedua orangtuanya yang selalu bertengkar. Dia hanya bisa berharap, segala masalah akan berakhir.
Wanita tersebut menarik tangan, anak lelakinya. Mendekatkan ke arah suami sekaligus ayah dari anak lelaki itu.
Wanita tersebut menunjuk-nunjuk suaminya, "Lihat ayah kamu nak! Lihat! Wanita baru yang ia gandeng! Ia berselingkuh!"
Anak lelaki itu bingung, namun sekejap ia mengerti. Kini ia tidak tahu harus percaya kepada siapa. Menurut dirinya, dua-duanya tidak ada yang benar.
Ayah dari anak lelaki itu mulai berkata, "Jangan salah paham dulu Aldev. Ayah tak seperti yang di bilang oleh bunda kamu, bunda kamu hanya salah paham."
"Gausah banyak alasan! Saya minta kita pisah!" Wanita itu menyahut cepat dengan nada tinggi.
"Kalau itu yang mau kamu, baiklah, kita pisah! Tapi saya harus diizinkan menjenguk Aldev!"
"Oke! Tapi sekarang Aldev harus tidur! Ayo Aldev kembali ke kamar kamu, sekarang sudah larut malam." Perintah wanita itu kepada anaknya.
***
Selang beberapa waktu kemudian anak itu menjadi seorang remaja, dimana dia sudah bisa berpikir dan bersikap lebih baik tentunya. Ia dulu tinggal bersama bundanya, karena hak asuh anak jatuh kepada bundanya. Namun, setelah beberapa waktu kemudian, bundanya pergi meninggalkan dirinya. Bundanya tinggal di sebuah apartemen bersama pria barunya. Dan dirinya hanya tinggal bersama asisten rumah tangga dan supir-supir yang ada di rumahnya.
Sesekali ia mengingat ayahnya. Memang dulu ayahnya boleh menjenguk dan bertemu dengannya. Namun, semakin lama, bundanya telah melarang ayah untuk menjenguknya. Dari setiap minggu sekali, tiga minggu sekali, satu bulan sekali, hingga satu tahun sekali.
Dirinya menghitung-hitung bahwa sudah lama bundanya meninggalkan dia dan ayahnya belum juga menjenguknya. Ia memutuskan untuk mencari alamat ayahnya.
Butuh waktu 3 bulan lamanya ia mencari alamat ayahnya. Caranya mencari adalah dengan mengecek semua uang, barang yang selalu ayahnya kirimkan setiap 2 bulan sekali. Maka dari itu hidupnya tak pernah kekurangan. Karena sudah kewajiban sebagai ayah untuk menafkahi anaknya.
Ia bergegas pergi ke alamat yang telah ia dapatkan. "Jalan Kartini no 101." Gumamnya.
Setelah sampai di sana ia terkagum dengan rumah ayahnya yang besar, mewah serta elegant. Tak seperti dulu saat hidup pas-pasan. Namun lamunannya terbuyar setelah melihat berbondong-bondong orang masuk ke rumah tersebut.
"Kok rame ya yang ke rumah ayah? Emangnya ada apa? Atau ini bukan rumah ayah?"
Ia berjalan menuju pintu gerbang rumah itu. Ia harus mengantri untuk masuk ke rumah ayahnya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
MoodBooster
Teen Fiction#882 in Teen Fiction 05/11/2017 Asya mendapat teror berkali-kali. Namun, bisakah ia menaklukan teror itu? Asya ingin keajaiban terjadi, dimana saat sedih, haru, hal terburuk sekalipun. Semuanya itu menjadi kebahagiaan. Akankah ia bisa merubah ke...